Headlines News :
Home » » Malangnya Nasibku

Malangnya Nasibku

Diposting Oleh aosin suwadi pada Kamis, 12 Juni 2014 | 01.59


Malangnya Nasibku
Karya: Sinta Nurhanifah Kelas: XI IPS 2
SMA Negeri 6 Kota Serang 2013/2014

Aku silvy mempunyai keluarga yang romantis. Ibuku bernama Novia. Dahulu waktu aku masih di dalam kandungan ibuku, ayahku yang bernama Arya adalah pekerja keras untuk menghidupi keluarga kami. Ayahku  selalu memberi perhatian serta kasih sayang kepada ibuku yang sangat dicintainnya. Karena anak pertama yang sebentar lagi akan lahir, ayah dan ibu selalu berdoa agar aku menjadi anak yang berbakti kepada orang tua.
Selama ibuku  dalam proses melahirkan di rumah sakit, ayah selalu menemaninnya dengan rasa penuh prihatin. Setelah cukup lama ibuku mengalami pendarahan yang cukup banyak, sekejap ibuku letih menahan rasa sakitnnya dan langsung menggenggam tangan ayahku dan mengatakan ibu tidak akan bisa hidup bersama kalian untuk selamannya. Jaga anak kita hingga dia hidup bahagia. Lahirlah anak perempuan yang cantik bernama Silvy. Ayah tidak kuat menahan air matanya saat istri yang di cintainnya menutup mata untuk selamannya. Hingga beranjak remaja Silvy selalu membayangkan wajah ibunnya, dn meratapi kesedihan yang sangat mendalam sambil memnangi foto yang  tergeletak di atas meja dengan bingkai yang sangat sederhana. Dua bulan yang lalu ayah Silivy selalu pulang tidak tepat waktu hingga Silvy terkadang lelah menunggu kedatangan ayahnnya. Ternyata ayahnya datang membawa seorang wanita untuk dikenalkannya kepadaku. Aku merasa terkejut saat melihatnya. Ayah berkata kepadaku bahwa dia sebentar lagi akan menjadi ibu tiri aku.
Sejak pertama aku mengenalnnya mengapa hatiku berkata lain, aku merasa bahwa dia bukan yang terbaik untuk menjadi ibu tiriku. Mengapa ayah bisa termakan oleh rayuannya. Tiba-tiba ayah menghampiri dan berkata  “Silvy, dia akan menjadi ibu tirimu, pengganti ibumu. Pasti dia akan menyayangimu seperti ibumu dulu. Ayah tahu bahwa ibumu itu dulu sangat sabar, penyayang, baik, bahkan penurut tidak ada bedannya dengan calon ibu tirimu ini”. Aku hanya bisa terdiam dan ingin tahu apa yang akan terjadi nanti apa lagi ibu tiri aku bernama Wulan mempunyai anak remaja perempuan sebaya denganku.
Ibu tiriku selalu bersikap baik padaku bahkan anaknya bernama Yuvita pun sama sering mengajak makan di rumahku. Hari terus berganti.  Saat ayah bekerja aku selalu bersama Yuvita dan ibu tiriku dirumah. Aku seperti pembantu yang melayani mereka, Aku sungguh merasa tersiksa hidup dengan mereka. Setiap aku bercerita kepada ayah. tentang apa yang terjadi padaku waktu ditinggalkan kerja, ayah selalu tidak percaya. Sungguh aku merasa seperi tidak punya siapa-siapa. Sekali waktu aku berniat melarikan diri dari rumah karena aku tidak sanggup dengan semua ini. Ayahku baru menyadari bahwa sikap istri dan anak tirinnya yang sangat keterlaluan saat tahu semua uang habis.
Istri dan anak  tirinnya pun mengakui dan ingin menghabisi hartannya. Ibu Wulan meminta cerai dan pergi dari rumah, setelah kejadian itu ayah Silvy mencari dan terus mencari Silvi sampai ketemu. ketika ayah Silvy beristirahat di warung makanan ketemulah Silvy yang sedang melayani ayahnya. Mereka berpelukan dan ayahnya mengakui kesalahan yang selama ini salah menilai Silvy, karena sudah dibutakan oleh cinta. Silvy dan ayahnya hidup bahagia kembali. Mereka hanya tinggal berdua.
Keesokan harinya Silvy dan ayah, pergi ke tempat pemakaman  ibu kandung Silvy yang sekian tahun meninggalkan mereka berdua. Tetesan demi tetesanm air mata Silvy berjatuhan karena belum sempat melihat wajah ibunnya. Mereka berdua berdoa untuk orang yang dicintainya. Semoga hidupku tetap  kan terus bahagia waalau tanpa ibu di sampingku. semoga ibu bahagia di alam sana kami selalu mendoakan untuk ibu.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Popular Posts

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Bahasa dan Sastra - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Aosin Suwadi