Karya Dhivanie F.M.
Kelas : XI MIPA 3
SMA Negeri 6 Kota Serang 2019/2020
Aku Maura Anjani,
panggil saja Rara. Aku memiliki seseorang yang sangat aku cintai, berawal dari
kehadirannya sampai aku tidak pernah menyangka bahwa akhirnya akan seburuk ini.
Saat aku tengah berusaha untuk menjadi orang yang dia inginkan, tiba tiba dia
mengakhiri semuanya.
Tiga tahun yang lalu,
tepatnya tanggal 2 oktober 2016, Rama meyatakan cintanya kepadaku. Sebenarnya aku
tidak percaya karena pada awalnya aku dan Rama hanya
bersahabat, dan waktu itu rasanya kita sudah seperti judul lagu “Sahabat
Jadi Cinta”. Hahaha, ya karena aku
nyaman dengannya, dan kita juga memiliki banyak kesamaaan, aku
pun mengatakan “ya aku mau”. Akhirnya kitapun resmi
berpacaran, di sinilah cerita kita dimulai..
Aku sangat bahagia
bersama Rama, tidak tau mengapa dia sederhana tapi aku cinta, apalagi kita
memang satu kelas, hampir tiap menit, jam, dalam setiap hari, kita selalu
bersama. Biasanya Rama selalu datang siang ke sekolah, namun ketika sudah berpacaran denganku, Rama
selalu datang pagi dan membawa sebungkus nasi uduk untuk kita makan bersama.
sungguh aku bahagia bersamanya untuk sekian kalinya aku ucapkan.
Hubungan kita masih
dibilang berjalan dengan baik pada saat itu, ya disaat kita masih satu sekolah, hingga saat kita lulus dan melanjutkan ke
tingkat selanjutnya, karna faktor zonasi, kita pun berbeda sekolah. Mulailah
tumbuh rasa takut, takut dia berpaling dengan wanita lain tanpa
sepengetahuanku, karena aku seringkali mendapat masukan dari orang lain bahwa
yang sayang akan kalah dengan yang selalu ada.
Pada saat SMA hubungan
kami selalu putus nyambung kala itu, Alasannya kita ingin fokus dengan
kesibukan di sekolah, atau mungkin cemburu buta sehingga membuat kita putus
begitu saja. Tapi walaupun kita sudah putus, aku dan Rama masih sering
berhubungan baik, masih sering bertemu, dan masih saling mendukung satu sama
lain, layaknya seperti orang berpacaran pada umumnya hehe.
Lama kelamaan Rama tidak
lagi menghubungiku, aku merasa kesepian, karena tidak ada lagi yang aku tunggu kabarnya di ponselku. Tiba-tiba saja Rafi teman SMP-ku dulu yang juga satu SMA dengan Rama mengabariku bahwa
Rama tengah dekat dengan wanita lain di sekolahnya, tetapi aku tidak melarang Rama dekat dengan
siapa saja, apalagi posisiku saat ini hanyalah Mantannya, aku hanya bisa
mendukung pilihannya pada saat itu, walaupun sakit rasanya hatiku ketika
mendengar kabar tersebut.
Sebulan kemudian, Dzikri, teman SMP-ku dulu
mengundang para alumni SMP Tirtayasa
untuk
makan makan di rumahnya, sudah lumrah rasanya jika ada yang berulang tahun
pasti merayakannya dengan makan-makan. Di situ aku sangat senang, karena
bukan hanya makan enak dan bertemu
kawan lama, tapi aku akan bertemu dengan Rama. Setelah
semuanya berkumpul di rumah Dzikri, aku belum melihat Rama, padahal acara sebentar
lagi mau dimulai. Walaupun
acaranya sangat meriah dan ramai, tidak tau mengapa aku merasa kesepian tanpa
kehadirannya disini.
Tiba tiba Rafi berteriak,
“ke mana aja lo Ram baru dateng”. Ketika aku mendengar teriakan itu, aku langsung
melirik kanan kiri memastikan bahwa Rama datang ke acara ini. Dan ternyata ban motor rama bocor sehingga
dia datang telat ke acara itu. Sampai di acara, Rama langsung bersalaman dengan
teman-temannya
dan juga kepadaku sambil tersenyum. Aku benar-benar salah tingkah ketika bersalaman dengan rama, apa
lagi dia tersenyum padaku, rasanya aku ingin masuk kamar,
mengunci diri dan menari ria karena akhirnya aku bertemu dengannya lagi.
