Karya
Wardah Hanifah Kelas XII MIPA 5 SMA Negeri 6 Kota Serang
Tahun Pelajarann 2019/2020
Hari
ini,tanggal 23 september 2019, sekolahku mengadakan study tour ke Banten lama. Pagi hari,sekitar jam 7,aku dan
teman-teman kelasku berkumpul di lapangan sekolah.”Mia!” Segera aku menoleh
kebelakang. “Hai Intan! “Oh ternyata Intan.Aku pun berbincang-bincang dengannya
sembari menunggu teman-temnku yang lain. Di Depan sekolah,sudah berjejer 3 bis
yang siap mengantar aku dan teman-temanku untuk pergi ke Banten lama. Setiap
murid diabsen dan duduk di tempatnya masing-masing. Kebetulan sekali aku duduk
dengan Intan dan sekelilingku ada Tyo, Ali, Resa, dan Desi. Mereka adalah teman
dekatku di kelas.
Perjalanan
yang kita tempuh kira-kira hanya 30 menit saja. Di perjalanan, aku hanya
mendengrkan musik dan sesekali melihat teman-temanku yang tertidur pulas, ada
juga yang bermain ponsel dan masih banyak lagi.
Sesampainya
di sana, bu Lina sebagai tour guider kelasku
mengabsen dan membagi kelompok untuk mengobservasi tempat-tempat sejarah yang
ada di sana.”Mia, Ali, Tyo, Resa, Desi, Intan, kalian satu kelompok ya. Jangan
terpisah sampai akhir kegiatan ini dan jangan lakukan kegiatan yang dilarang
oleh peraturan yang ada di sini oke!”. Ujar bu Lina memperingatkan kami. ”Siap
laksanakan!”. Ujar kami berenam secara kompak.
Sebelum
melakukan observasi dan berkeliling di Banten lama, kami berenam mengisi
stamina terlebih dahulu dengan memakan bakso yang dijual di pinggir jalan.”Eh, ngebakso dulu yu, gue laper banget nih”.
Ajak Tyo yang merengek seperti anak kecil yang tidak makan seharian. ”Hayu!”.Jawab
aku, Intan, Ali,Resa, dan Desi. ”Kita ke sana aja yuk, ane rasa di sana baksonya enak”.Ajak Ali. “Oke!” Jawab kami
berlima.
Sesampainya
di warung bakso, kami segera memesan 6 porsi bakso dan juga es teh manis. “Hmm,
bener kata kamu Li, baksonya enak”. Ucap Intan. “Kata ane juga apa”. Jawab
Ali.15 menit kemudian, bakso yang kami santap habis. “Alhamdulillah, sumpah
kenyang banget”. Ujar Resa. ”Iya Res. Gue juga”. Tambah Desi. Setelah selesai
membayar, kami pun langsung bergegas menuju tempat observasi yaitu di bekas
Keraton Surosowan.
Sepanjang
perjalanan, aku selalu mengamati tasnya Tyo karena aku melihat keanehan di
dalam tasnya. Aku pun memberanikan diri
untuk bertanya padanya, ”Yo, tas kamu kelihatan berat banget sih, emang bawa
apa aja?”. Tanyaku. “Oh ini, gua cuma
alat tulis doang ko”. Jawab Tyo. Ya sudah, aku pun menganggukan kepalaku
walaupun sebenarnya aku masih belum puas dengan jawaban Tyo.
Ketika
sedang melihat-lihat Keraton Surosowan ,aku dan teman-temanku kaget melihat ada
coretan mural di dinding keraton ini dan juga salah satu temanku hilang yaitu
Tyo. “Ini sepertinya baru”. Ujar Intan sambil memegang tembok itu. “Pasti ini
ulah Tyo. Gue tahu persis sikap Tyo. Dia selalu mencoret tembok ketika
berkunjung ketempat yang baru dia datangi. Seperti saat dia masih SD, dia
pernah mencoret tembok di Tugu Pahlawan di alun-alun Kota Serang dan dia
langsung dipanggil satpam”. Penjelasan Resa tersebut menguatkan dugaanku selama
ini. Ternyata Tyo yang mencoret temboknya. Padahal sudah jelas tertera dalam
tata tertib pengunjung bahwa tidak boleh mencoret-coret dan merusak bangunan.
Ketika
aku dan teman-temanku sedang mencari Tyo, tiba-tiba ada seseorang yang
mengagetkan kita dari belakang. “Dor!!!”
Teriak seorang laki-laki dari belakang. Ternyata itu Tyo. “Tyo! Apa
benar ini ulahmu?”. Tanya Resa. “Iya, emang kenapa?”. tanya Tyo sambil berkacak
pinggang. “Bagus kan mural buatan gue?”. Tanya Tyo sombong.” Bagus dilihat dari
lobang semut”. Ujar Intan.” Sekarang cepat bersihin
mural gak berguna itu!” Bentak Intan.”
Ih! Lo tuh ya gak ngehargain karya
orang banget!”. Balas Tyo. Aku, Ali, Resa, dan Desi hanya terdiam melihat
mereka bertengkar. 5 menit berlalu,akupun memberanikan diri melawan Tyo.” Tyo, benar
kata Intan, ini bangunan bersejarah. Jadi, cobalah kamu lakukan apa yang Intan
katakan”. Tak lama kemudian, Ali juga ikut membela Intan. “Iya Tyo, benar kata
Intan dan Mia. Ane sedih banget kalo
ada orang yang merusak bangunan bersejarah seperti ini”. Lalu Desi
menyahutinnya. “Bangunan ini dibangun pada tahun 1522-1526 pada masa
pemerintahan Sultan Maulana Hasannudin. Pembangunan ini melibatkan ahli
bangunan asal Belanda yang bernama Hendrick Lucas Cardeel. Bangunan ini hancur
karena ulah Daendels pada tahun 1808. Dan sekarang kamu mau menghancurkan bangunan
ini lagi hah?”. Jelas Desi. “Bukan gitu gue
hanya ingin nyalurin hobi gua doang
ko”. Bantah Tyo. “Hust…apa pun alasan ente,
tetep aja salah”. Tegas Ali. “Udah, sekarang hapus tuh mural sebelum petugas
datang”. Aku meyuruh Tyo untuk menghapus mural buatannya itu. “Iya deh iya, maafin
gue”. Tyo langsung mengeluarkan cat pembersih dan langsung menyemprotkan cat
tersebut ke muralnya sambil sesekali menggosokkan lap pada dinding tersebut.
15
menit berlalu, khinya mural yang dibuat Tyo sudah hilang. “Tyo! Lain kali kamu gak boleh corat-coret
tembok lagi! Di mana pun kamu berada, mau
di toilet kek, kebun binatang atau di mana pun, itu gak boleh!”. Tegas Desi. “Iya
bawel. Temen-temen maafin gue ya, gue ga bakal ngulangin lagi deh, janji”. Ucap Tyo sambil menunduk.” Iya Tyo, kami
maafin. Oke, sekarang kita naik menara yuk”. Ajak Intan. “Ayo!”. Ucap kami
serentak. “Let’s go!!!”.
Denmikian
cerita ini ditulis dan dipublikasikan, semoga bermanfaat. Dan jika berkenan,
mohon tinggalkan komentar. Ditunggu yaaah!
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !