Karya Tasmi kelas XII MIPA 3
SMA
Negeri 6 Kota Serang 2019
Cemoohan
dan hinaan datang silih berganti ,seolah olah aku melakukan hal yang paling
menjijikan di muka bumi. Apa yang salah dari sebuah perasaan? Bukankah ia hadir
atas seizin tuhan? Namaku Hasna. Masa SMA-ku sangat indah, tapi itu dulu, sebelum
ia datang dalam hidupku. Saat itu setelah bel istirahat berbunyi, seluruh siswa
bergegas ke kantin untuk memenuhi isi perut mereka masing masing. Sedangkan aku
masih berada di dalam kelas untuk mengerjakan tugas matematika yang belum aku
kerjakan (gurunya killer jadi tak kerjain
deh wk). Setelah mengerjakan tugas tersebut, kulihat masih ada sisa
waktu 5 menit untuk ke kantin. Aku pun buru-buru ke kantin karena takut kalau
jajanan teh Eha, mamah adi, siomaynya mang Asep, dkk. habis terjual. Terlalu
fokus memikirkan jajanan, tanpa sadar aku menyenggol bahu seorang lelaki yang
masih membawa tasnya. “Eh sorry,gue ngga
sengaja’’. Kataku. “Ga papa, lo tau ruang guru di mana? ’’Tanyanya. “Oh
itu ruangan guru di depan, tinggal lurus aja’’. Aku menunjuk ke ruangan
tersebut. Oh itu, oke maksih”. Ia pun melanjutkan langkahnya
menuju ruangan guru.
Terlalu
lama di kantin membuatku terlambat memasuki kelas. Aku pun bergegas menuju
kelas dengan tergesa-gesa. Setelah mengetuk pintu dan mengucakan salam, aku
langsung masuk ke dalam kelas. Terlihatlah pak Mamat yang sedang duduk di meja
guru dan seorang lelaki yang sedang memperkenalkan diri di depan kelas.
“Sepertinya cowok yang tadi’’. Ucapku dalam hati. Tak mau membuang waktu, aku
pun melewatinya dan langsung duduk di kursi ku. “Semoga kita bisa berteman
dengan baik yah”. Itulah ucapan terakhir dari perkenalannya sebelum disuruh
duduk oleh pak Mamat. ‘’Anak baru?’’ Tanyaku pada Karin (teman sebangkuku). ”Iya,
ganteng yah?’’Ucapnya. ‘’B aja, namanya siapa?” Rsponku cuek. “Huuu B aja tapi
malah nanya nama. Namanya Aditya Herwansyah, dia pindahan dari Jakarta loh! “Ucapnya
menggebu-gebu. “Ya kan Cuma nanya doing”. Dia terdiam beberapa detik, “Jangan
suka sama dia’’. Ucapnya tiba-tiba ‘’loh kenapa?’’ Tanyaku penasaran. “Dia itu
non muslim’’ Dan aku pun langsung mengerti ucapannya tanpa harus bertanya lagi.
Selama 4 bulan mengenal dirinya, ternyata dia
orang yang asik dan mudah bergaul dengan teman sekelasku. Tidak hanya itu, sifat
ramah yang ia miliki membuat mudah untuk mendapatkan banyak teman. Bahkan aku
sering bercanda dengannya dan ia selalu berhasil membuatku tertawa. Namun tanpa
kusadari, ia mulai memberikan banyak perhatian kepadaku. Dan hal sekecil itu
mampu membuat hatiku menghangat, hingga suatu sore…..
Pada
suaru sore dia memanggilku. “Hasna,gue mau ngomong bentar sama lo”. Ucap Adit.
“Ngomong aja kali Dit, pake izin segala”. Jawabku santai. “Mmm soalnya ini
serius, lo mau ga jadi pacar gue?”Suaranya terdengar sangat serius”. Lo nembak
gue?” Dia pun mengangguk. “Tapi lo kan tau
kalo kita itu beda…..”. Ucapku dengan suara bergetar”. Ya, gue tau kita beda keyakinan, tapi apa salah
kalo gue sayang sama lo? Bukannya cinta datangnya atas seizin tuhan? Gue rasa itu
bukn sebuah kesalahan?” Adit berdalih. “Tapi
ini bakal jadi bumerang buat kita nantinya Dit”. Tanpa terasa air mataku
terjatuh. “sttt….. gue ga suka liat lo nangis.
Gue bakal menghadapi apa pun yang akan terjadi asalkan lo selalu di sisi gue, sorot
mata lo mengatakan kalo lo suka sama gue juga, please jadi pacar gue?” suaranya
penuh harap”. Iya gue mau dit”.
Setelah
beberapa minggu jadian dengannya, ketakutanku menjadi kenyataan. Banyak orang
yang tidak suka hubuganku dengan Adit. Bahkan mereka tidak segan-segan untuk menatapku
dengan tatapan sinisnya saat aku berjalan dengan Adit. Namun adit selalu
berkata “semuanya akan baik-baik saja, tak usah dipikirkan”. Kata-kata itulah
yang selalu menjadi penguatku.
“Gosip
lo pacaran sama Adit itu salah kan? Lo ga mungkin kan pacaran sama dia?” Tanya
Karin saat aku baru saja sampai di kelas, mukanya terlihat menahan amarah”. Itu
bener kok, ga ada hal yang ga
mungkin di dunia ini Karin”. Aku berdalih. “Tapi kenapa harus dia? Banyak cowo
di sekolah ini. Lo lupa kalo lo sama dia itu….”. Tanya Karin. “Iya gue ngga lupa kok, kalo gue sama dia itu
beda agama! Ini urusan gue sama dia, jadi
lo ga usah ikut campur!” Ucapku marah.
“Gue Cuma peduli sama lo, apa lo mau sakit hati di akhir nanti?” Aku pun
terdiam, ia melanjutkan ucapannya. ”Lo harus inget ADA dinding pembatasnya di antara kalian yang harus diruntuhkan. Lo
yakin dia mau pindah agama nantinya? Kalo ngga,
lebih baik lo mundur dari sekarang karena itu Cuma nyakitin Lo doang”. Karin pun pergi meninggalkan ku yang masih diam
terpaku memikirkan kata-katanya barusan. Aku sadar bahwa agamaku sangat tegas
melarang hubungan beda agama. Oh tuhan, aku
sangat menyayanginya, bolehkah aku bertindak egois kali ini? Gumamku.
Setelah bertarung dengan pikiran sendiri, akhirnya aku
memutuskan untuk menjalani segalanya seperti biasa. Hari ini aku mengajak Adit ke
pernikahan sepupuku. Ia menghadiri acara tersebut dengan senang, bahkan
sesekali ia bercengkrama dengan keluargaku hingga acara selesai.
“Oh
jadi seperti itu yang namanya ijab qabul?” Tanyanya saat kita di dalam mobil
hendak pulang. “Ya seperti itulah dalam agamaku, seorang lelaki menggenggam
tangan ayahku lalu mengucapkan ijab qabul di depan banyak orang, kemudian
pengantin perempuan mencium tangan laki-lakinya dan sang laki-laki mencium
kening istrinya, bukankah itu so sweettttt?” ucapku berbinar-binar sambil
membayangkan.” hmmm tadi itu …. di masjid?” Aku pun langsung mengangguk karena
itu memang dilaksanakan di masjid Raya Al-Bantani. Dia pun terdiam sebentar,
kemudian mengatakan “lalu kita akan menikah di masjid apa gereja?” Jika setiap
perempuan akan blushing saat ditanya
menikah, maka aku tidak. Aku hanya diam terpaku memikirkan apa yang ia katakan.
Aku bodoh karena tidak berpikir sejauh itu. Sejak saat itu kami tidak berbicara
lagi dan lebih memikirkan masa depan, bahkan hingga acara kelulusan kami tetap diam
membungkam satu sama lain tanpa adanya kepastian dalam hubungan kami.
Demikian cerita ini dipublikasikan, semoga bermanfaat. Jika berkenan mohon tinggalkan komentar.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !