Pengajaran Keterampilan Berbahasa
Pengajaran bahasa Indonesia pada hakekatnya adalah pengajaran keterampilan berbahasa, bukan pelajaran tentang bahasa. Keterampilan-keterampilan berbahasa yang perlu ditekankan adalah keterampilan mendengar, membaca, berbicara, dan menulis. Semua keterampilan tersebut disajikan secara terpadu.
Keterampilan membaca dan menulis perlu mendapat perhatian khusus sebab memang menumbuhkan tradisi atau kebiasaan untuk membaca dan menulis atau mengarang. Di sisi lain, karena kita hidup dalam tradisi lisan, pelatihan mendengar dan berbicara siswa cukup mendapat kesempatan dan rangsangan di luar kelas. Tradisi membaca dan menulis memang belum dapat diharapkan dari masyarakat.
Minat baca yang tinggi akan berpengaruh terhadap keterampilan berbahasa yang lain, misalnya menulis. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki siswa. Seorang penulis dituntut mempunyai kemampuan untuk dapat melahirkan dan menyatakan pada orang lain apa yang dirasakan, dikehendaki dan dipikirkan dengan bahasa tulis. Kemampuan menulis merupakan kemampuan yang sangat penting dalam kehidupan modern seperti sekarang ini. Pembinaan yang sebaiknya terhadap pengajaran menulis bukan saja menghasilkan siswa-siswa yang memiliki kemampuan menulis yang baik, tetapi juga akan mengembangkan potensi pengajar bahasa Indonesia yang selama ini sering dikatakan kurang efektif.
Menulis adalah suatu cara yang terbaik untuk mengembangkan keterampilan menggunakan bahasa. Selain itu keterampilan menulis banyak berhubungan dengan pikiran. Sri Hastuti dalam bukunya Tulis Menulis berpendapat bahwa kegiatan tulis menulis dalam bentuk apa pun sebenarnya melatih setiap penulis berpikir secara teratur, tertib dan lugas (Hastuti, 1982 : 2). Pendapat ini sejalan dengan pendapat yang disampaikan oleh Hayono.
Pada mulanya dikatakan bahwa “menulis” merupakan suatu kegiatan yang jauh lebih aktif daripada ‘membaca’ pernyataan tersebut muncul dengan alasan bahwa seseorang penulis selalu aktif berpikir tentang materi yang ingin disampaikan dan kemudian secara aktif juga menyatakannya dengan dan dalam bahasa yang sesuai agar mudah dipahami oleh orang lain. Penulis menghasilkan sesuatu karena itu selalu aktif. Sebaliknya seorang pembaca dikatakan pasif (kurang aktif) karena hanya ‘menerima’ atau mengkonsumsi apa yang telah dibuat oleh penulis. ... (Hayono, 2003 : 93).
Dari pendapat ini dapat dikatakan bahwa ada hubungan timbal balik antara pikiran dan bahasa. Sebuah teori mengatakan bahwa pikiran dapat dinyatakan sebagai suatu mental bahasa yang terdiri dari tanda-tanda atau lambang-lambang yang istimewa. Oleh karena itu semakin teratur pikiran seseorang diharapkan semakin teratur pula kalimat yang dinyatakan. Dengan demikian, susunan kalimat yang teratur merupakan salah satu indikator kejernihan pikiran seseorang. Maka jelaslah bahwa erat kaitannya antara bahasa (terutama bahasa tulis) dengan pikiran seseorang.
Melalui mengarang dapat ditingkatkan keterampilan menyusun kalimat yang merupakan pernyataan dari sesuatu yang dirasakan, dipikirkan, maupun berupa tanggapan terhadap sesuatu, seseorang serta kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pendapat bahwa manusia dapat mengembangkan pikiran melaui menulis karangan.
Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnnya adalah salah satu cara pembinaan bahasa Indonesia melalui program pendidikan formal. Tujuan pembinaan bahasa Indonesia adalah meningkatkan mutu sikap dan motivasi penggunaan bahasa Indonesia dalam masyararakat Indonesia. Sedangkan tujuan pengajaran bahasa Indonesia adalah mempertinggi kemahiran murid-murid dalam menggunakan bahasa Indonesia (Samsuri, 1983 : 41). Tujuan tersebut akan tercapai apabila bahasa Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting di dalam kehidupan siswa. Telah diketahui bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa nasional dan bahasa negara dengan peranannya masing-masing. Sehingga pengajaran bahasa Indonesia harus mengarahkan siswa kepada kemampuan menggunakan bahasa Indonesia dalam berbagai fungsinya. Contoh penerapannya adalah dalam keterampilan menulis, yang dalam kenyataannya pengajaran menulis menemui berbagai masalah. Untuk itulah penulis membahas berbagai masalah terutama yang berhubungan faktor yang berpengaruh terhadap pengajaran menulis bahasa Indonesia (termasuk mengarang).
Penulis memperkirakan bahwa mengarang khususnya karangan fiksi membutuhkan daya khayal, atau imajinasi. Imajinasi yaitu daya cipta untuk membuat gambaran dalam angan-angan atau pikiran tentang sesuatu yang abstrak, sehingga dapat diserap oleh panca indra; pencitraan.(Zaidan dkk., 2000 : 88).
Penulis bahwa dengan banyak menuangkan imajinasi dalam tulisan, ada kecenderungan melatih empat keterampilan berbahasa.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !