Headlines News :
Home » » Di Masjid Apa Gereja?

Di Masjid Apa Gereja?

Diposting Oleh aosin suwadi pada Rabu, 27 November 2019 | 19.07


Karya Tasmi kelas XII MIPA 3
SMA Negeri 6 Kota Serang 2019

Cemoohan dan hinaan datang silih berganti ,seolah olah aku melakukan hal yang paling menjijikan di muka bumi. Apa yang salah dari sebuah perasaan? Bukankah ia hadir atas seizin tuhan? Namaku Hasna. Masa SMA-ku sangat indah, tapi itu dulu, sebelum ia datang dalam hidupku. Saat itu setelah bel istirahat berbunyi, seluruh siswa bergegas ke kantin untuk memenuhi isi perut mereka masing masing. Sedangkan aku masih berada di dalam kelas untuk mengerjakan tugas matematika yang belum aku kerjakan (gurunya killer jadi tak kerjain deh wk). Setelah mengerjakan tugas tersebut, kulihat masih ada sisa waktu 5 menit untuk ke kantin. Aku pun buru-buru ke kantin karena takut kalau jajanan teh Eha, mamah adi, siomaynya mang Asep, dkk. habis terjual. Terlalu fokus memikirkan jajanan, tanpa sadar aku menyenggol bahu seorang lelaki yang masih membawa tasnya. “Eh sorry,gue ngga sengaja’’. Kataku. “Ga papa, lo tau ruang guru di mana? ’’Tanyanya. “Oh itu ruangan guru di depan, tinggal lurus aja’’. Aku menunjuk ke ruangan tersebut. Oh itu, oke maksih”. Ia pun melanjutkan langkahnya menuju ruangan guru.

Terlalu lama di kantin membuatku terlambat memasuki kelas. Aku pun bergegas menuju kelas dengan tergesa-gesa. Setelah mengetuk pintu dan mengucakan salam, aku langsung masuk ke dalam kelas. Terlihatlah pak Mamat yang sedang duduk di meja guru dan seorang lelaki yang sedang memperkenalkan diri di depan kelas. “Sepertinya cowok yang tadi’’. Ucapku dalam hati. Tak mau membuang waktu, aku pun melewatinya dan langsung duduk di kursi ku. “Semoga kita bisa berteman dengan baik yah”. Itulah ucapan terakhir dari perkenalannya sebelum disuruh duduk oleh pak Mamat. ‘’Anak baru?’’ Tanyaku pada Karin (teman sebangkuku). ”Iya, ganteng yah?’’Ucapnya. ‘’B aja, namanya siapa?” Rsponku cuek. “Huuu B aja tapi malah nanya nama. Namanya Aditya Herwansyah, dia pindahan dari Jakarta loh! “Ucapnya menggebu-gebu. “Ya kan Cuma nanya doing”. Dia terdiam beberapa detik, “Jangan suka sama dia’’. Ucapnya tiba-tiba ‘’loh kenapa?’’ Tanyaku penasaran. “Dia itu non muslim’’ Dan aku pun langsung mengerti ucapannya tanpa harus bertanya lagi.
 Selama 4 bulan mengenal dirinya, ternyata dia orang yang asik dan mudah bergaul dengan teman sekelasku. Tidak hanya itu, sifat ramah yang ia miliki membuat mudah untuk mendapatkan banyak teman. Bahkan aku sering bercanda dengannya dan ia selalu berhasil membuatku tertawa. Namun tanpa kusadari, ia mulai memberikan banyak perhatian kepadaku. Dan hal sekecil itu mampu membuat hatiku menghangat, hingga suatu sore…..
Pada suaru sore dia memanggilku. “Hasna,gue mau ngomong bentar sama lo”. Ucap Adit. “Ngomong aja kali Dit, pake izin segala”. Jawabku santai. “Mmm soalnya ini serius, lo mau ga jadi pacar gue?”Suaranya terdengar sangat serius”. Lo nembak gue?” Dia pun mengangguk. “Tapi lo kan tau kalo kita itu beda…..”. Ucapku dengan suara bergetar”. Ya, gue tau kita beda keyakinan, tapi apa salah kalo gue sayang sama lo? Bukannya cinta datangnya atas seizin tuhan? Gue rasa itu bukn sebuah kesalahan?” Adit berdalih.  “Tapi ini bakal jadi bumerang buat kita nantinya Dit”. Tanpa terasa air mataku terjatuh. “sttt….. gue ga suka liat lo nangis. Gue bakal menghadapi apa pun yang akan terjadi asalkan lo selalu di sisi gue, sorot mata lo mengatakan kalo lo suka sama gue juga, please jadi pacar gue?” suaranya penuh harap”. Iya gue mau dit”.
Setelah beberapa minggu jadian dengannya, ketakutanku menjadi kenyataan. Banyak orang yang tidak suka hubuganku dengan Adit. Bahkan mereka tidak segan-segan untuk menatapku dengan tatapan sinisnya saat aku berjalan dengan Adit. Namun adit selalu berkata “semuanya akan baik-baik saja, tak usah dipikirkan”. Kata-kata itulah yang selalu menjadi penguatku.
“Gosip lo pacaran sama Adit itu salah kan? Lo ga mungkin kan pacaran sama dia?” Tanya Karin saat aku baru saja sampai di kelas, mukanya terlihat menahan amarah”. Itu bener kok, ga ada hal yang ga mungkin di dunia ini Karin”. Aku berdalih. “Tapi kenapa harus dia? Banyak cowo di sekolah ini. Lo lupa kalo lo sama dia itu….”. Tanya Karin. “Iya gue ngga lupa kok, kalo gue sama dia itu beda agama! Ini urusan gue sama dia, jadi lo ga usah ikut campur!” Ucapku marah. “Gue Cuma peduli sama lo, apa lo mau sakit hati di akhir nanti?” Aku pun terdiam, ia melanjutkan ucapannya. ”Lo harus inget ADA dinding pembatasnya  di antara kalian yang harus diruntuhkan. Lo yakin dia mau pindah agama nantinya? Kalo ngga, lebih baik lo mundur dari sekarang karena itu Cuma nyakitin Lo doang”. Karin pun pergi meninggalkan ku yang masih diam terpaku memikirkan kata-katanya barusan. Aku sadar bahwa agamaku sangat tegas melarang hubungan beda agama. Oh tuhan, aku sangat menyayanginya, bolehkah aku bertindak egois kali ini? Gumamku.
            Setelah bertarung dengan pikiran sendiri, akhirnya aku memutuskan untuk menjalani segalanya seperti biasa. Hari ini aku mengajak Adit ke pernikahan sepupuku. Ia menghadiri acara tersebut dengan senang, bahkan sesekali ia bercengkrama dengan keluargaku hingga acara selesai.
“Oh jadi seperti itu yang namanya ijab qabul?” Tanyanya saat kita di dalam mobil hendak pulang. “Ya seperti itulah dalam agamaku, seorang lelaki menggenggam tangan ayahku lalu mengucapkan ijab qabul di depan banyak orang, kemudian pengantin perempuan mencium tangan laki-lakinya dan sang laki-laki mencium kening istrinya, bukankah itu so sweettttt?” ucapku berbinar-binar sambil membayangkan.” hmmm tadi itu …. di masjid?” Aku pun langsung mengangguk karena itu memang dilaksanakan di masjid Raya Al-Bantani. Dia pun terdiam sebentar, kemudian mengatakan “lalu kita akan menikah di masjid apa gereja?” Jika setiap perempuan akan blushing saat ditanya menikah, maka aku tidak. Aku hanya diam terpaku memikirkan apa yang ia katakan. Aku bodoh karena tidak berpikir sejauh itu. Sejak saat itu kami tidak berbicara lagi dan lebih memikirkan masa depan, bahkan hingga acara kelulusan kami tetap diam membungkam satu sama lain tanpa adanya kepastian dalam hubungan kami.
Demikian cerita ini dipublikasikan, semoga bermanfaat. Jika berkenan mohon tinggalkan komentar.


Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Popular Posts

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Bahasa dan Sastra - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Aosin Suwadi