Headlines News :
Home » » Coret Tembok

Coret Tembok

Diposting Oleh aosin suwadi pada Selasa, 17 Desember 2019 | 19.16


Karya Wardah Hanifah Kelas XII MIPA 5 SMA Negeri 6 Kota Serang
Tahun Pelajarann 2019/2020

Hari ini,tanggal 23 september 2019, sekolahku mengadakan study tour ke Banten lama. Pagi hari,sekitar jam 7,aku dan teman-teman kelasku berkumpul di lapangan sekolah.”Mia!” Segera aku menoleh kebelakang. “Hai Intan! “Oh ternyata Intan.Aku pun berbincang-bincang dengannya sembari menunggu teman-temnku yang lain. Di Depan sekolah,sudah berjejer 3 bis yang siap mengantar aku dan teman-temanku untuk pergi ke Banten lama. Setiap murid diabsen dan duduk di tempatnya masing-masing. Kebetulan sekali aku duduk dengan Intan dan sekelilingku ada Tyo, Ali, Resa, dan Desi. Mereka adalah teman dekatku di kelas.

Perjalanan yang kita tempuh kira-kira hanya 30 menit saja. Di perjalanan, aku hanya mendengrkan musik dan sesekali melihat teman-temanku yang tertidur pulas, ada juga yang bermain ponsel dan masih banyak lagi.
Sesampainya di sana, bu Lina sebagai tour guider kelasku mengabsen dan membagi kelompok untuk mengobservasi tempat-tempat sejarah yang ada di sana.”Mia, Ali, Tyo, Resa, Desi, Intan, kalian satu kelompok ya. Jangan terpisah sampai akhir kegiatan ini dan jangan lakukan kegiatan yang dilarang oleh peraturan yang ada di sini oke!”. Ujar bu Lina memperingatkan kami. ”Siap laksanakan!”. Ujar kami berenam secara kompak.
Sebelum melakukan observasi dan berkeliling di Banten lama, kami berenam mengisi stamina terlebih dahulu dengan memakan bakso yang dijual di pinggir jalan.”Eh, ngebakso dulu yu, gue laper banget nih”. Ajak Tyo yang merengek seperti anak kecil yang tidak makan seharian. ”Hayu!”.Jawab aku, Intan, Ali,Resa, dan Desi. ”Kita ke sana aja yuk, ane rasa di sana baksonya enak”.Ajak Ali. “Oke!” Jawab kami berlima.
Sesampainya di warung bakso, kami segera memesan 6 porsi bakso dan juga es teh manis. “Hmm, bener kata kamu Li, baksonya enak”. Ucap Intan. “Kata ane juga apa”. Jawab Ali.15 menit kemudian, bakso yang kami santap habis. “Alhamdulillah, sumpah kenyang banget”. Ujar Resa. ”Iya Res. Gue juga”. Tambah Desi. Setelah selesai membayar, kami pun langsung bergegas menuju tempat observasi yaitu di bekas Keraton Surosowan.
Sepanjang perjalanan, aku selalu mengamati tasnya Tyo karena aku melihat keanehan di dalam tasnya.  Aku pun memberanikan diri untuk bertanya padanya, ”Yo, tas kamu kelihatan berat banget sih, emang bawa apa aja?”. Tanyaku.  “Oh ini, gua cuma alat tulis doang ko”. Jawab Tyo. Ya sudah, aku pun menganggukan kepalaku walaupun sebenarnya aku masih belum puas dengan jawaban Tyo.
Ketika sedang melihat-lihat Keraton Surosowan ,aku dan teman-temanku kaget melihat ada coretan mural di dinding keraton ini dan juga salah satu temanku hilang yaitu Tyo. “Ini sepertinya baru”. Ujar Intan sambil memegang tembok itu. “Pasti ini ulah Tyo. Gue tahu persis sikap Tyo. Dia selalu mencoret tembok ketika berkunjung ketempat yang baru dia datangi. Seperti saat dia masih SD, dia pernah mencoret tembok di Tugu Pahlawan di alun-alun Kota Serang dan dia langsung dipanggil satpam”. Penjelasan Resa tersebut menguatkan dugaanku selama ini. Ternyata Tyo yang mencoret temboknya. Padahal sudah jelas tertera dalam tata tertib pengunjung bahwa tidak boleh mencoret-coret dan merusak bangunan.
Ketika aku dan teman-temanku sedang mencari Tyo, tiba-tiba ada seseorang yang mengagetkan kita dari belakang.  “Dor!!!”  Teriak seorang laki-laki dari belakang. Ternyata itu Tyo. “Tyo! Apa benar ini ulahmu?”. Tanya Resa. “Iya, emang kenapa?”. tanya Tyo sambil berkacak pinggang. “Bagus kan mural buatan gue?”. Tanya Tyo sombong.” Bagus dilihat dari lobang semut”. Ujar Intan.” Sekarang cepat bersihin mural gak berguna itu!”  Bentak Intan.” Ih! Lo tuh ya gak ngehargain karya orang banget!”. Balas Tyo. Aku, Ali, Resa, dan Desi hanya terdiam melihat mereka bertengkar. 5 menit berlalu,akupun memberanikan diri melawan Tyo.” Tyo, benar kata Intan, ini bangunan bersejarah. Jadi, cobalah kamu lakukan apa yang Intan katakan”. Tak lama kemudian, Ali juga ikut membela Intan. “Iya Tyo, benar kata Intan dan Mia. Ane sedih banget kalo ada orang yang merusak bangunan bersejarah seperti ini”. Lalu Desi menyahutinnya. “Bangunan ini dibangun pada tahun 1522-1526 pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasannudin. Pembangunan ini melibatkan ahli bangunan asal Belanda yang bernama Hendrick Lucas Cardeel. Bangunan ini hancur karena ulah Daendels pada tahun 1808. Dan sekarang kamu mau menghancurkan bangunan ini lagi hah?”. Jelas Desi. “Bukan gitu  gue hanya ingin nyalurin hobi gua doang ko”. Bantah Tyo. “Hust…apa pun alasan ente, tetep aja salah”. Tegas Ali. “Udah, sekarang hapus tuh mural sebelum petugas datang”. Aku meyuruh Tyo untuk menghapus mural buatannya itu. “Iya deh iya, maafin gue”. Tyo langsung mengeluarkan cat pembersih dan langsung menyemprotkan cat tersebut ke muralnya sambil sesekali menggosokkan lap pada dinding tersebut.
15 menit berlalu, khinya mural yang dibuat Tyo sudah hilang.  “Tyo! Lain kali kamu gak boleh corat-coret tembok lagi!  Di mana pun kamu berada, mau di toilet kek, kebun binatang atau di mana pun, itu gak boleh!”. Tegas Desi. “Iya bawel. Temen-temen maafin gue ya, gue ga bakal ngulangin lagi deh, janji”. Ucap Tyo sambil menunduk.” Iya Tyo, kami maafin. Oke, sekarang kita naik menara yuk”. Ajak Intan. “Ayo!”. Ucap kami serentak. “Let’s go!!!”.
Denmikian cerita ini ditulis dan dipublikasikan, semoga bermanfaat. Dan jika berkenan, mohon tinggalkan komentar. Ditunggu yaaah!

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Popular Posts

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Bahasa dan Sastra - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Aosin Suwadi