Headlines News :
Home » » Pacar Amatiran

Pacar Amatiran

Diposting Oleh aosin suwadi pada Kamis, 12 Juni 2014 | 22.21

Pacar Amatiran
Karya: Ghina Sausan
Kelas XII IPS 3 SMA Negeri 6 Kota Serang 2013/2014

Hai perkenalkan namaku Agung Pratama. Umurku 16 tahun dan aku sudah duduk di kelas 3 SMA. Ya, bisa dibilang aku terlalu muda untuk seumuran anak kelas 3 SMA, tapi memang itulah kenyataanya. Aku terlalu pintar jika aku masih duduk di kelas 2 SMA. Banyak yang bilang wajahku tampan bak pangeran yang datang dari negeri dongeng. Terdengar berlebihan, tapi itu memang benar. Lihat saja wajahku yang tampan bersih tanpa jerawat sedikitpun. Kulitku bisa dikategorikan putih untuk seorang lelaki, dan rambutku juga rapi. Bayangkan saja wajah artis Hollywood Robbert Pattinson, pemeran utama dari film Twilight. Kurang lebih wajahku seperti itu.
Banyak sekali perempuan yang ingin berkenalan denganku dan ada juga yang ingin berpacaran. Tapi aku hanya cuek saja dan tidak peduli dengan semua itu. Aku kira dengan sifat dinginku, mereka akan menjauh dariku tetapi aku salah. Mereka malah lebih tertantang lagi dan lebih mendekat kepadaku. Aku bingung, apa semua perempuan lebih menyukai lelaki yang terlihat cool boy? Well, hanya perempuan saja yang tahu. Sebenarnya aku mempunyai rahasia, yang hanya aku dan tuhanlah yang tahu. Rahasia yang membuatku malu dan tak percaya diri. Selama ini hingga umurku sudah beranjak dewasa, aku belum pernah mempunyai pacar. Baiklah, mungkin itu adalah hal sepele dan kalian pasti menertawakanku karena ini. Pacaran adalah hal yang  biasa dilakukan remaja sekarang, ada yang masih SMP sudah berpacaran bahkan ada anak SD yang sudah memanggil ayah bunda di jejaring social, membuatku mual dan sakit mata jika melihatnya. Apa mereka mau pamer kepada para jomblo sepertiku? Hah, menyebalkan! Tapi setelah aku pikir-pikir lagi, sepertinya aku harus cepat mencari pacar. Aku takut kalau setelah lulus dan kuliah di universitas, aku masih menjomblo dan tak ada riwayat menyenangkan dengan seorang pacar. Bisa-bisa aku jadi perjaka tua. Oleh karena itu, 2 bulan belakangan ini aku sedang PDKT dengan seorang teman di sekolahku. Dia juga sudah kelas 3 tetapi berbeda kelas denganku, namanya Alika Maharani. Selain cantik dia juga sangat baik dan perhatian denganku. Aku sangat menyukai senyumannya dan kepribadiannya.
Aku selalu mengajaknya berdiskusi dan bertukar pikiran tentang pelajaran yang sulit dimengerti. Kami pun bergabung di satu organisasi yang sama yaitu PMR. Hal yang paling aku tunggu-tunggu adalah waktu dimana anggota PMR berkumpul semua, tepatnya pada hari Sabtu. Jika aku bersamanya aku selalu memberi perlakuan spesial dan hal ini membuat teman-teman perempuanku jealous dan protes kepadaku.
Rencananya aku ingin ‘menembak’ dia weekend ini, karena aku tahu sepertinya Alika mempunyai perasaan yang sama denganku. Aku takut kalau kami hanya PDKT saja tanpa status yang jelas, dia akan menjadi kekasih orang lain. Seperti kata temanku, Erki, sesuatu yang berharga buatmu itu harus cepat ‘diikat’ agar tidak diambil orang lain.
“Hallo? Agung?” akhirnya sambungan telepon itu nyambung juga setelah menunggu sekitar 2 menit. “Al-alika?” Aduh kenapa suaraku jadi gemetar begini?
“Iya ada apa, Gung?” Tanyanya dengan nada lembut. Oh tuhan, bagaimana cara aku ‘menembaknya’? Mendengar suaranya saja aku sudah gugup begini. “Sore ini kamu ada acara tidak? Rencananya aku mau mengajakmu dan teman-teman makan bersama.” Kataku kemudian. Aku berharap dia setuju dan tidak curiga karena dengan kata ‘teman-teman’ pasti Alika akan ikut. “Makan bersama? Dalam rangka apa, Gung?” “Lebih baik kamu datang saja ke Restoran Miami dekat rumahnya Erki, nanti aku kasih tahu.” Lama Alika tidak membalas perkataanku, mungkin dia sedang berpikir. “Ah, baiklah. Jam berapa?” katanya.“Jam 4. Sore ini.” Semoga rencanku berjalan dengan lancar.
&&&&&&&&&&
Kenapa jantungku tidak berdetak dengan normal sih? Setelah sambungan teleponku dengan Alika berakhir, aku mulai khawatir tak karuan sampai sekarang. Aku takut Alika menolakku, aku takut Alika marah karena telah membohonginya dan aku takut dia akan menjauh dariku. Bagaimana jadinya kalau sekarang saja aku sudah gugup seperti ini apalagi nanti kalau Alika datang dan duduk berhadapan denganku? Oh God… Help me, please?  Aku mengamati setiap sudut Restoran Miami ini. Tidak buruk juga saran dari Erki tadi pagi, katanya restoran ini cocok untukku menembak Alika karena tempatnya romantis dan makanannya juga tidak terlalu mahal. Ada beberapa pasang kekasih di restoran ini, membuatku minder karena Alika tak kunjung datang. Sudah 30 menit aku menunggunya. Apa dia tahu kalau acara ini hanya untukku dan dirinya? Aku menundukan kepalaku, aku merasa putus asa dan sakit hati. Ini pertama kalinya aku akan menembak seorang perempuan, tapi kenapa berakhir seperti ini? Apa ini yang dinamakan galau? Oh, man… ternyata sakit sekali. “Agung? Maaf aku terlambat.” Terdengar suara yang sangat aku kenal. Aku mendongakkan kepalaku,  Alika…?  “Kamu kenapa, Gung? Kamu marah ya aku datang terlambat?” kata Alika yang terlihat bingung melihatku hanya terdiam melihatnya.
“Ah, tidak-tidak! Mana mungkin aku marah. Ayo silahkan duduk!” Aku tersenyum sumringah sambil mempersilahkannya duduk di hadapanku. “Lho, yang lain pada kemana? Belum datang?” Alika melihat seisi Restoran untuk mencari teman-teman yang lain. “Hmm… mungkin masih ada di jalan, Mau pesan apa Al?” kataku sambil memberinya menu. Semoga dengan begitu dia akan lupa teman-temannya. “Aku pesan orange juice saja.” “Oke.” Lalu aku memanggil pelayan dan memesan 2 orange juice.
“Jadi dalam rangka apa nih kamu mengajakku dan teman-teman ke sini?” Alika melihatku dengan memberikan senyuman di wajah cantiknya. “Ah, begini! Sebenarnya aku mau menembak seseorang di sini. Jadi aku ingin meminta saran dulu dengan kalian semua.” Alika sepertinya terkejut mendengar perkataanku, karena bisa dibilang aku jarang sekali dekat dengan seorang perempuan, mungkin bisa di hitung dengan jari. “Nembak? Nembak siapa Gung? Aku kenal tidak sama orangnya?” aku menggaruk belakang kepalaku yang tak gatal. Berbohong memang sangat susah sekali dilakukan karena aku sih tidak pernah berbohong. Tapi ini demi kelancaran rencanaku. “Kamu kenal orangnya. Aku kasih ciri-cirinya saja ya?” dia mengangguk mantap. Oke, cerita dimulai. “Dia itu orangnya cantik, baik dan perhatian sekali denganku. Pertama aku melihatnya, aku merasa perasaan yang berbeda. Jantungku selalu berdetak kencang ketika melihat senyum manisnya. Nah, menurutmu aku harus melakukan apa? Kamu tahu kan kalau aku ini lelaki yang tidak romantis?” Jelasku padanya. Aku tidak menyangka kata-kata itu akan keluar dari mulutku. Apa berlebihan ya? Terserahlah, aku tidak peduli! “Agung, sebenarnya kamu itu orangnya romatis, buktinya kamu mau menembaknya di tempat seperti ini. Dan menurutku, lebih baik kamu mengatakannya dengan jujur dan berikan dia kesan yang tak akan pernah dia lupakan.” Kata Alika memberi saran. Aku tersenyum sambil menatapnya. Apa itu benar Alika? Aku orangnya romantis?
