Headlines News :
Home » » Suara Hatiku

Suara Hatiku

Diposting Oleh aosin suwadi pada Senin, 24 Februari 2014 | 15.16



Karya: Agustimas Anggraeni
 
Tidak terasa sudah beberapa bulan ini aku berada di perantauan. Jauh dari keluarga, orang tua dan adik-adikku yang menjengkelkan tapi sebenarnya mereka amat aku sayangi. Entah apa yang aku fikirkan sampai akhirnya aku bisa berada disini. Memang, bukan tempat yang terlalu jauh, tapi bisa memisahkan aku dengan mereka. Hal ini sudah kuputuskan setelah aku duduk di kelas 3 SMA. Keputusan untuk bekerja sudah bulat saat itu. Karena hanya dengan ini aku bisa membantu meringankan beban kedua orang tuaku yang harus menghidupiku, dan ke empat adikku.
Kuurungkan niatku untuk melanjutkan pendidikanku ke jenjang yang lebih tinggi lebih awal. Karena aku tahu, orang tuaku masih punya kewajiban yang lain selain membiayai pendidikanku dan yang lainnya. Mereka masih punya ke empat anak lainnya yang masih kecil dan butuh banyak biaya untuk sekolah dan biaya lainnya. Jika aku tega, aku bisa saja memaksa orang tuaku untuk terus membiayai pendidikanku. Tapi apa aku bisa melihat adik-adikku terlantar dan pendidikannya tidak terurus? Aku tidak bisa. Aku tidak sanggup jika harus melihat mereka terlantar gara-gara aku. Sebenarnya, orang tuaku tidak pernah sedikit pun memintaku untuk bekerja. Tapi aku sebagai anak sulung, merasa memang sudah sepantasnya aku mencoba untuk hidup mandiri. Dan akhirnya aku memutuskan untuk pergi bekerja, mencari biaya untuk hidupku dan pendidikanku.
Akupun pergi ke luar kota untuk bekerja. Disana aku tidak sendirian. Aku ditemani oleh sepupu-sepuku yang banyak sekali membantuku. Mereka memberiku referensi pekerjaan, mencarikan aku tempat tinggal, mengantar jemputku saat bekerja, dan hal lainnya. Jasa mereka amat sangat berharga bagiku. Tapi aku belum bisa membalas kebaikkan mereka. Hutang budi itu ternyata tidak enak ya. Tapi apa mau dikata, manusia tidak bisa berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain disekitarnya. Keinginanku untuk melanjutkan pendidikan masih ada. "Kamu harus kuliah sayang!" Itu yang selalu diucapkan mamah ketika aku pulang. Sebisa mungkin aku harus kuliah. Karena mamah ingin aku meneruskan pendidikanku. “Aku ingin mah, sangat ingin sekali!” Tapi masih banyak hal yang mengganjal dalam hatiku kenapa sampai sekarang aku masih menunda kuliahku.
Sebenarnya aku iri melihat teman-temanku yang beruntung bisa merasakan bagaimana rasanya kuliah lebih dulu. Mempunyai banyak teman, bisa bergaul dengan teman sebayanya, bisa merasakan bagaimana rasanya mengukir kenangan di masa-masa kuliah lebih dulu, dan memiliki kisah cinta di masa-masa kuliahnya lebih dulu. Indah bukan? Yaa.. remaja mana yang tidak ingin merasakan cinta dan mempunyai kenangan tentang itu. Sedangkan aku? Aku harus berkutat dengan berkas-berkas dan pekerjaan kantor yang kadang membuatku penat. Merasakan bagaimana rasanya dibentak-bentak atasan, mempunyai tanggung jawab atas pekerjaan.
Aku tak punya waktu untuk bermain bersama teman-teman. Aku rindu sekali hal itu. Tapi, aku seharusnya aku sadar dan bersyukur, telah diberi kesempatan untuk dapat membiayai hidupku sendiri. Aku bisa membeli apa pun dengan uangku sendiri. Hasil keringatku, buah dari rasa capekku, dan hasil dari apa yang aku kerjakan. Yah, aku harus bersyukur. Terima kasih ya Allah. Ini adalah bagian dari nikmat-Mu yang Kau berikan kepadaku.



Share this article :

1 komentar:

Content yang Anda baca semoga bermanfaat. Terima kasih atas kunjungannya, silahkan tinggalkan komentar.

Popular Posts

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Bahasa dan Sastra - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Aosin Suwadi