Headlines News :
Home » » Broken

Broken

Diposting Oleh aosin suwadi pada Selasa, 19 November 2019 | 21.15



Karya Anita Kelas XI MIPA 2 SMA Negeri 6 Kota Serang 2019
Dina adalah seorang gadis yang sangat cantik dengan kulit yang putih, hidung mancung, dan dia  juga memiliki tubuh yang ramping. Dia juga merupakan gadis periang, cerdas, baik hati, mudah bersosialisasi, dan yang paling penting dia tidak sombong. Dia selalu tersenyum jika berpapasan ndemngan orang lain. Dina juga salah satu siswi yang paling berprestasi di sekolahnya. Bahkan Dina mendapatkan peringkat 1 kelas pararel sewaktu dia SMP.

Pada saat Dina masuk SMA semuanya berubah, Dina yang tadinya baik dan berprestasi sekarang menjadi anak yang sangat nakal bahkan sering disebut anak berandal. Dina selalau bolos sekolah, tidak pernah mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, dan yang paliing parahnya Dina sekarang berani untuk menyambangi klub malam ternama yang ada di kotanya. Tempat haram itu dia sambangi ketika dia muak dengan semua masalah yang terus menerus menerpanya. Dia mendatangi tempat itu untuk mendapatkan hiburan semata, ya Dina memang mendapat rasa senang tetapi kesenangan itu hanya seasat. Setelah sampai di rumah Dina langsung mendapatkan cacian dan makina yang dilontarkan kedua orang tua nya. Dina lakukan semua itu hanya ingin mendapatkan perhatian lebih  dari orang tua nya, karna kedua orang tuanya terlalu sibuk dengan urusannya masing-masing tanpa memperhatikan anak sulung mereka.
Dina memiliki seorang sahabat yang bernama Kintan, yang sangat baik dan pengertian. Kintan selalu mendengar keluh kesah Dina setiap mereka bertemu. Dia juga selalu memberi saran dan nasihat agar Dina tidak mendatangi klub malam lagi, tetapi Dina tidak pernah menggubris nasihat yang diberikan Kintan.
Kintan tahu alasan mengapa Dina sekarang rubah. Karena semakin hari semakin menjadi-jadi akhirnya Kintan mengambil langkah seribu, yaitu  menemui kedua orang tua Dina untuk memberitahu alasan mengapa Dina menjadi anak yang sangat nakal. Pada saat kintan sedang membicarakan perihal Dina telfon genggam milik ayah dina berbunyi yang menandakan ada yang menelfonnya. Ternyata yang menelfon ayah Dina adalah guru BK dari sekolah Dina.  Kedu orang tua Dina pun langsung pergi ke sekolah Dina.
Kintan pun meminta ijin untuk pulang setelah menceritakan semuanya kepada orang tua Dina. Dalam perjalanan menuju sekolah ibu dina sangat khawatir putri semata wayangnya itu melakukan sesuatu yang benar-benar fatal. Ternyata benar, saat orang tua dina mengobrol dengan guru BK ternyata dina kethuan merokok bersama teman teman lelakinya di belakang sekolah. Mendengar itu orang tua Dina sangat sedih dan merasa menyesal tidak memperhatikan anak satu-satunya itu hingga menjadi anak berandal seperti ini. Di sisi lain Dina yang sedang duduk di ruang kelas merasa takut setengah mati kalau orang tuanya memarahinya atau bahkan menghukumnya. Walaupun dina sangat takut, tetap memberanikan diri untuk pulang. Dina pun sudah siap untuk mandapatkan cacian dan makian dari orang tuanya.
Dina benar-benr tidak menyangka, ternyata dia tidak mendapat caci makian dari kedua orang tuanya, bahkan sebaliknya dia mendapat pelukan yang penuh dengan kasih sayang. Dina pun meminta maaf sambil menangis di pelukan kedua orang tuanya. Dina sangat menyesal dengan kelakuannya selama ini. Begitu pula dengan kedua orang tuanya, mereka meminta maaf kepada Dina, karena selama ini kurang memperhaatikan anak semata wayangnya.
Setelah kejadian tersebut Dina berjanji kepada dirinya untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan memperbaiki pandangan semua  orang bahwa dirinya kini telah berubah menjadi lebih baik.
Demikian cerita ini dipublikasikan semoga bermanfaat. Terima kasih atas apresiasinya, dan jika berkenan mohon tinggalkan komentar.

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Popular Posts

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Bahasa dan Sastra - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Aosin Suwadi