Setelah mengisi perut
dengan puas, dan juga sudah malam, Kita memutuskan untuk berpamitan pulang. Ketika aku hendak berjalan untuk mencari
ojek, tiba tiba Rama memanggil dan menghampiriku sambil berkata “Ra, pulangnya
biar gue yang anter ya, lagian juga ini udah malam, ga baik cewek pulang sendirian”. Aku hanya bisa mengangguk
dengan maksud bahwa aku mau pulang bareng dengannya, tidak tahu mengapa ketika bersamanya, aku merasa aman.
Di sepanjang perjalanan
aku dan Rama berbincang dengan asyik
membahas hubungan kita dulu, membuat kita tertawa sampai tidak tahu bahwa
kita sudah di perhatikan banyak
orang
di jalanan.“ Makasih ya Ram udah anter
gue pulang”. Kataku.
“Udah jadi
tanggung
jawab gue haha”. Balasnya sambil tertawa, bisa bisanya dia membuatku salah
tingkah karena ucapannya. Ketika sampai di depan rumah, Rama terus memperhatikanku sampai aku masuk ke
dalam rumah, untuk memastikan bahwa aku sudah benar-benar aman sampai rumah
katanya.
Tidak lama kemudian,
aku mendapati pesan singkat dari rama. “Besok jam 10 kalau lo ga sibuk, jalan
yuk!” Ajak Rama. Kebetulan
besok adalah hari Sabtu dan tidak ada kegiatan, aku
pun menerima ajakan Rama.
“Sebentar lagi sampai, jangan tidur dasar kebo haha”. Katanya sambil mengejekku. “siapa juga yang mau
tidur”. Bantahku meyakini
bahwa aku tidak akan tidur. Sesampainya di tempat tujuan, aku sangat takjub
melihat pemandangan seindah itu. Jujur aku belum pernah mengunjungi tempat ini
sebelumnya, Dari parkiran Rama
langsung menggenggam
tanganku dan mengajakku duduk di tempat yang telah disediakan, sungguh canggung sekali rasanya.
Rama memesan makanan mie instant,
karna cocok sekali memakan mie instan panas-panas di tempat yang dingin seperti
ini. Ya walaupun hanya mie
instant, tetapi jika makan dengan Rama rasanya selalu enak hahaha.
Tiba tiba Rama melihatku
dengan tatapan yang dalam, dan berkata.
“Dip, gue
mau ngomong sesuatu”. Katanya dengan sedikit gugup. “Hm, ngomong apa Ram?” Tanyaku penasaran. “Gue
masih sayang sama lo, lo mau ngga
balikan sm gue?” Tanyanya padaku. Aku tidak percaya jika dia akan berbicara seperti ini,
apakah ini mimpi? Ketika kucubit pipiku ternyata terasa sakit, berarti ini bukan mimpi. Ketika aku melihat cara Rama menatapku,
aku merasa bahwa dia serius kepadaku, aku
pun menerima Rama dan ramapun tersenyum.
Tapi ternyata ketika
aku dan rama menjalin hubungan kembali, banyak yang tidak suka dengan hubungan kami, sehingga banyak yang mencoba
menghancurkan hubungan ini.
Aku tidak tau mengapa, tapi kita berdua tidak peduli dengan itu. Lagi-lagi, dan lagi-lagi Rama selalu tiba- tiba berubah, dia mulai cuek kepadaku, dia sering marah- marah kepadaku, dia sering berkata kasar, sungguh dia
berbeda dari yang aku kenal.
Aku mencoba untuk menelpon Rama dan ingin menanyakan sesuatu padanya, telponku masih belum diangkat, hingga akhirnya kucoba telpon lagi. “Halo, Ram kamu di mana?” Tanyaku. “di rumah, kenapa?” Jawab rama diselingi tanya. “Keluar yuk, sekalian antar
aku beli novel lalu kita makan siang”. Tawarku. “Duh gak bisa Ra, lain waktu aja”. Tolaknya. Lagi-lagi dan lagi-lagi dia selalu menolak tawaranku.
Aku mulai curiga dengan sikapnya, hingga akhirnya aku memberanikan diri
untuk angkat suara. “ Kamu kenapa jadi beda gini sih Ram? Kamu lagi dekat sama wanita lain?”
Tanyaku. “Dekat sama wanita lain gimanasih
maksudnya Ra? Lo selalu curigaan banget sama gw”. Bantahnya. “Gimana aku gak curiga Ram,
setiap kamu kuajak jalan, kamu selalu nolak”. Balasku karena masih curiga. “ Hmm, nanti deh malem gw ngomong sm lo” katanya. “Kenapa gak sekarang?”
Tanyaku. “bawel banget sih, kalo kata gue malem ya malem, udahlah gw lagi sibuk”. Jawab Rama sambil emosi. Dan rama mematikan
telponnya.
Aku sampai ketiduran ketika menunggu kabar dari Rama, hingga aku tidak
sadar bahwa sekarang sudah menunjukkan pukul 19.30, langsung kuraih ponselku, dan ternyata sudah terdapat
pesan lewat whatssap. “ Ra, maaf kalo
ini kata-kata gue ini bikin lo sakit hati, gue cuma mau ngomong,
kalo kita ga bisa lanjutin hubungan ini lagi deh, alasannya gw lagi deket sama wanita
lain, gw udah sayang sama dia. sebenarnya gw
udah mau ngomong ini dari kemarin-kemarin, cuma waktunya belum tepat. Itulah alasan kenapa gw
nolak buat jalan bareng sama lo itu karna gue lagi jalan sama dia. Dan gw
juga harus jaga perasaan dia, maaf kalau gw
ngecewain lo, semoga lo dapet cowok
yang lebih baik dari gue ya”. Komentar
Rama panjang.
Hatiku hancur, aku menangis ketika membaca pesan dari Rama, sungguh aku
tidak percaya bahwa Rama akan melakukan ini padaku, hingga akhirnya aku tau
siapa wanita yang didekatinya, aku mengenalnya baik, begitu
pun sebaliknya, pikiranku bertanya-tanya, oke semua orang berhak bahagia, tapi apa harus bahagia dengan cara merebut kebahagiaan orang
lain?.
Jam
tidurku rusak dibuatnya, aku menangis sepanjang hari, di sekolah pun aku tidak
fokus, Rama selalu
menghantui pikiranku,
untung
saja ada teman yang menemani di saat aku sedang seperti ini.
Keesokan harinya ketika
pulang sekolah, “Ra, kita main yuk?
Daripada
mikirin yang kemarin-kemarin, mending kita senang-senang”. Ajak Laras kepadaku. “Boleh deh”. Jawabku. Kita
berdua pergi ke sebuah cafe, lalu kita memesan kopi dan duduk menunggu
kopinya diantarkan ke meja kita, tidak lama, pesanan kopi pun dating. Ketika
meminumnya seketika aku berimajinasi, sungguh kopi yang saat ini aku minum, tidak sepahit ketika dia
meninggalkanku.
Tiba tiba Naila menyodorkan
ponselnya menunjukan foto pria yang lumayan tampan. “Ra, lo tau Dimas
kan? Ituloh anak baru pindahan dari SMA Garuda, lumayan lah, deketin gih”. Suruhnya.“ Iya tau, ngaco lo
mana mungkin dia mau sama gue Nai haha, apalagi dia ganteng, dan banyak yang suka sama dia”.
Kataku. “Gada yang gak mungkin Ra”. Balasnya. “Hmm, iyasih”. Jawabku.
Sampai di rumah, aku berberaring di kasur, dan tiba-tiba saja aku memikirkan Dimas, entahlah pertanda apa ini haha, langsung saja kubuka
ponselku dan membuka instagram, dan aku coba berteman dengannya di instagram,
tidak lama Dimas menerima permintaan pertemananku, sungguh awal yang
menyenangkan hehe. Mulai dari situ aku selalu chattingan dengan Dimas, dan aku juga semakin dekat dengannya. Pulang sekolah Dimas mengajakku pulang
bareng, ketika di perjalanan Rama berbicara serius kepadaku. “Ra, walaupun kita baru deket kemarin-kemarin, gw ngerasa nyaman sama lo, lo orangnya ga banyak tingkah, gak kaya cewek lain, lo mau kan jadi
pacar gue?” Katanya. Sungguh aku bingung harus menjawab apa, karena aku tidak percaya bahwa seorang Dimas yang tampan bisa
suka kepadaku, apakah dia benar-benar serius padaku? Aku mencoba percaya bahwa Dimas benar-benar serius denganku, dan aku
pun menerima Dimas menjadi pacarku.
Hubungan kami sangat bahagia hingga saat ini, rasa takutku ternyata salah, Dimas
serius denganku, Dimas selalu membuatku tertawa hingga membuatku lupa akan
kesedihan sebelumnya. sekarang aku sadar, bahwa yang pergi akan tergantikan
dengan yang lebih baik, terima kasih untuk masa laluku, karna darimu aku bisa menjadi
lebih tegar dan lebih dewasa lagi.
Sangat bagus
BalasHapus