Karya Arrifa Julia Wardani
Kelas XII MIPA 3 SMA Negeri 6 Kota Serang
Tahun Pelajaran 2019/2020
Gue Arrizqi Julian, biasa dipanggil Julian, gue udah
legal yaa, umur gue 17 tahun, gue sekolah di SMA favorite di kota Lumpia, yah
kota Semarang, dan sekarang gue kelas 2 SMA. Gue hidup di keluarga yang
berkecukupan, papa mama gue selalu sayang sama gue, gue minta motor dibeliin, gue minta hp dibeliin, ya ini
lah hidup gue, dan cita-cita gue yaitu jadi suami yang terbaik buat bulanku
tercinta, shhtt.
Tiga tahun yang lalu adalah masa tersulit gue, yakni
gue ga percaya akan namanya cinta lagi, gue sulit percaya dengan orang lain,
terutama cewek. Di masa itu bagi gue move
on adalah hal tersulit, bagaimana tidak sulit, dua tahun gue pacaran sama
dia, tiba-tiba saja dia ninggalin gue
demi cowok yang biasa aja, gantengan juga gue, tajir juga tajiran gue. Bagi gue
cewek adalah makhluk teraneh yang pernah gue temuin, dikit-dikit marah, dikit-dikit
seneng, tiba-tiba humble, tapi
setelah itu mereka bisa ngamuk dadakan, ya itu lah cewek. Ya jujur saja mantan
gue seperti itu, tapi sulit sekali gue move
on darinya karena banyak sekali kenangan-kenangan kami waktu itu.
Di
bangku kayu tua nan kuat ini, gue duduk seorang diri menyaksikan muda-mudi bercengkrama, dan berbahagia dengan
pasangan mereka, serta berbagi kenangan bersama. Sedangkan gue.. ditinggal pergi pacar gue. Hingga akhirnya gue
tersadar dari lamunan gue akan adanya suara yang menyadarkan gue dalam
kesunyian ini. “Ka,
permisi numpang tanya, pintu keluar sebelah mana ya?” Ya di sinilah gue, di labirin
cinta. “ Di sebelah utara, lo ikuti jalan saja”.
Kalian tau apa yang gue rasakan? Hati gue bergetar melihatnya,
bagaimana tidak? senyumnya yang merekah sangat manis untuk dipandang, mata
coklatnya yang terang seperti bulan malam ini, yah bulan.
“Sedari tadi aku
berjalan ke sana,
aku tak kunjung menemukan pintu keluar ka, maaf bisa tolong antarkan aku keluar
Ka?” Oh tuhan tentu saja gue mau, siapa yang tidak mau berjalan dengan wanita
cantik nan manis itu.
“Oke gue anter, tapi lo jangan geer,
gue sekedar nganter lo”.
Lagi lagi senyumnya membuat gue terbuai .“Iya ka terima kasih”. Dia mengucapkan terima kasih dengan nad yang merdu. “Sama-sama”.
Saat kami
berjalan menyusuri labirin cinta tersebut, kami sedikit berbincang bincang
untuk mengisi kehampaan ini.
“Duh Ka sampai lupa untuk berkenalan karena sibuk minta tolong kepada Kaka, kenalin namaku
Julia Nasya, panggil saja Nasya”.
Dia mengenalkan diri. “Oh iyah (nama yang indah, seperti orangnya
hehe). Kenalkan juga, nama
gue Arrizqi Julian panggil gue Julian”.
Aku belas mengenalkan diri. “Hai
ka julian,salam kenal”. Tanpa
terasa perkenalan singkat itu
pun
mengharuskan kami untuk berhenti melangkah, yah kami pun sampai di pintu keluar. “Terima kasih Ka, sudah mengantar aku, senang berkenalan
denganmu, sampai bertemu kembali”.
“sama sama, sampai bertemu kembali”.
