Klausa
A. Pengertian Klausa menurut beberapa ahli
1. Ramlan
Klausa adalah satuan gramatik yang terdiri dari S – P, baik disertai O, Pelengkap, Keteratangan maupun tidak. Unsur pokok klausa adalah . S – P. Namu demikian unsur S sering dihilangkan. Unsur yang cenderung ada dalam klausa adalah P.
2. Jos Daniel Parera
Sebuah kalimat yang memenuhi salah satu pola dasar kalimat inti dengan dua atau lebih unsur pusat disebut klausa.
3. Harimurti Kridalaksana
Klausa (clause) ialah satuan gramatik berupa kelompok kata yang sekurng-kurangnya terdiri dari Subyek dan Predikat, dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat.
4. J. S Badudu
Klausa adalah bagian kalimat yang merupakan bagian dari kalimat yang lebih besar.
5. H. G. Tarigan
Klausa adalah; Kelompok kata yang hanya mengandung satu predikat
6. Goris Keraf
Klausa adalah konstruksi yang di dalamnya terdapat beberapa kata yang mengandung hubungan fungsional, yang dalam tata bahasa lama dikenal dengan pengertiaan Subyek, Predikat, Obyek, dan keterangan.
Penjelasan
Dari perbandingan keenam pendapat ahli di atas, terdapat perbedaan berdasar sudut pandang masing-masing. Dari perbedaan-perbedaan tersebut disusun ciri-ciri bahwa klausa itu.
B. Ciri-ciri Klausa
1. Unsur segmental kalimat
2. Pada umumnya terdiri dari atas beberapa kata
3. Unsur klausa dapat berupa S, P, O, Pel, dan Ket, tetapi unsur inti terletak pada P
4. Sebuah kalimat dapat mengandung stau klausa atau lebih
5. Pada kalimata tertentu dapat tidak mengandung kalusa, karena tidak jelas unsur pembentuknya. Bentuk ini disebut kalimat tak berklausa.
C. Unsur-unsur pembentuk klausa :
1. Subyek (S)
Bagian klausa berupa nomina atau frase nominal yang menandai apa yang dikatakan oleh pembicara. Dalam klausa jalan licin berbahaya. Pembicara membicarakan Jalan licin, maka bagian ini disebut subyek.
Macam-macam subyek :
a. Subyek ergatif; subyek atau pelaku verba transitif; pelaku perbuatan. Contoh: dia memecahkan kaca jendela.
b. Subyek gabungan, yaitu subyek yang berupa frase nomina.
c. Orang itu menangis
d. Subyek logis, yaitu nomina atau frase nomina yang dakam klausa pasif berfungsi sebagai pelaku atau penyebab perbuatan. Contoh: ikan dimakan kucing. Kucing adalah subyek logis
e. Subyek gramatis. Contoh: ikan dimakan kucing. Ikan adalah subyek
f. Subyek psikologis, yaitu topik suatu kalimat. Contoh : orang itu rumahnya jauh.
Menurut Ramlan, subyek adalah nomina atau yang dianggap nomina.
2. Predikat
Bagian klausa yang menandai apa yang dikatakan oleh pembicaratentang subyek (Kridakssana). Predikat merupakan suatu yang menyatakan apa yang dikerjakan atau dalam keadaan apakah S itu ( STA).
Macam-macam Predikat
a. Predikat verba; berjenis kata kerja atau frase kerja. Contoh: Juned merokok..
b. Predikat Nominl; berjenis kata atau frase benda. Contoh: Juned pedagang.
c. Predikat ajektiva; berjenis kata sifat/ keadaan. Contoh: Bu Tuti gendut.
3. Obyek
Obyek atau kelompok nomina yang melengkapi verba-verba tertentu dalam kalimat (Kridalaksana).
Macam-macam obyek
a. Obyek afektif; yang langsung dikenai pebuatan yang terdapat dalam predikat verba
tetapi tidak merupakan hasil perbuatan. Contoh: mereka membaca buku
b. Obyek efektif; langsung ditimbulkan sebagai hasil perbuatan yang terdapat dalam predikat.Contoh: Mereka menebang kayu.
Ciri-ciri Obyek :
a. Menunjuk pada orang, binatang, benda dsb. (Kridalaksana).
b. Pada umumnya terletak di sebelah kanan P yang berjenis verba transitif (TTBI)
c. Bila klausa aktif transitif diubah menjadi pasif, maka O berubah menjadi S (Ramlan).
4. Pelengkap
a. Pengertian
Pelengkap (komplemen) adalah kata atau frase yang secara gramatikal melengkapi kata atau frase lain dengan menjadi subordinatif padanya (Kridalaksana).
Pelangkap mempunyai kesamaan dengan Obyek yaitu selalu terletak di belakang P. Perbedaannya. O selalu terdapat pada klausa yang dapat dipisahkan, sedangkan Pel. terdapat pada klausa yang tidak dapat diubah menjadi bentuk pasif atau mungkin juga terdapat dalam klausa pasif (Ramlan). Contoh : Orang itu selalu berbuat kebaikan (kebaikan = Pel).
Anak itu dibelikan baju baru oleh bapaknya (baju = Pel).
b. Macam-Macam Pelengkap (Pel)
1) Pelengkap musabab, yaitu bagian klausa berupa nomina atau frase nominal yang melengkapi verba pasif berkonfiks ke-an yang bermakna “menderita”. Contoh :
Adik kehilangan uang.
Adik = S = secara semantis “menderita”
kehilangan = P = kata kerja pasif
uang = Pelengkap
2) Pelengkap Obyek; yaitu pelengkap yang merujuk kepada obyek langsung. Contoh :
Pak Guru menganggap Tati patung yang bisu. (patung bisu = Pelengkap).
3) Pelengkap pelaku; yaitu bagian klausa yang berupa nomina atau frase nominal yang
melengkapi predikat verbal pasif den secara semantis merupakan pelaku). Contoh :
Roti Saya dimakan Amin (Amin = Pel pelaku).
Catatan :
Bentuk pelengkap pelaku disamakan dengan obyek pelaku (Kridalaksana).
4) Pelengkap pemeri ; yaitu bagian klausa yang berupa ajektiva, frase ajektiva, dan numeralia. Contoh :
Ia beruang banyak. (banyak = Pel )
Ia bersuami lelaki kaya. (lelaki kaya = Pel)
5) Pelengkap pengkhususan; yaitu bagian klausa yang berupa nomina atau frase
nominal yang secara semantis merupakan sepesifikasi dari nomina yang terdapat
dalam predikatnya. Contoh :
Sarjana bersenjatakan pena.. (pena = Pel)
Indonesia berdasarkan Pancasila. (Pancasila = Pel)
6) Pelengkap resiprokal; yaitu bagian klausa yang berupa nomina atau frase nominal
Yang melengkapi verba resiprokal (verba yang maknanya bersangkutan dengan perbuatan timbal balik atau saling). Contoh :
Irak berperang dengan Iran. (Iran = Pelengkap)
Andi berpelukan dengan Budi. (Budi = Pel)
7) Pelengkap Subyek: yaitu bagian klausa yang berupa nomina atau frase nominal yang
merujuk kepada subyek. Contoh :
Ia menjadi guru. (guru = Pel)
Kupu-kupu berasal dari ulat. (ulat = Pel)
c. Ciri-Ciri Pelengkap
1) Terletak di belakang P ( Ramlan)
2) Tidak dapat menjadi S pada bentuk aktif yang dipasifkan. ( Ramlan)
3) Berjenis nomina atau prase nominal (Kridalaksana)
5. Keterangan
a. Pengertian
1) Menurut Ramlan
Kata atau kelompok kata yang dipakai untuk meluaskan atau membatasi makna subyek dalam klausa.
2) TTBI
Merupakan bagian suatu kalimat (klausa) yang kedudukannya bukan inti, dalam arti bahwa tanpa keterangan pun suatu kalimat telah mempunyai makna mandiri.
b. Macam-macam Keterangan
1) Keterangan waktu; memberi informasi saat terjadinya watu peristiwa. Contoh :
Besok paman akan datang (besok = keterangan waktu )
Pembalasan akan datang kemudian (lemudian = keterangan waktu )
2) Keterangan tempat; bagian klausa yang menyatakan tempat berlangsungnya
kejadian atau perbuatan. Contoh Mereka datang dari Medan. (Medan = keterangan tempat)
Di sekolah murid-murid belajar. (di sekolah = keterangan tempat)
3) Keterangan alat; Klausa yang berupa nomina atau frase nominal yang menyatakan alat yang dipakai untuk melakukan tindkan atau perbuatan. Contoh:
Orang itu memecahkan kaca dengan tangan kosong. (tangan kosong = keterangan alat)
Dengan otak manusia berfikir. ( dengan otak = keterangan alat)
4) Keterangan penyerta; bagian klausa yang menyatakan keikutsertaan dalam suatu
kejadian atau perbuatan. Contoh :
Ani pergi dengan pacarnya. (dengan pacarnya = keterangan penyerta)
Bersama istri, saya berangkat. (bersama istri = keterangan penyerta)
5) Keterangan sebab; bagian klausa yang menyatakan sebab berlangsungnya suatu
proses atau kejadian. Contoh :
Ia tidak terdaftar karena terlambat. (karena terlambat = keterangan sebab)
Karena tidak punya ongkos, dia tidak kuliah.(karena tidak punya ongkos =
keterangan sebab)
6) Keterangan akibat; bagian klausa yang menyatakan akibat yang timbul oleh suatu proses,
kejadian atau suatu perbuatan. Contoh :
Gelas itu jatuh hingga pecah. ( hingga pecah = keterangan akibat)
Orang itu terlalu banyak minum minuman beralkohol akibatnya mabuk.
(akibatnya mabuk = keterangan akibat)
bandingkan dengan kalimat berikut ! Karena banyak minum minuman
beralkohol, dia mabuk.
7) Keterangan syarat; yaitu bagian klausa yang menyatakan syarat yang harus dipenuhi agar sesuatu dapat terlaksana. Contoh :
Saya akan membantu, andai kata kaya. ( andaikata kaya = keterangan syarat)
Kalau anda sudah bayar, benda ini saya berikan. ( kalau anda sudah bayar = keterangan syarat)
8) Keterangan perbandingan; bagian klausa yang menyatakan suatu perbandingan dengan
suatu keadaan atau suatu proses. contoh :
Penjahat itu mengamuk bagai banteng terluka.(bagai banteng terluka = keterangan perbandingan). Putri itu cantik laksana bidadari. (laksana bidadari = keterangan perbandingan)
9) Keterangan jumlah; bagian klausa yang menyatakan jumlah atau banyaknya suatu
benda atau suatu perbuatan. Contoh :
Pencuri itu dipukul berkali-kali. (berkali-kali = keterangan jumlah)
Banyak sekali hartawan menyimpan uang ( banyak sekali = keterangan jumlah)
D. Macam-Macam Klausa
1. Berdasarkan Ada-Tidaknya Kata Negatif
a. Klausa Positif; tidak memiliki kata negatif yang menegatifkan P. Contoh : mereka menyenangi permainan itu, ia teman akrab saya.
b. Klausa Negatif; memiliki kata negatif (tida, tak, tiada, belum, jangan, dan sebagainya.)
yang menegatifkan P. Contoh : mereka tidak menyenangi permainan itu, ia bukan teman akrab saya, Ahmad belum pernah ke Jakarta.
2. Berdasarkan Kategori Kata atau Frase yang Menduduki P
a. Klausa verbal; klausa yang P-nya berupa kata atau prase golongan verbal. Contoh :
petani membajak sawah, ia sedang tidur, dsb. Klausa ini dibagi menjadi beberapa golongan, diantaranya :
1) Verbal aktif: subyeknya melakukan pekerjaan. Contoh: oreng itu membuat patung,
bapak membangun rumah baru, dsb.
2) Verbal pasif; subyeknya dikenai pekerjaan. Contoh : bukuitu dibaca adik, rumah itu kemasukan pencuri, dsb.
3) Verbal intransitif; predikatnya tidak mempunyai sasaran dan tidak memerlukan kehadiran obyek. Contoh: gaji kita tidak naik, pendapatan masyarakat belum merata, dsb.
4) Verbal refleksif/medial; subyeknya merupakan pelaku sekaligus sasaran pekerjaan sebagaimana disebut pada predikat. Contoh: ia melarikan diri, Badu melukis wajahnya, dsb.
5) Verbal resiprokal; menyatakan pekerjaan berbalas-balasan seperti disebut pada predikat. Contoh: guru itu berdebat dengan muridnya, keduanya saling bertentangan, mereka berpelukan, dsb.
b. Klausa Nominal; klausa yang P-nya berupa kata atau frase golongan nominal. Contoh : ia pedagang, Juned seorang pemalas, dsb.
c. Klausa bilangan; klausa yang P-nya berupa kata atau frase bilangan. Contoh:roda truk
itu enam, giginya tinggal dua, dsb.
d. Klausa Preposisional; klausa yang P-nya berupa frase depan. Contoh: pegawai itu ke
kantor, orang tuanya di rumah, dsb.
e. Klausa Ajektival; klausa yang P-nya berupa kata atau frase sifat. Contoh: ia cantik, gunung itu sangat tinggi, dsb.
3. Berdasarkan Kebebasan Klausa dalam Kalimat
a. Klausa bebas; secara potensial dapat menjadi kalimat bebas. Contoh: ia mambacabuku, malam telah tiba, dsb.
b. Klausa terikat; tidak dapat berdiri sendiri menjadi kalimat lengkap, tetapi jika diberi
intonasi final dapat menjadi kalimat minor. Contoh: ketika hujan mulai reda, di ruangan yang gelap itu, dsb.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !