REGRET (Part 1)
Created by Ghina Sausan
Pernahkah kau memiliki seseorang yang secara terang-terangan bahwa dia menyukaiimu?Semacam fans atau maniak yang selalu mengejar-ngejarmu kemanapun kau pergi? Dia selalu bertingkah aneh dan itu membuat orang-orang di sekitarmu mentertawaimu. Itulah keadaanku saat ini. Namaku Robby Mahendra, cowok tulen yang lumayan tampan danpintar. Aku sudah kelas 3 SMA, yang selalu aktif mengikuti banyak organisasi. Masa jabatankusebagai ketua OSIS akan segera berakhir karena aku harus fokus belajar untuk menghadapi UN nanti.
“Robby! Tunggu aku!” seru seseorang yang sangat aku kenali. Devi Gabriella, nama perempuanbertubuh mungil sedang berlari menghampiriku dari belakang. Aku menghembuskan nafas beratdan segera melanjutkan langkah menuju ruang OSIS tanpa menanggapinya.Aku bisa mendengar suara langkahnya yang cepat menggema di sepanjang koridor sekolah ini.Sial, kenapa dia selalu membuat moodku jelek setiap pagi?! Arghh…Dia pun akhirnya sampai di hadapanku dan menghalangi langkahku.“Minggir!” ucapku ketus kepadanya. Dia menunduk dan nafasnya memburu karena dia telahberlari tadi.Aku mendelik sebal melihat penampilannya yang berantakan. Lihat saja rambut panjangnyakusut, seragamnya acak-acakan dan kaus kaki yang panjang sebelah. Apa dia tidak maluberpenampilan seperti itu sebagai perempuan?
“Robby, kenapa kau tidak menungguku? Aku berlari mengejarmu ketika mamah mu bilang kausudah berangkat.“ ucapnya setelah dia dapat mengatur nafasnya kembali.Aku diam tak menjawab pertanyaanya dan bersiap melangkah melewatinya.“Hey, Robby! Apa kau lupa tentang janji saat kita kecil kalau kita—“ aku berbalik dan segeramenutup mulutnya cepat. Membuat orang-orang di sepanjang koridor menatapku aneh. Akuhanya tersenyum kaku kepada mereka dengan tatapan jangan-pedulikan-kami-okay?
LASHBACKPagi hari di sebuah taman dekat gedung bertingkat dua dengan dekorasi yang di dominasi olehwarna-warni dan gambar-gambar lucu terlihat seorang anak perempuan kecil sedang berjongkoksendirian, tepatnya di bawah pohon rindang dia menangis dalam diam sambil memegang topisekolahnya. Dia mengelap air matanya dengan lengan seragamnya yang sudah basah.Lalu seorang anak laki-laki kecil tiba-tiba keluar dari dalam gedung itu yang ternyata adalahsebuah TK. Dia berlari kencang dengan kaki kecilnya menuju taman yang tak jauh darisekolahnya tadi, dia terlalu terburu-buru sehingga tidak menyadari kalau topinya jatuh ke tanah.“Hosh…hosh.. kau! Kenapa ada disini?!” kata laki-laki kecil itu ketika sampai di hadapan anakperempuan tadi yang sedang menangis. Nafasnya terengah-engah dan keringat mengalir didahinya.Anak perempuan itu mendongak dan melihat teman sekelasnya menatapnya khawatir.
“A-aku tadi kesiangan, hiks. Ketika sudah sampai di sekolah, sekolahnya sepi, hiks… Aku takut dimalahi, lalu aku bellali kesini. hiks…” kata anak perempuan itu dengan tersedu-sedu. Mata dan hidungnya berubah menjadi merah karena menangis.“Bodoh!” ucap temannya dengan kecang membuat anak perempuan itu terdiam menatapnya.“Bu gulu tak akan memalahimu, tahu!” sambungnya lagi. Dia ikut berjongkok sambil menghapus air mata yang keluar dari mata anak perempuan itu.“Sudah jangan menangis lagi.” Ucap anak laki-laki itu. Dia tersenyum lembut dan mengajaktemannya berdiri.
“Sama-sama, Devi!” Akhirnya mereka pun berjalan bersama sambil berpegangan tangan menujusekolahnya.