Kalian
tau, perkenalan singkat itu pun menjadi awal
takdir yang sangat indah yang tuhan kasih ke gue, bagaimana tidak, di tempat bimbel gue ini, gue ketemu dia
lagi, ya siapa lagi kalau bukan Nasya. “Eh ka Julian, kaka les di sini juga?” Tanyanya. “Iya dari kelas 1 SMA gue dah di sini, dan lo? Lo anak
baru di sini?”. “Ga sih ka, gue pindahan dari ruang 1” Jawab Nasya. “Oh gitu
pantes gue ga pernah liat lo”. Kataku. “Oh jadi kaka
pengen liat aku ya? Hehe…” “geer
lo, siapa juga yang mau liat lo”. Bantahku. “udah de
Sya, kita sama-sama kelas 2 kan, jadi
jangan panggil gue kaka, berasa tua
banget gue, panggil aja Julian”. Pintaku. “Abis aku kira waktu itu kaka itu om om ehehe,
untung ga aku panggil om om loh ka, ehehe”.
Nasya berkelakar. “Terserah deh”.
Nasya
itu orangnya unik, dia selalu cantik mengenakan hijabnya, dan dia tidak pernah
ngomong lo gue, selalu saja dengan aku kamu. Sejak gue sekelas dengan Nasya,
gue semakin dekat dengannya.
Gue selalu anter jemput
dia dan bikin gue semakin semangat les karena ada dia. Dulu gue adalah anak
yang paling males les, tapi itu dulu sebelum gue kenal Nasya. Jujur
gue mulai suka sama dia, tapi gue takut ditinggal kaya dulu saat gue lagi
sayang-sayangnya ke mantan, eh ditinggal.
Ah kan jadi keinget
mantan lagi. Jadi untuk saat ini gue ga mau ngerusak hubungan nyaman ini. Gue
hanya ingin hubungan gue dan dia aman.
Keesokan
harinya gue undang dia ke acara ulang tahun gue yang ke-18, dan di acara itu pun ia tampil sangat
cantik dengan gaun dan hijabnya yang membuat dia bagaikan bidadari tak
bersayap, dia selalu bersinar terang di mana pun ia berada, dan dia
pun menyapa gue. “Yan, barakallah fii umrik, ini kado dari aku
buat kamu, maaf aku cuma bisa kasih ini, dan di dalamnya ada surat,
jangan lupa di baca ya”.
Setelah
acara selesai, gue pun membuka kado dari teman-teman gue satu persatu, dan
dibukalah kado dari nasya, dan gue baca suratnya. “ Barakallah fii umrik Yan, makasih
sudah jadi teman yang Nasya sayang, teman yang tidak pernah menyakiti nasya,
jangan tinggalin Nasya ya dan tetap jadi Julian yang Nasya kenal, ini kado dari
aku, dipake yah. “julia
nasya”. Rasanya hati gue
berbunga-bunga setelah baca surat dari dia, teman yang Nasya sayang? Jadi Nasya
sayang sama gue? Omg seneng bangeeeet gue.
Setelah
kejadian itu, gue pun memberanikan diri menembak Nasya, dan kalian tau,
Nasya nerima cinta guee. Dia sangat bahagia
saat gue mengungkapkan perasaan gue ke dia, gue resmi pacaran sama dia mulai
hari ini, 1 November 2018. Akhirnya orang yang selalu bersinar di sisi gue, kini menjadi
pacar gue.
Ya kini dia adalah
bulan gue, bulan Julian.
Sejak
gue pacaran dengan dia, dia lebih terbuka ke gue, dia selalu perhatian ke gue,
dia selalu ada disamping gue, dan dia lebih manja ke gue, tapi gue suka ko, dia
lucu saat dia manja ke gue hehe.
Hari
demi hari, minggu demi minggu serta bulan demi bulan, banyak sekali hal-hal
yang kita lewati. Waktu
itu gue pernah merasa tertarik ke sahabat Nasya, namanya Vera, gue sempat stalking IG-nya
dan lain lain.
Entah mungkin gue merasa bosan dengan Nasya higga gue khilaf
selingkuh di belakangnya. Hingga suatu saat Vera pun mendekati gue, Vera mengajak
gue jalan tanpa sepengetahuan Nasya, dan akhirnya gue setuju, kita pun jalan
dan nonton berdua di mall semarang. Ketika gue dan Vera di toko buku, tanpa
sengaja Nasya melihat keberadaan kami, ya dia di sana sedang mengantar
adiknya, dia sangat kaget melihat gue dengan Vera, dia pun menghampiri gue. “Yan aku mau ngomong
berdua sama kamu”. Pinta Nasya. “Okay,
Ver lo pulang sendiri ya, sorry”.
Kami pun menuju sebuah cafe kopi untuk berbicara empat mata. “Yan
jujur sama aku, kamu ngapain tadi sama Vera? Tadi waktu aku ajak kamu temenin
beli buku, kamu malah ga mau, tapi kamu malah jalan sama sahabat aku sendiri,
kamu kenapa yan? Aku salah apa sama kamu sampe kamu kaya gini? Hiks hiks”….. “Tadi Vera minta temenin aku ke mall karena tadi aku gak sengaja ketemu dia di jalan. Karena aku kasian, aku
anterin, maaf ya sayang”.
Kata gue sambil mengelus tangan Nasya dan langsung ditepis
olehnya. “Yan,
tuhan itu maha tau, aku minta kamu
jujur sama aku, sebelum aku nemuin bukti karena kamu berbohong”. Ucapnya. “Oh jadi sekarang Nasya
yang gue kenal berani ngefitnah gue
ha?! Jadi lo ga percaya sama pacar lo sendiri? Silahkan cari tau bukti sepuas lo, sampe lo puas!
Bye!” Dan gue pun meninggalkannya sendirian di cafe itu.
Samar-samar gue mendengar tangisannya, jujur gue ga tega ngelakuin ini ke dia, gue takut untuk
jujur ke dia, gue takut dia ninggalin gue ketika dia tau kesalahan yang gue
perbuat, ya gue cowok pengecut.
Dan
beberapa hari ini gue ga liat Nasya di bimbelan kami, ya kami beda sekolah,
hanya saja kami satu bimbelan. Gue
pun menghubungi nomornya, tetapi tidak aktif, gue chat nomornya juga tidak
aktif. Oh tuhan kemana
dia??? Maafkan kesalahan aku Sya maaf. Dan gue pun mendatangi
rumahnya. “Assalamualaikum tante,
Nasya ada di rumah?”. Tanyaku. “Waalaikum salam, ada yan silahkan masuk,
tante bingung sejak dia pulang dari toko buku, dia langsung drop yan”. Gue pun berlari
menuju kamarnya dengan perasaan bersalah dan langsung duduk di sampingnya
sambil memegang erat jari jemarinya yang kurasa sangat rapuh saat ini. “Sya, maafin aku,
maafin aku sudah bohong ke kamu, maafin aku sudah ga bisa jaga kepercayaan
kamu, maafin aku sudah ninggalin kamu sendirian, sudah bentak kamu, maafin aku
sayang”. Pintaku. “Gapapa Yan, mungkin kamu seperti itu karena kesalahan aku juga,
kesalahan karena aku suka manja ke kamu, atau mungkin karena aku sering nyusahin kamu makanya kamu capek sama
aku, maaf Yan”. “Ngga
Sya, aku yang salah, aku minta maaf, aku janji ga akan ulangi itu lagi. Kamu
jangan sakit kaya gini, kamu harus cepet sembuh sya, aku mohon”. Ia pun hanya
membalas perkataanku dengan senyuman dan tiba-tiba terlelap dalam tidurnya. Aku
pun akhirnya pamit pulang dan kembali ke rumahku.
Beberapa hari
kemudian, cahayanya kembali bersinar, Nasya kini kembali bimbel dengan gue
hanya saja ia tidak mau gue jemput, dia pun datang dengan supir pribadinya. “Hai
Sya, gimana sudah sehat kan? Kamu mau apa,
roti, susu, atau apa?”. Tanyaku. “Alhamdulillah aku sudah membaik. Tidak … terimakasih”.
