Karya Dela
Yulianti Pratiwi Kelas XI MIPA 3
SMA
Negeri 6 Kota Serang 2019/2020
Tringgggg..."Vio
bangunnn….. Udah jam berapa ini?" Ucap tetehku sambil menarik selimutku. Adek
gue tidur atau pingsan dah? Dari tadi kagak denger gue teriak. Gumam teh Lia.
Oh
ya kenalin namaku Viona Natasya, aku anak
terakhir dari 3 bersaudara, terlahir dari keluarga yang sederhana, sedangkan
tetehku yang pertama bernama Adinda Natasya dan yang kedua bernama Thalia Natasya.
Ibuku sudah meninggal sejak aku berusia 5 tahun. Kini aku tinggal bersama ayah
dan tetehku yang kedua.
"Hah
udah jam segini? Teh ko gabangunin Vio sih? " Ucapku sambil membereskan
tempat tidur dan bergegas menuju kamar mandi. “Lah dari tadi gue bangunin Lu kagak bangun-bangun kaya
orang pingsan. Kata teh Lia.
"Pagi…
ayah… teh Lia…" Ucapku kepada ayah
yang sedang menunggunya di meja makan. "Pagi juga Vio…" Ucap ayah dan
teh Lia secara bersamaan. "Jangan lama-lama makannya nanti kalian telat
berangkatnya". Ucap ayah. "Siaaaap
ayah" Ucapku dan teh Lia.
Setalah
selesai aku dan teh Lia langsung bergegas menaiki mobil kesayangan teh Lia dan
langsung pergi ke sekolah, kebetulan sekolah kita bareng. "Teh Lia lama
amat si ngebut dikit napa". Ucap
aku dengan gelisah karna takut telat. Teh lia mencepatkan laju mobilnya. Sesampainya
di sekolah kita bersyukur untung saja pintu gerbang belum tertutup. Setelah
memarkirkan mobil kita langsung bergegas masuk kelas masing-masing dengan
gelisah.
Bughhhhh….."Aww
sakitttt!!" Ucapku sambil menunduk meringis kesakitan. Ketika aku bangun
dan melihat siapa yang menabrak ternyata dia adalah pria bernama Randy Sanjaya.
Dia tetangga kelasku. Entah kenapa tiba-tiba aku diam mematung melihatnya. "Sory!!"
Ucapnya dengan muka datarnya. "Hmm lain kali liat-liat kalo jalan"
Ucapku. "Ya uda gue harus apa biar Lo maafin"
Ucap Randy. "Ga perlu makasih".
Ucapku lalu pergi begitu saja meninggalkan dia.
Tringgg...
Tringg....Tring... Bel istirahat pun berbunyi. Aku dan teman-temankuku memutuskan peergi ke
kantin, dan di sana kita mencari bangku yang kosong. "Gaisss itu masih ada bangku kosong ayo cepet kesana". Ucap
salah satu temanku sambil duduk dan memesan makanan. Ketika aku sedang menunggu
makanan datang tiba-tiba Randy datang membawakan segelas jus jeruk. "Apa ini?"
Tanyaku. "Jus jeruk buat Lo". Jawab Randy. "Buat apa? Gue ga
mesen jus jeruk". Tanyaku kembali. "Anggap aja ini sebagai permintaan
maaf gue, karena tadi gue nabrak Lo". Jawab Randy sambil pergi
meninggalkanku. "Randyyyy!!!" Teriakku. Randy pun membalikan
badannyaa sambil mengangkatkan alisnya heran. "Thanks minumannyaa"
Ucapku. "Iyaa…" Jawabnya lalu pergi meninggalkan kantin.
Setibanya
di rumah aku terus memikirkan kejadian tadi pag,i entah kenapa ada yang berbeda
dengaku, tapi aku tidak akan menyimpulkan begitu cepat kalau aku mengaguminya,
karna aku tau bahwa mengagumi tidaklah mudah.
Beberapa
bulan kemudian kulewati bagaimana diam-diam aku memandangi dia, Memperhatikan
dia walau dari kejauhan, aku senang mengikutinya dari belakang, cara
tersenyumnya adalah kesukaanku, dan dia jUga penyemangatku sekolah.
Tokk..tokk..tokkk..."Iyaa
masuk!" Jawabku dari dalam kamar, pintu pun terbuka ternyata teh Lia yang
mengetuk pintu. "Dek! Gue mau cerita nih". Ucapnya. "Sok… cerita apaan? Tumben banget". Jawabku.