Aku berkata dalam hati. “Bagaimana kalau begini,” aku mengeluarkan boneka berwarna biru kesukaanya, bentuknya mungil dan sangat lucu. Tak lupa setangkai bunga mawar merah yang baru saja aku beli di pinggir jalan tadi. “Maukah kau jadi pacarku?” aku memberikan boneka beserta bunga itu ke hadapannya. Alika terkejut dan wajahnya terlihat memerah. Dia terdiam sesaat sambil menutup mulutnya tak menyangka. “O-oh, yeah. Aku kira ini cara yang bagus untuk membuat calon pacarmu terkejut.” Kata Alika yang telah kembali dari keterkejutannya. “Memangnya siapa sih perempuan ini?” Alika melanjutkan perkataanya membuatku tersenyum malu. Oke, aku kira ini saatnya jujur. “Perempuan yang aku suka itu, kamu. Alika Maharani.”
“A-apa?! Aku? Jangan bercanda dong, Gung!” “Aku serius Al!  Aku tahu ini kekanak-kanakan, aku tahu ini terlalu mendadak untukmu. Tapi aku memberanikan diri untuk melakukan semua ini. Sudah lama aku memendam perasaan ini. Kau tahu? aku selalu merasa nyaman jika bersamamu, aku sangat menikmati ketika kita bertengkar dan meributkan hal kecil. Dan hari ini aku baru bisa mengungkapkan perasaanku. Jadi, maukah kau jadi pacarku?” Alika terdiam ketika aku mengeluarkan semua isi hatiku.
Bagaimana ini? Kenapa dia diam saja? Apa dia tidak menyukaiku?
“Iya, aku mau!  Sebenarnya aku juga sudah lama suka sama kamu. Tapi aku hanyalah seorang perempuan yang hanya bisa menunggu. Tapi ternyata kita mempunyai perasaan yang sama. Aku sangat senang sekali.”Apa?!! Oh god!!! Dia menerimaku? Ternyata tebakkanku tidak salah, karena dia pun memiliki perasaan yang sama denganku. “Terimakasih. Dan maaf telah membuatmu menunggu. Ini, ambillah.” Aku tersenyum lebar ketika dia mengambil bunga dan bonekanya. Apa kalian bisa membayangkan bagaimana senangnya aku? Ini pertama kalinya aku menyatakan cinta dan aku diterima! Oh, rasanya aku ingin sekali menghentikan waktu agar aku selalu melihat senyuman manis itu. “Hmm, tidak apa-apa.” Katanya kemudian sambil menggelengkan kepalanya pelan.
&&&&&&&&&&
Tak terasa 5 bulan berlalu aku telah berpacaran dengan Alika. Sekarang aku tahu bagaimana rasanyanya berpacaran. Well, it was not bad. Ada hari dimana kami selalu tertawa bahagia dan ada juga dimana kita betengkar walaupun hanya karena hal sepele. Selama lima bulan ini juga, aku lebih mengenal bagaimana sifat dan kepribadian asli Alika. Awalnya sih aku kira dia sesosok perempuan yang tegar dan mandiri, ternyata dia juga memiliki sisi manja dan egosi jika sudah bersamaku. Mungkin sifat ini tidak hanya Alika saja yang punya, karena menurut Erik, hampir semua perempuan di dunia ini mempunyainya. Dan sampai hari ini aku tidak pernah datang ke rumahnya,  ya kalau hanya mengantarnya pulang sesekali sih aku pernah. Aku tahu setiap pemikiran orang itu berbeda-beda, tetapi kami, aku dan Alika berpikir seorang lelaki yang datang ke rumah seorang perempuan yang disukainya, hanya untuk melamar dan itu adalah sesuatu yang sangat serius.
Selama kami jalan berdua, kami tidak pernah berjanji dan membicarakan masa depan. Karena kami hanya menjalani hubungan ini apa adanya. Seperti kata Erki, Ikuti kemana air itu mengalir. So, jalani saja. Kami yakin kok, masalah jodoh sudah diatur oleh Tuhan YME. Tapi kalau kita berjodoh sih, Alhamdulillah hehe!
Sayangnya akhir-akhir ini aku selalu khawatir dengan hubungan ini. Maksudku, hampir semua  siswa di sekolahku tahu kalau aku sudah berpacaran dengan Alika, tapi kenapa masih saja ada lelaki yang selalu dekat dengan Alika? Apa dia tidak bisa menghargaiku sebagai pacarnya? Aku sering memperingatkan Alika untuk tidak terlalu dekat dengan lelaki lain, tetapi masalahnya Alika itu terlalu ramah. Aku pernah stress dan marah uring-uringan dengannya, tapi tidak tahu kenapa dia selalu bisa membuatku memaafkannya. Mungkin aku terlalu sayang? Hmm… mungkin.
Kalian tahu? 3 hari belakangan ini aku jarang bertemu dengannya. 3 hari memang sebentar tapi menurutku itu sangatlah lama! Apalagi seminggu ini sekolah diliburkan karena untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan. 
Semalam aku meneleponnya tetapi hanya sebentar saja karena dia beralasan sedang mengurusi sebuah acara di keluarganya. Aku seharusnya percaya pada Alika tetapi tidak tahu kenapa aku selalu curiga, mungkin aku terlalu takut jika aku kehilangan dia. Posesif? Mungkin ini tidak termasuk ke dalam kategori tersebut, karena ini wajar bagi seorang lelaki yang sayang dengan pacarnya. Aku sangat setuju dengan perkataan Erki yang seperti ini. Jadi seorang lelaki itu serba salah, melarang pacar kita dekat dengan lelaki lain di bilang posesif, giliran dibiarkan malah berpaling. Yeah, mungkin satu-satunya kunci untuk mengatasi ini adalah bersabar.
 “Sudahlah Gung. Jangan terlalu di pikirkan. Sebaiknya kamu datang saja ke rumahnya, untuk minta penjelasan.” Kata Erki, teman sebangkuku. Sebagai teman dari SMP, dia sangatlah setia denganku. Maksudku, dia selalu mengerti keadaanku dan selalu memberi semangat jika aku sedang galau seperti ini. “Yeah. Mungkin itu jalan satu-satunya. Selain meminta penjelasan darinya aku juga ingin membuktikan apa benar ada acara di rumahnya atau tidak.” Erki mengangguk setuju sambil memegang pundakku. “Kamu harus siap kalau kenyataanya pahit.” Katanya yang membuatku tersenyum kecut.
&&&&&&&&&&
Jam sudah menunjukan pukul 4 sore, aku sudah bersiap-siap dengan motorku untuk pergi ke rumah Alika. Alika tidak tahu akan hal ini, tetapi aku berharap tidak ada rasa kekecewaan ketika aku mendatanginya nanti. Jarak rumah Alika lumayan jauh dari rumahku, membutuhkan 20 menit untuk sampai disana. Ya Tuhan, aku sudah tidak sabar untuk cepat-cepat sampai di rumahnya dan melihat sebenarnya apa yang terjadi. Aku memberhentikan motorku sejenak ketika melihat lampu lalu lintas berwarna merah. “A-alika?” Gumamku pelan ketika melihat perempuan yang aku sayangi sedang tertawa berdua dengan lelaki lain di depan warung bakso. Alika terlihat sangat bahagia dengan lelaki yang memiliki postur tubuh tinggi itu dan sepertinya dia lebih tua 3 atau 5 tahun dariku. Aku membelalakan mataku tak percaya, rasanya aku ingin sekali menghajar lelaki itu dan meminta penjelasannya sekarang juga.
Tiinn.....  tiinnn..... .  Tanpa sadar lampu lalu lintas sudah berubah warna menjadi hijau dan aku segera menghampiri mereka. Dengan emosiku yang tak bisa dibendung lagi aku turun dari motor dan langsung mendekati mereka.
“Oh,  jadi ini maksudmu yang sedang mengurusi sebuah acara keluarga itu, hah?!” Kataku lantang membuat orang-orang di sekitar melirik kami.
“Agung? Sedang apa kau di sini?” Tanya Alika sambil memegang sebelah tanganku.
“Kenapa? Kamu kaget karena aku memergokimu sedang berduaan dengan lelaki lain?” Aku melihat bola mata Alika membesar dan terlihat ingin mengucapkan sesuatu. “Kamu salah”  “Heh, maksudmu apa dekat-dekat dengan perempuan yang sudah mempunyai kekasih? Apa karena kau sudah tidak laku lagi untuk mendapatkan perempuan dan memutuskan mengambilnya dariku?” Aku memotong perkataan Alika dengan langsung memberi pertayaan dan sindiran kepada lelaki yang sedari tadi hanya diam mematung.
 “Bro, sepertinya ini hanya salah paham.” Lelaki itu mendekatiku dengan bergaya sok tenang. “Hah, salah paham? Lucu sekali jawabanmu!” Aku menedengus kesal sambil tersenyum sinis meihatnya. “Oh, jadi ini pacarnya Alika? Terlihat posesif.” Emosiku kembali mencuat setelah mendengar perkataanya tadi. Ah, sial! Sepertinya aku harus memberinya pelajaran. “Jangan berkata begitu, kak Mike! Dan tolong dengarkan penjelasanku dulu, sayang…” Mike? Oh, jadi namanya Mike karoke. Lucu sekali. “Aku tidak butuh penjelasanmu lagi! Semua ini sudah jelas. Kalau kamu mau putus denganku dan ingin memacari dia, lebih baik kamu bilang saja sejujurnya. Tak perlu membuat alasan dengan mengurusi acara keluarga segala.” Aku menahan air mataku, sebagai lelaki sejati tak sepantasnya aku menangis hanya karena persoalan begini.
Aku melihat ke arah lain dan meratapi nasibku yang sial ini. Baru saja aku merasa senang karena aku memiliki pacar ternyata hubungan ini hanya bertahan 5 bulan saja. Memang tak selamanya cinta pertama itu indah dan yang terbaik untukmu.
“Agung, aku tidak ingin putus darimu.” Aku menolehkan kepalaku melihat Alika yang sedang tersenyum manis. Maksudnya apa senyum manis itu? untuk mengobati sakit hatiku? Tidak mungkin. “Sepertinya kamu salah paham. Tiga hari ini aku memang sedang sibuk dengan acara keluargaku, sampai-sampai aku mengesampingkanmu. Aku minta maaf karena telah membuatmu cemas dan curiga padaku, ini semua salahku.” Lanjutnya lagi membuatku tertegun mendengarnya.
“Dan satu lagi, sebenarnya aku tidak selingkuh di belakangmu dengan lelaki ini. Karena dia itu kak Mike, sepupuku.” Hah?! Se-sepupu? Aku kaget setengah mati, ketika aku melihat lelaki yang kata Alika dia itu sepupunya sedang tersenyum  menahan tawanya.
“Hallo! Perkenalkan namaku, Mike. Sepupunya Alika.” Dia mengulurkan tangannya bermaksud untuk memperkenalkan diri kepadaku. Astaga, kok bisa begini?
“Kamu serius Al dia ini sepupu kamu?” Tanyaku untuk memastikannya lagi. Aduh, bagaimana ini? Sepertinya suaraku bergetar dan keringat dinginku mulai keluar.
Tak ada jawaban dari Alika karena dia hanya mengangguk sambil tersenyum. Ah, sebaiknya aku harus minta maaf dengan sepupunya ini. “Aku Agung, pacarnya Alika. Ma-maafkan aku karena sudah salah paham denganmu tadi.” Dan kami pun berjabat tangan sambil melempar senyum. “Tak apa! Mungkin ini juga salah Alika yang dengan teganya menelantarkanmu,  haha.” Kata kak Mike sambil tertawa renyah dan mendapat pukulan dari Alika di sikunya. “Bailah. Sebaiknya aku pulang duluan saja dan aku titipkan Alika padamu ya, Gung!” Aku mengangguk mantap menanggapinya. Akhirnya kak Mike pulang duluan dengan motornya.
…..
 “Jadi ini salah siapa dong?” kataku kepada Alika yang tengah duduk di motorku. Setelah kak Mike pergi, kami memutuskan untuk berbicara di tempat yang lebih nyaman. Dan di sinilah kami berada, taman kota. Aku melirik jam tanganku ternyata sudah pukul 5 sore. Taman ini terlihat lebih ramai dari hari biasanya. Apalagi sebentar lagi bulan Ramadhan, banyak penjual makanan yang mulai mangkal di sini.
“Iya, aku tahu ini salahku. Akhir-akhir ini aku jarang bersamamu dan memberimu kabar karena aku terlalu sibuk menyiapkan acara keluarga.” Alika memajukan bibirnya, itu terihat sangat lucu. Aku berdiri meninggalkan kursi taman yang sejak tadi aku duduki dan mendekati Alika. “Tapi ini semua bukan sepenuhnya salahmu kok, sayang. Aku juga terlalu posesif dan curiga padamu. Sebagai pacar seharusnya aku lebih percaya padamu dan yakin kalau kamu tidak akan meninggalkanku. Maafkan aku juga ya.” Alika mengangguk dan Aku menggenggam tangannya sambil melempar senyum satu sama lain.
Kalau di pikir-pikir lagi, kenapa tadi aku tidak bisa mengendalikan emosiku? Aku terlalu gegabah mengambil keputusan. Padahal aku dikenal lelaki dingin dan cuek pada semua orang. Aku selalu berpikir dua kali sebelum bertindak, tetapi kenapa tadi aku terlihat berantakan, dalam arti emosi bukan penampilan.  Apa mungkin karena ini pertama kalinya aku menjalin sebuah hubungan? Bisa dibilang Aku terlalu amatir jika dibandingkan teman-temanku yang lain. Lihat saja caraku ketika ‘menembak’ Alika waktu itu, pasti kalian berpikir itu sangat berlebihan bukan? Masih ingat ketika aku merasa galau dan Erki selalu menyemangatiku? Apalagi ketika aku ‘melabrak’ Alika dan kak Mike di tempat umum yang ternyata hanya salah paham. Well, mungkin itu sangatlah wajar untukku sebagai pacar yang amatiran karena seorang yang amatir pastilah melakukan hal yang aneh-aneh, berantakan dan berlebihan.
 Tetapi dengan adanya kejadian ini aku dapat mengambil hikmahnya yaitu sebagai seorang pacar sebaiknya harus lebih percaya dengan pasangan kita, menghormati dan menghargai keinginannya dan tak lupa untuk selalu meminta maaf jika kita berbuat salah. Jika pasangan kita yang bersalah, janganlah kita –sebagai seorang lelaki- memarahinya langsung melainkan berilah nasehat kepadanya agar hubungan tersebut akan bertahan lama :)
Note: Maaf kalau ide ceritanya pasaran dan terkesan biasa. Dan mungkin ada beberapa tempat/waktu yang tidak di deskripsikan secara jelas karna ghina takut kalau ceritanya malah kepanjangan dan berhenti di tengah jalan hehe :D Semoga ceritanya dapat bermanfaat(?) bagi kita semua :D Terimakasih atas perhatiannya. Review, please~ :)
Share this article :

3 komentar:

  1. Mantap Giiin (y)

    BalasHapus
  2. Kayanya yang punya cerita ga baca komen Fitri. Fitri udah nulis lagi belum??

    BalasHapus
    Balasan
    1. udah pak, cuma Fitri coba kirim ke radar dulu pak. hehe . gpp kan pa? ntar klau udah, Fitri kirim ke bapak langsung ya pak.

      Hapus

Content yang Anda baca semoga bermanfaat. Terima kasih atas kunjungannya, silahkan tinggalkan komentar.

Popular Posts

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Bahasa dan Sastra - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Aosin Suwadi