Sejak
saat itu ia pun sedikit berubah, ia menjadi pendiam tidak seperti biasanya, ia
tidak seceria biasanya. Satu hal
yang masih sama darinya adalah senyumannya selalu merekah tulus untuk siapa pun. Dan gue pun tidak
tinggal diam, gue berusaha semampu gue untuk bertanggung jawab memperbaiki
hubungan kami yang rusak karena ulah gue, berbagai cara gue lakuin dan
perlahan-lahan Nasya pun kembali seperti biasanya. Hari ini, hubungan kami menginjak satu tahun. Gue pun membuat surprise untuknya, kuberinya dia
setangkai mawar dan coklat, dan ia pun menerima dengan sangat bahagia. Di hari yang spesial
ini kami merayakannya berdua, kami pergi ke tempat yang sangat indah untuk merayakan
hari jadi kami yang ke-1
tahun.
Setelah
perayaan itu, tanpa terasa liburan sekolah pun dimulai. Nasya dan
keluarganya memutuskan untuk berkunjung ke bunaken untuk berlibur, sedangkan
gue, tetap stay di Semarang karena
tugas orang tua gue yang masih sibuk. Dan gue pun turut menemaninya ke bandara
sebelum dia meninggalkan kota tercinta, lalu ia pun pamit kepadaku dan akhirnya
pesawat yang dia tumpangi lepas landas.
Tujuh hari
kemudian, Nasya dan keluarganya pun memutuskan untuk pulang, tetapi tiba-tiba
saja gue mendengar kabar bahwa pesawat dari Bunaken ke Semarang mengalami
kecelakaan akibat kelalaian maskapai.
Gue
pun panik dan mencoba mencari informasi tentang jatuhnya pesawat itu, dan saat
gue lihat di TV, nama Nasya pun tertera di sana sebagai korban yang masih belum
di temukan, hingga akhirnya gue pun bergegas menuju tempat jatuhnya pesawat
untuk memastikan keselamatan bulan gue. Sesampainya disana, gue liat banyak sekali mayat
yang tergeletak layaknya mereka sedang menyambut kedatangan gue. Gue pun dipersilahkan untuk membuka tutupan yang
menutupi wajah para mayat dengan seizin petugas di sana, dan saat itu pula
isakan tangis pun keluar dari bibir gue.
Saat gue buka salah satu penutup itu, gue melihat matanya yang
dulu terang seperti bulan, kini redup tak mengeluarkan cahayanya sedikit pun. Gue juga melihat
wajah yang dulu selalu tersenyum, kini telah menjadi manusia yang tak mampu
bergerak lagi, manusia yang tak mampu berbicara ke gue lagi. Disana gue menemukan
mayatnya yang lagi-lagi
ia tetap tersenyum dalam tidur panjangnya.
Gue
ga nyangka bulan kesayangan gue harus tuhan ambil lebih cepat dari yang gue
bayangkan, bulan gue tuhan ambil untuk meninggalkan gue sendirian lagi seperti
dulu. Ya tuhan kenapa
engkau harus ambil bulanku kembali padamu ya tuhaaaan...
Sejak
gue pacaran sama dia, dia ga pernah sekali pun meninggalkan gue,
dia ga pernah coba-coba untuk khianatin
gue, dia ga pernah ngomong kasar sama gue, saat kami dilanda masalah, senyumnya
selalu ampuh menyabarkan gue, dan dia selalu menjadi wanita tersabar yang gue
kenal, wanita yang mampu menghentikan emosi gue. Walaupun gue sering bentak
dia, marahin dia saat kami banyak
masalah, dia tetep sabar menghadapi gue.
Tapi gue,
ga pernah sabar menghadapi dia, gue nyesel berlaku seenaknya ke
dia, gue nyesel sudah membuatnya menangis, gue nyesel pernah selingkuh darinya,
gue nyesel Sya, maafin gue.
Kini tidak ada
lagi manusia yang mampu menyinari kegelapan gue, hanya Nasya yang bisa
menyinari sisi gelap gue, hanya dia yang mampu sabar menghadapi diri jahat gue. Sya gue minta maaf
atas segala kesalahan gue, aku minta maaf sayang, semoga bulanku tenang di
rumah tuhan yang indah, karena kamu pantas menerima segala keindahan yang tuhan
punya. I love you bulanku, Julian.
Temea-teman.... Kmentarnya doooong....
BalasHapus