"Jadi gue lagi deket nih sama adik kelas". Ujar teh lia. "Wahh
siapaa?" Tanyaku penasaran. "Randy sanjaya anak kelas X1 Mipa 2".
Ucapnya. Deggggg rasanya sakit banget mendengarnya, bagaimana bisa orang yang
aku kagumi selama ini ternyata dia dekat dengan tetehku sendiri. Tapi tetehku
tidak boleh tau kalo aku
menyukainnya. "Ohhh Randy tetangga kelas gue itu". Ucapku. "Iyaaa
nih gue udah beberapa minggu ini deket sama dia". Ucap teh Lia."Yauda
langgeng yaa". Jawabku seadanya."Ko lo lemes gitu jawabnya?"
Tanyanya."Ahh biasaa aja perasaan teteh aja mungkin". Ucapku."Ahaha
iya mungkin, Udah ah gue mau ke kamar mau ngabarin Randy dulu bayyy".
Ucapnya lalu pergi dari kamarku.
Semoga
lo bahagia teh, gue akan lupain dia secepatnyaa. Gumamku. Cukup lelah hari ini
dan akhirnya aku memutuskan untuk tidur.
Pagi
ini aku bangun lebih awal, aku membereskan tempat tidurku dan langsung beranjak
ke kamar mandi untuk membersihkan badanku, setelah hampir 15 menit aku
bersiap-siap untuk sarapan sambil menunggu teh Lia. "Pagiiiiii dekkk".
Ucap teh Lia menghampiriku di meja makan. "Pagi juga bawelll". Balasku.
"Dek
kayanya gue ga bisa berangkat bareng Lo
deh". Ucap teh Lia."Lahh kenapa? " Tanyaku heran. "Hari ini
gue dijemput Randy hehe". Jawabnya. Aku harus kuat bagaimana juga Randy bukan
siapa-siap aku dia pantas kalau bersama orang lain walaupun orang lainnya
adalah tetehku sendiri. "Ohh ga masalah Vio bisa naik taxi". Jawabku."Adekk
terbaik ya gini". Jawabnyaa. Tokk...tokkk...tokkk… "Dekk pasti itu Randy
lo bukain pintunya dulu ya, gue mau
ke kamar mandi bentar". Ucapnya langsung pergi ke kamar mandi.
"Ya,… Allah cobaan
apa lagi ini pagi pagi". Gumamku. Mau ga mau gue akhirnya membukakan
pintunya, Dia melihatku seperti heran. "Biasa aja kali liatnya".
Jawabku. Akhirnya dia tersadar dari lamunanya. "Ehh iya sory, gue cuma
heran doang". Ucapnya.
"Hmmm, Mau tunggu
di sini atau mau masuk?" Tanyaku sebenernya aku degdegan di dekatnya aku
jga tidak berani ngobrol seperti ini. "Tunggu di sini aja". Jawabnya
dengan muka dingin. "Okey, kalo teh Lia lama masuk aja gue mau berngkat
duluan". Ucapku lalu pergi.Gue baru tau
kalo lia dan vio ternyata adik kaka. Randi bergumam.
***************
Malam
ini adalah malam Sabtu, karena sangat kesel aku memutuskan untuk memainkan handphone. "Tidak ada yang
menarik". Kataku dalam hati. Lalu aku menekan tombol menu dan
mematikannya. Derttt...derttt..dertttt... Tiba-tiba ponsel-ku
berbunyi, ketika kulihat ternyata nomor tidak dikenal. Karna penasaran akhirnya
aku mengangkat telnon itu. "Hallo" Ucap orang itu. "Ini
siapa?" Tanyaku. "Gue Randy". Jawabnya. Oh ada apaa ya?" Tanyaku
kaget. "Gue mau minta tolong lo nih". Kata Randi. "Minta tolong apa?" Tanyaku
penasaraan.
"Jadi besok malem
gue mau nembak teteh lo di caffe
deket sekolah". Jawabnya. Degggg rasanya hatiku hancur mendengarnya. "Ohh
terus? Mau gimana renacanya?" Tanyaku. "Lo besok tinggal ajak teteh
lo ke caffe itu". Jawabnya. "Hmm okey". Jawabku. "Oke
thanks ya" Lalu aku langsung
memutuskan telpon itu. Aku memikirkan ucapan itu sampai akhirnya aku tertidur.
Keesokan
harinya aku memasuki kamar teh Lia untuk mengajaknya sarapan bareng. "Teh
yu ke bawah sarapan bareng".Ucapku mengajak teh Lia. "Duluan aja dek ntar gue nyusul". Jawabnya sambil
membereskan tempat tidur. "Okey
gue tunggu". Ucapku lalu pergi ke meja makan. Aku dan teh Lia sarapan
bareng. Ketika aku dan teh Lia makan suasanya hening tidak ada satu pun yang
mengajaknya ngobrol, ku muli menyampaikan permintaan Randy. "Teh nanti
malem ke caffe yang didekat sekola
itu yu" Ucapku memecahkan keheningan. "Tumben banget ngajak keluar". Ucapnya dengan
heran. "Ga papa pengen aja, Ayoo teh" Ucapku "Hmm iya deh gue
mau". "Oke tetah harus dandan yang cantik". Pintaku. "Iyaa
iyaa bawel banget". Aku hanya membalas dengan tersenyum palsu.
Malam
pun tiba aku memutuskan untuk menelpon Randy untuk mengabarkan kalau aku sedang
bersiap-siap untuk menuju caffe itu. "Hallo
Ran". Ucapku. "Ya kenapa? " Tanyanya. "Gue sama teh Lia bentar
lagi otw caffe nih". Kataku. "Okey
gue tunggu". Lalu aku memutuskan telponnya, dan menuju kamar teh Lia.
sesampainya di depan kamar teh Lia aku mengetuk pintu kamarnya.
Tokk..tokk...tokk....
"Teh udah siap belum? "Tanyaku di depan pintu. "Iyaa bentar lagi
nih tunggu". Teriaknya dari dalam. Tidak lama kemudian teh Lia keluar
dengan berpakaian dress dan rambut digerai
begitu saja tak lupa memakaikan make up
tipis di wajahnya. "Cukup cantik. Gumamku. Setalah selesei bersiap-siap kami
langsung berangkat ke caffe itu. Sesampainya
di sana teh Lia heran karna caffe
yang biasanya cukup ramai tapi malem ini sangat sepi padahal malem ini adalah
malem Minggu. Kami memasuki caffe itu
dan mencari bangku yang berada di pojok. Sambil menunggu pesanan makanann kami memainkan ponsel.
"Ke toilet
sekarang". Kata Randy. "Ya tunggu". Kataku.
Akupun menuju kamar
mandi, menacari keberadaan Randy. Beb rapa
menit mencari aku menemuinya dan langsung menyusul dia. "Tugas gue sekarang
gimana?" Tanyaku. "Lo nanti
tutup mata dia, entar lo kasih aba-aba kalo udah siap biar gue langsung
masuk".. Jaawabnya. "Hmm okey" Ujarku dengan nada pelan.
Aku kembali ke tempat
meja makanku, lalu menutup mata teh Lia menggunakan kain, semua lampu pun
dimatikan, aku memberi aba-aba untuk Randy. Randy pun datang membawakan buket
bunga dan langsung duduk tepat di depan kursi teh Lia. "Vio... Lo ke mana ini
gelap banget". Teriak the Lia. "Buka kain di matamuu teh".
Jawabku. Teh Lia membuka matanya heran melihat Randy ada di depannya.
"Ko
lo bisa di sini? " Tanya teh lia pada Randy. "Hmm iyaa, lia gue mau
ngomong sesuatu sama lo". Ujar Randy. "Iyaa boleh ngomong
apaan?" Tanya teh Lia dengan perasaan yang tidak enak. "Jadi selama
ini gue suka sama lo. Lo mau jadi pacar gue? "Tanya Randy dengan suara
lantangnya lalu menyodorkan buket bunga yang dia siapkan sebelumnya. "Gu...
Gue juga suka sama lo Ran". Jwb the Lia. "Jadi? " Tanya Randy butuh
kepastian. "Gue mau jadi pacar lo". Jawab teh lia dengan yakinnya.
Aku tak bisa lagi
membendung air mata ini akhirnya aku memutuskan untuk pergi dari sini. Aku
bukan wanita kuat yang sanggup menahan ini sendiri. Aku juga bukan wanita hebat
yang berani mengakui perasaanku padanya. Aku yakin Tuhan pasti punya rencana
lain untukku yang lebih indah.
'Gue akan ikhlasin Randy buat lo teh, gue akan ngelupain dia secepat mungkin, gue ga mau larut dalam kesedihan. Semoga lo
bahagia dengannya karena bagaimana pun juga gue cuma pengagum dalam diam. Gumamku.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !