Karya:
Agustimas Anggraeni
Tidak terasa
sudah beberapa bulan ini aku berada di perantauan. Jauh dari keluarga, orang
tua dan adik-adikku yang menjengkelkan tapi sebenarnya mereka amat aku sayangi.
Entah apa yang aku fikirkan sampai akhirnya aku bisa berada disini. Memang, bukan
tempat yang terlalu jauh, tapi bisa memisahkan aku dengan mereka. Hal ini sudah
kuputuskan setelah aku duduk di kelas 3 SMA. Keputusan untuk bekerja sudah
bulat saat itu. Karena hanya dengan ini aku bisa membantu meringankan beban
kedua orang tuaku yang harus menghidupiku, dan ke empat adikku.
Kuurungkan
niatku untuk melanjutkan pendidikanku ke jenjang yang lebih tinggi lebih awal.
Karena aku tahu, orang tuaku masih punya kewajiban yang lain selain membiayai
pendidikanku dan yang lainnya. Mereka masih punya ke empat anak lainnya yang
masih kecil dan butuh banyak biaya untuk sekolah dan biaya lainnya. Jika aku
tega, aku bisa saja memaksa orang tuaku untuk terus membiayai pendidikanku.
Tapi apa aku bisa melihat adik-adikku terlantar dan pendidikannya tidak
terurus? Aku tidak bisa. Aku tidak sanggup jika harus melihat mereka terlantar
gara-gara aku. Sebenarnya, orang tuaku tidak pernah sedikit pun memintaku untuk
bekerja. Tapi aku sebagai anak sulung, merasa memang sudah sepantasnya aku
mencoba untuk hidup mandiri. Dan akhirnya aku memutuskan untuk pergi bekerja, mencari
biaya untuk hidupku dan pendidikanku.
Akupun pergi
ke luar kota untuk bekerja. Disana aku tidak sendirian. Aku ditemani oleh
sepupu-sepuku yang banyak sekali membantuku. Mereka memberiku referensi
pekerjaan, mencarikan aku tempat tinggal, mengantar jemputku saat bekerja, dan
hal lainnya. Jasa mereka amat sangat berharga bagiku. Tapi aku belum bisa
membalas kebaikkan mereka. Hutang budi itu ternyata tidak enak ya. Tapi apa mau
dikata, manusia tidak bisa berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain
disekitarnya. Keinginanku untuk melanjutkan pendidikan masih ada. "Kamu
harus kuliah sayang!" Itu yang selalu diucapkan mamah ketika aku pulang.
Sebisa mungkin aku harus kuliah. Karena mamah ingin aku meneruskan
pendidikanku. “Aku ingin mah, sangat ingin sekali!” Tapi masih banyak hal yang
mengganjal dalam hatiku kenapa sampai sekarang aku masih menunda kuliahku.
Sebenarnya aku
iri melihat teman-temanku yang beruntung bisa merasakan bagaimana rasanya
kuliah lebih dulu. Mempunyai banyak teman, bisa bergaul dengan teman sebayanya,
bisa merasakan bagaimana rasanya mengukir kenangan di masa-masa kuliah lebih
dulu, dan memiliki kisah cinta di masa-masa kuliahnya lebih dulu. Indah bukan?
Yaa.. remaja mana yang tidak ingin merasakan cinta dan mempunyai kenangan
tentang itu. Sedangkan aku? Aku harus berkutat dengan berkas-berkas dan
pekerjaan kantor yang kadang membuatku penat. Merasakan bagaimana rasanya
dibentak-bentak atasan, mempunyai tanggung jawab atas pekerjaan.
Aku tak
punya waktu untuk bermain bersama teman-teman. Aku rindu sekali hal itu. Tapi, aku
seharusnya aku sadar dan bersyukur, telah diberi kesempatan untuk dapat
membiayai hidupku sendiri. Aku bisa membeli apa pun dengan uangku sendiri.
Hasil keringatku, buah dari rasa capekku,
dan hasil dari apa yang aku kerjakan. Yah, aku harus bersyukur. Terima kasih ya
Allah. Ini adalah bagian dari nikmat-Mu yang Kau berikan kepadaku.
jadi sedih sendiri pak hehe
BalasHapus