Karya: Aosin Suwadi
Guru SMA Negeri 6 Kota Serang
Gantarawang, adalah suatu tempat yang berupa padang alang-alang dan semak-semak. Tempat tersebut berada di wilayah
desa Caringin kecamatan Tunjung Teja Kabupaten Serang Banten. Konon di
tempat ini terdapat suatu negara yang tidak dapat dilihat oleh mata
secara lahiriah. Menurut anggapan masayarakat Tunjung dan Petir negara Gantarawang itu penguasanya bernama H. Deeng. Kebenaran anggapan ini selanjutnya akan dibicarakan pada bagian kedua mithos ini.
Penduduk kecamatan Petir dan Tujung Teja sangat mengenal betapa
angkernya negeri Gantarawang ini. Mendengarnya saja sudah merinding.
Bahkan dulu, ada larangan untuk anak-anak kecil, tidak boleh mengucapkan
kata “gantarawang” dengan alasan “pamali.”
Menurut cerita dari mulut ke mulut para kasepuhan, negeri Gantarawang itu
sama seperti di alam nyata. Bahkan banyak cerita dari para pedagang
makanan yang terjebak berdagang di tontonan wayang golek dalam hajatan
di negeri Gantrawang. Barang dagangan terjual habis, uang terkumpul
banyak. Akan tetapi begitu mau dihitung, bukan uang yang ada, tapi
daun-daunan. Karena kaget, pedagang menyebut nama Allah, dan seketika
itu juga dia baru menyadari, bahwa dia berada di semak-semak dan
alang-alang. Lebih aneh lagi, justru wayang yang dipentaskan dalam
hajatan itu dipanggil dari alam nyata. Entah siapa yang datang memanggil
rombongan wayang itu. Para nayaga wayang kebingungan mengangkut
gamelan, karena berada di semak-semak. Padahal waktu datang ke tempt
itu, mereka menggunakan kendaraan melewati jalan raya menuju ke
panggung.
Banyak
lagi peristiwa aneh yang terjadi secara rutin di perkampungan sekitar
negeri Gantarawang. Peralatan dapur hilang tiba-tiba, tapi beberapa hari
kemudan sudah berada di tempat semula, tanpa diketahui siapa yang
mengantarkannya. Menurut para kasepuhan, itu terjadi karena di negara
Gantarawang sedang musim hajatan. Hewan peliharaan, terutama ayam,
mendadak sakit terkena “lelentuk” dan mati. Menurut mithos,
sebenarnya hewan-hewan peliharaan tersebut tidak sakit, tapi diambil
oleh penduduk negara Gantarawang yang mau mengadakan kendurian.
Sedangkan bangkai hewan sendiri hanya tipuan pandangan mata saja. Dan
banyak lagi peristiwa-peristiwa yang terjadi di luar logika manusia.
Penduduk di sekitar negara Gantarawang itu sudah tidak aneh lagi.
Waktu
masih usia balita, penulis sendiri sering menyaksikan peristiwa aneh.
Tetangga sebelah kiri rumah, (seorang ibu rumah tangga) menderita sakit
mendadak yang aneh dan mengkhawatirkan. Selang dua hari, pada suatu
malam sakitnya semakin parah, keluarganya banyak yang menangis. Beberapa
saat kemudian kami sekeluarga mendengar suara yang sangat keras di
rumah itu. Braaaaak! Sementara keluarga yang menunggu pasien tidak
mendengar apa-apa. Tidak lama berselang, terdengar suara kereta kuda
kencana lewat di depan rumah kami. Herannya kereta itu jalannya di atas
rumah, dan tidak bisa dilihat, hanya terdengar suaranya. Bersamaan
dengan lewatnya kereta kencana itu, suara tangis mendadak menjadi keras,
hingga menutupi ucapan “Inna lillaahi wainna ilaihi raaji,uun!”
Peristiwa itu, seminggu yang lalu telah terjadi di kampung sebelah
timur. Seorang gadis yang mau dinikahkan beberapa minggu lagi, mengalami
kematian seperti tetangga sebelah rumah kami. Salah ibu rumah tangga,
bagian dari keluarga kami telah lebih dulu mengalami kematian dengan
cara yang sama.
Pada
suatu hari dikisahkan ada seorang nenek yang mencari alamat. Setelah
bertanya ke sana ke mari, alamat tak jua ditemukan. Dia sendiri tidak
tahu di mana rumahnya dan siapa orang tuan serta keluarganya. Setelah
ditanyai oleh seorang kesepuhan, konon ceritanya nenek tersebut dulunya
seorang balita yang diculik oleh penguasa Gantarawang untuk dijadikan
tenaga kasar di sana. Akan tetapi nenek tersebut diusir oleh raja karena
mengucapkan asma Allah. Jika ada tenaga kerja yang menyebut asma Allah,
negara itu spontan mengalami bencana bagai digoncang gempa. Nenek
itu mengucap asma Allah, karena kaget melihat sesuatu yang tidak lazim
dilakukan oleh manusia. Diusirlah nenek itu, lalu pulang menyusuri
semak-semak dan alang-alang.
Seorang
kasepuhan di kampung Ciburuy, yang kini telah almarhum, pernah cerita
kepada anaknya dengan suara setengah berbisik. Dia berpesan agar cerita
ini jangan diberitahukan kepada siapapun. Untunglah anak kasepuhan itu
sahabat baik penulis, maka dia bersedia membuka rahasia itu. Kasepuhan
itu pernah mengalami sakaratul maut yang sangat lama. Untunglah
dia tidak jadi meninggal. Menurutnya selama dia sakarat, dia diajak
oleh seseorang ke negeri Gantarawang. Dia diminta dengan sangat untuk
dijadikan lurah di salah satu desa di negara itu. Kasepuhan itu tidak
bersedia, karena melihat banyak tetangganya yang dijadikan tenaga kasar
dan dijadikan sapi perah di sana. Yang lebih merinding lagi banyak
tetangga yang disiksa dijadikan ganjal tiang rumah, tapi tidak
mati-mati. Sungguh sangat mengerikan. Atas idzin Allah, kasepuhan itu
sadar kembali, dan sembuh dari penyakitnya setelah melewati berbagai
upaya dari keluarganya.
Beberapa
bulan yang lalu tersiar kabar di sekitar kampung Ciwatek desa
Curugmanis kecamatan Curug. Seorang remaja bisu yang telah hilang
beberapa tahun yang lalu, kini datang lagi. Pada suatu hari ketika salah
seorang tetangga mang dari Sarmala sedang belanja di pasar Petir,
meihat si Sair sedang belanja. Tetangga mang Sarmala itu menceritakan
kepada keluarganya. Pada giliran hari pasar berikutnya, orang mang
Sarmala, orang tua si Sair datang ke pasar Petir, untuk membuktikan
kebenaran informasi tetangganya. Ternyata benar si Sair ada di situ.
Dibawalah si Sair pulang ke Ciwatek. Setelah diinterogasi dengan bahasa
isyarat, ternyata selama ini dia tidak mati tapi dibawa ke negara
Gantarawang, karena dijadikan wadal oleh salah seorang pamannya. Di sana dia diberi tugas untuk belanja dapur ke pasat Tunjung dan pasar Petir.
Karena
sang paman melakukan pelanggaran pada penguasa Gantarawang, maka pada
waktu itu pamannya diambil oleh penguasa Gantarawang. Dibebaskanlah si
Sair oleh penguasa Gantarawang.
Kini si Sair telah hidup bersama keluarganya lagi di alam nyata. Akan
sesekali dia suka merenung, memikirkan keluarganya di Gantarawang.
Menurutnya di sana dia telah punya istri. Sungguh suatu peristiwa yang
sulit dikaji dengan logika. Lebih aneh lagi si Sair membawa HP pemberian
dari kerajaan Gantarawang, untuk kepentingan komunikasi.
Demikian
“Mithos Negeri Gantarawang” ini yang dapat penulis rangkum sesuai
dengan cerita yang pernah didengar. Mohon maaf jika ada cerita yang
kurang. Semoga bermanfaat.
Jika Anda ingin tahu lebih banyak lagi tentang Gantarawang, silakan baca “Mithos Negeri Gantarawang” seri kedua
salam hangat dari kami ijin menyimak sahabat dari kami pengrajin jaket kulit
BalasHapusOh ya, silakan kang! Semoga mitos ini bermanfaat. Terima kasih atas apresiasinya!
Hapus