Pupusnya Peradaban
Oleh: Sekuati Ardini
Saat dunia masih bersandar pada peradaban, dunia hening tak bergeming, mulia rasany namun tak memiliki kemisteri. Wujud peradaban hanya berbentuk sejarah, namun tak pantas untuk dimengerti apa dan mengapa pemicu hilangnya sejarah trsebut. Perubahan demi perubahan semakin menelan lunaknya peradaban hingga di sebagian daerah sudah melumatnya sampai tak berbentuk. saya berpikir, salah satu yang membelokkannya mungkin refleksi masyarakat yang cenderung latah yang ahirnya melupakan nilai2 etnik suatu daerah yang seharusnya diletarikan. Budaya modernisasi semakin mengguncang dunia. dan para penikmat mulai unjuk kebolehan saling melakukan pembaruan hingga satu persatu telah melupakan asal usul budaya daerah yang justru akan mengangkat harkat dan martabat daerah ataupun bangsa. fenomena ini selalu menggaris bawahi tekanan yang melambangkan gerakan-gerakan yang tidak moderen jika mereka mempertahankan peradaban yang dianut selama ini.
Sebagian besar pupusnya peradaban karna terlalu terbuai dengan kerlap kerlip dunia layar. Yang membuat aneh adalah mengapa pendatang justru lebih menikmati kedalaman yang masih tersembunyi dan jarang dijamah oleh pemiliknya sendiri. Nilai seni, budaya, bahkan keasrian alam sekitar mereka sering kunjungi untuk keperluan rilexsasi, dan memang mereka merasakan kenyamanan bahkan mereka ingin sekali memilikiny. Hal itu terlihat pada setiap kunjungan yang mereka sukai adalah daerah yang masih kental dengan peradaban yang berbaur dengan nilai budaya, agama dan seni. Sungguh miris merasakan perubahan demi perubah yang kian mendesak, yang mengharuskan sisi peradaban hanya sebuah prasasti leluhur yang kuno, yang tak bermakna, hingga malu untuk mengakuinya.
Salah satu bahasa yang sering terucap, yang saat ini sangat digandrungi, dan begitu membudaya, bahkan sangat fenomenal adalah "Move on". Nah sebenarnya perkataan seperti ini jika kita memahami maknanya itu diartikan sangat baik jika perubahan yang dimaksud bukan berubah dari sejarah yang juga andil membesarkan Negeri ini. Berpikir boleh ke depan namun tidak merusak nilai-nilai peradaban yang yang seharusny dipupuk diberi nutrisi agar tumbuh dan berkembang seiring dengan perubahan zaman, hingga tidak terlihat kuno namun semakin bernilai tinggi. Sedikit imbauan agar nilai leluhur tentang peradaban tetap terjaga, perlu menerapkan kembali kebiasaan yang bernuansa sejarah, namun tetap berpikir kreatif.
Karna itu pembinaan tentang pendekatan sosial budaya harus digalakan. Jangan sampai kembanggan negeri ini tidak lagi dipandang sebelah mata oleh pemilikknya sendiri. Seandainya saja kebijakan negeri tetap fokus dengan pendidikan kebinekan, tetap mengapresiasi setiap nilai-nilai budaya, maka aktualisasi kebiasaan ini tak akan tenggelam di telan modernisasi. Katakanlah dewasa ini kebenaran melakukan peringatan hari-hari besar, pentas budaya, pergelaran seni sudah jarang sekali dilakukan. sehingga penanaman moral sulit diaplikasikan. Kondisi ini menggiring kita untuk memupus karakter dan budaya sendiri.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !