Headlines News :
Home » » Mencuci Tikar

Mencuci Tikar

Diposting Oleh aosin suwadi pada Senin, 17 Maret 2014 | 04.08



Mencuci Tikar
Karya: Aosin Suwadi

            Sudah lima hari Jahidi mengikuti kegiatan Diklat di tingkat provinsi yang diikuti oleh 285 orang, terdiri dari guru SD, SLP dan SLA. 46 peserta Diklat tersebut berasal dari komplek tempat tinggal Burhan. Hari-hari pertama sampai dengan hari kedua, stuasinya biasa-biasa saja. Sesama peserta penataran belum terlihat keakrabannya. Mulai hari ketiga mereka menjadi teman akrab. Sesama teman, mereka tidak sungkan-sungkan menceritakan keluarganya. Bahkan mereka tidak kelihatan mengelompokkan dirinya berdasar jenjang pendidikan tempat mereka bertugas. Mereka semua berbaur.


            Pada hari ketujuh situasi dan kondisi mulai berubah. Di ruangan tempat tidur mereka selalu berkelakar yang menggambarkan kerinduan kepada masing-masing istrinya. Setiap obrolan temanya selalu dikaitkan dengan kerinduan kepada keluarga (alasannya). Semua pekerjaan yang ditugaskan oleh penatar, dikerjakan seperlunya. Kondisi seperti itu terjadi hingga larut malam, sampai akhirnya volume suara obrolan mereka mengecil. Dan tanpa disadari satu demi satu mereka tertidur.
Sampailah kegiatan mereka pada hari terakhir. Diruangan diklat selalu terdengar suara gemuruh peserta mengalahkan suara pemateri. Waktu istirahat (coffy break) lebih ramai lagi. Bahkan materi terakhir tidak disajikan oleh pemateri, karena kegaduhan peserta tidak dapat dikendalikan. Karena penyaji sudah sangat profesional, maka dia tidak kehilangan akal, disajikanlah dongeng yang berhubungan dengan kegaduhan peserta, sambil sesekali diselingi substansi materi Diklat.

Ketika pulang dari Diklat selama sepuluh hari, Burhan disambut dengan luapan kerinduan oleh ketiga orang anaknya, hingga dia tida bisa meluapkan kerinduan pada istrinya. Anak kesatu Burhan baru berumur sebelas tahun, anak kedua berumur delapan tahun, dan anak ketiga berumur lima tahun. Ketiganya selalu bermain di dekat ayah dan ibunya. Burhan mencoba menyiasatinya dengan memberi uang jajan yang lebih besar dari biasanya. Ketiga anaknya bergegas pergi ke warung, Burhan masuk ke kamar tidurnya dengan harapan anaknya akan berlama-lama jajan di warung. Baru juga beberapa menit Burhan masuk kamar, ketiga anaknya berlarian menuju kamar Burhan sambil memakan jajanannya. Burhan mencoba dengan strategi yang lain, yaitu membelikan sukro kemudian ditebarkan di lantai ruangan tamu, dengan harapan mendapat kesempatan yang lebih lama tidak diganggu oleh anak-anaknya. Strategi ini juga tidak berhasil, karena hanya butuh beberapa menit sukro telah dikumpulkan oleh ketiga anaknya dengan menggonakan sapu. Hampir saja Burhan kahabisan akal dan putus asa. Setelah berpikir beberapa saat Burhan mendapat ide baru.

Burhan
:
“Mes... Mes... sini sebentar!!” (Memanggil anak sulungnya dengan nada yang agak geram)
Memes
:
“Ya... ada apa pah”
Burhan
:
“Memes ajak adik-adikmu pergi ke kali, cuci baju-baju yang kotor!”
Memes
:
“Pah...... kan tadi pagi udah dicuci!” (Terheran-heran)
Burhan
:
“Cari yang kotor!”
Memes
:
(pergi ke ruang belakang mencari baju kotor)
Burhan
:
(Masuk kamar menemui istrinya yang sejak tadi tidak keluar)
Memes
:
“Ga ada Pah, sudah dicuci semua!”

            Burhan mengelap keringat yang membasahi dahinya, sambil mencari ide baru. Hampir saja dia putus asa untuk kedua kalinya. Kemudian dia pergi ke kamar tidur anaknya sambil mengendus-ngendus. Dia mengambil tikar dan menciumnya.

Burhan
:
“Mes, ajak adik-adikmu, nih cuci tikar di kali!”
Memes
:
“Yaaa Paaapah!  (Berangkat ke kali sambil menggerutu)
Burhan
:
“Mah....! (Memanggil istrinya dengan nada beda dari biasanya)
Sita
:
“Papah tega! Masa Memes suruh nyuci tikar sore-sore! (Pura-pura tidak mengerti)
Burhan
:
“Jagan suka gitu aaaaah!”
Sita
:
“Takut Pah!”
Burhan
:
“Takut kenapa? Di rumah sendiri kok takut!”
Sita
:
“Takut kaya tadi, tiba-tiba anak-anak masuk kamar.”
Burhan dan Sita
:
(Bercengkrama dan bersenda gurau sambil bermanja-manja di kamar)
Memes
:
“Pah... Paaah!” (dengan nada tingi melengking)
Burhan dan Sita
:
(Terkaget-kaget sambil merapikan pakaianya)
Burhan
:
Kenapa pulang lagi, itu tikarnya kan belum dicuci!” (Dengan nada agak marah)
Ketiga anaknya
:
(Menjawab serempak) “Kalinya penuh ga kebagian tempat!”
Burhan          
:
“Penuh kenapa!
Ketiga anaknya
:
(Menjawab serempak) “Semuanya pada nyuci tikar pah !”

Akhirnya Burhan dan Sita membatalkan niat untuk meluapkan dan menumpahkan masing-masing cairan kerinduanya. Mereka keluar dari kamar sambil menymbunyikan kekesalannya.


http://fiksi.kompasiana.com/cerpen/2014/03/17/mencuci-tikar-642167.html



Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Popular Posts

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Bahasa dan Sastra - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Aosin Suwadi