FLASHBACK END
“Kenapa kau harus membicarakan hal itu lagi?!” Bentakku kepada Devi. Aku menyeretnya ke belakang sekolah dengan kencang. Dia terlihat merintih kesakitan karena tangannya aku tarik dengan kasar. Aku tidak peduli dengannya karena dia selalu membuatku malu di mana pun kami berada. Aku melepaskannya ketika sampai di belakang sekolah. Tempat ini terbilang sepi karena jarang sekali murid datang ke sini di pagi hari.“Kenapa sih kau selalu membuatku kesal?!” Mataku berkilat marah, dia hanya menunduk takut di hadapanku.“Aku hanya mengingatkanmu Jan—“
“Ma-maafkan a-aku, Robby…” dia menunduk semakin dalam. Aku mengalihkan pandangankuke arah lain, mencoba meredam kembali emosiku.“Sudahlah.” Aku berlalu meninggalkannya sendiri. Bel masuk sudah berbunyi dan aku segeramenuju kelasku dan untungnya aku tidak sekelas dengannya.~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Seperti biasa, ketika bel pulang berbunyi aku tak langsung pulang seperti teman-temanku yang lain. Aku harus menghadiri rapat OSIS yang akan membicarakan pelepasan masa jabatanku dua minggu lagi. Aku berjalan melewati lapangan yang ternyata para anggota ekskul sepak bola sedang berlatih. Aku mengangguk pelan ketika beberapa dari mereka tersenyum kepadaku.“Hey!” Aku menoleh ke sebelah kiriku ketika aku merasa akulah yang dipanggilnya.“Oh, kau Raz,” aku tersenyum melihat temanku ini, namanya Tharaz. Perempuan cantik dan pintar. Bisa dibilang dia adalah perempuan populer di sekolah ini. Aku dengar sih banyak sekali laki-laki yang ingin menjadi pacarnya, tapi entah kenapa sampai sekarang dia tak pernah terlihat memiliki pacar.
“Iya, benar sekali itu. Eh btw, sepertinya Devi dari tadi mengikutimu terus tuh!” Aku menengok ke belakang dan melihat Devi sedang bersembunyi di balik pohon. Dasar perempuan itu tak pernah lelah selalu mengikutiku saja.“Biarkan saja dia, Raz! Aku tidak menyuruhnya mengikutiku.” Ucapku enteng sambil membetulkan letak tasku yang hampir jatuh.“Hmm… sepertinya benar kalau Devi itu menyukaimu ya?” Tanya Tharaz dengan tangan memegang dagunya, seakan-akan dia sedang memikirkan sesuatu.“Aku tidak peduli. Sudahlah tidak usah membicarakannya.”
“Baiklah…”~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“Apa yang kau lakukan disini, Devi?” aku mendengar samar-samar suara temanku di balik pintu saat aku sedang memasukan buku-buku ke dalam tas. Aku melirik jam tanganku, sudah pukul 6 sore dan rapat baru saja selesai. Lelah sekali karena aku harus memimpin rapat selama 2 jam tadi. Rasanya aku ingin cepat-cepat tiba di rumah dan berendam dengan air hangat.“Robby! Ada Devi nih!” Teriaknya lagi membuatku mengkerut sebal.“Ssstt!! Tidak usah bilang padanya.” Suara Devi terdengar pelan dari balik pintu.Aku keluar ruangan dengan nafas berat lalu berjalan tanpa mempedulikan hadirnya Devi di belakangku. Hari sudah semakin gelap dan dia masih menungguku? Tidak ada kerjaan sekali dia. Aku hanya berjalan santai keluar gerbang sekolah dan tentunya si Devi mengikutiku daribelakang.
RUMAH ROBBY
“Lelahnyaaaaa…” Aku meregangkan tubuh di kasur empukku. Selesai mandi dan makan malamaku langsung berbaring tanpa perlu belajar. Tentu saja, karena besok adalah hari Minggu. Aku melihat jam dinding, baru pukul setengah Sembilan? Terlalu “pagi” kalau aku langsung tidur. Drrttt Drrrtt...Dengan segera aku mengambil ponsel hitamku di meja dan membuka pesan masuk yang isinya,
I LOVE YOU AS ALWAYS, ROBBY
Pesan dari Devi.
Awal masuk SMA sampai sekarang dia selalu saja mengirimi pesan itu. Padahal aku tidak pernah membalasnya. Tetapi Devi tetap saja mengirim pesan yang sama. Selain dari perlakuan Devi yang mencirikan kalau dia menyukaiku, pesan ini juga salah satu bahan omongan di sekolah. Waktu itu aku lupa menghapusnya dan teman sekelasku dengan jail memainkan atau lebih tepatnya membaca pesan-pesan masuk dan menemukan pesan dari Devi. Dia menyebar luaskan berita itu ke seluruh sekolah. Aku meletakan kembali ponselku di atas meja dan membaringkan tubuhku di kasur.“Dasar perempuan itu…” Aku menutup mataku dengan kedua lenganku. Memikirkan kelakuan perempuan itu hanya akan membuat kepalaku cenat-cenut saja –pusing.
To be continue…
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !