Headlines News :
Home » » Bangun Pagi Kesiangan

Bangun Pagi Kesiangan

Diposting Oleh aosin suwadi pada Senin, 11 November 2019 | 01.36


Bangun Pagi Kesiangan
Karya Aosin Suwadi SMA Negeri 6 Kota Serang 2019

Orang yang giat dan senang bekerja, biasanya selalu merasa kekurangan waktu untuk melakukan kegiatannya. Begitu juga dengan Suhandi seorang pemuda yang sangat rajinn mengerjakan apa saja. Pokoknya hampir tidak pernah ada waktu luang yang disia-siakannya. Setiap hari mulai dari pagi, siang, sore, bahkan malam selalu diisinya dengan berbagai kegiatan.

Dengan bermodalkan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari PGA dan SPG, 25 tahun Andi  dan Suhardi mengabdikan dirinya mengajar di sekolah dasar sesuai dengan SK yang diberikan oleh pemerintah. Tempat tugas mereka terletak di ujung tenggara kecamatan. Andi tergolong pegawai yang sangat rajin dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya. Orang lain tidak ada yang  menilainya rajin, mungkin tidak tahu atau tidak mau tahu. Tapi walaupun begitu dia terus bekerja dengan giat tanpa menghiraukan penilaian orang lain. Dia punya prinsip sejalan dengan peribahasa “anjing menggonggong kafilah terus berlalu. Patut kita apresiasi dan patut kita tiru prinsip hidupnya.
Kebanyakan orang sukanya menilai orang lain, tahu apa dia, bisa apa dia, punya apa dia, dan seterusnya. Sedangkan Andi selalu bertanya, bisa apa saya, sudah berapa ratus keterampilan yang saya kuasai, sudah benarkah hidup saya, karya apa saja yang sudah saya hasilkan, dan seterusnya. Maka untuk menjawab pertanyaan-pertanyaannya itulah dia sangat rajin berkarya, tak peduli aktivitasnya itu berhubungan dengan tugas pokoknya atau tidak, yang penting dia berusaha menambah koleksi karyanya.
Setip pagi sekitar pukul 06.15 Andi dan Suhar melintasi perkampungan dan persawahan, dan sampailah mereka di ujung persawahan yang berbatasan dengan rel kereta api. Di situlah sejenak mereka membuang berbagai benda dan serangga yang menempel pada baju dan celana yang basah kuyup karena menerjang ujung-ujung daun padi sepanjang perjalanan di pematang sawah. Dari situ mereka mengayunkan kedua kakinya seakan menghitung berapa jumlah balok bantalan rel kereta api. Sesuatu yang mengerikan sering mereka alami ketika mereka berjalan di atas jembatan rel keret api, kemudian tiba-tiba kereta api melintas dengan cepatnya. Mereka pun bergegas menjangkau tiang jembatan agar bisa berpegang kuat, sebab jika tidak mereka bisa tertarik oleh angin kemudian bergerak menuju kereta. Tewaslah mereka. Tempat tugas mereka hanya beberapa meter dari jalan kereta api.
“Har, kita mau pulang naik mobil, apa mau jalan kaki lagi?” Tanya Andi ketika bel pulang berbunyi. “Gak tahu nih, aku juga bingung. Jalan kaki ga kuat panas, naik mobil malah lebih panas”. Dua-duanya jadi bingung. Mereka bingung karena jika mereka pulang naik mobil, mereka harus menghitung jumlah bantalan rel kereta melewati 2 stasiun sejauh 3,5 km, barulah mereka bisa naik mobil. Dari terminal menuju rumah jaraknya 7 km. sementara jalan pintas yang mereka tempuh hanya sekitar 3,5 km. “Ya udahlah mau gimana lagi, kita jalan kaki aja, kan sedikit akan terlindungi oleh pohon-pohon di pinggir jalan dan di perkampungan yang kita lewati”. Pulanglah mereka dengan energi yang masih tersisa dalam diri mereka. Karena mereka merasa kelelahan dan kepanasan, sepanjang perjalanan mereka tidak banyak berbicara, hanya sesekali saja berbicara jika ada hal yang sangat penting.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“Awas… pegangan yang kuat!” Hardi mengingatkan aku supaya selamat dari arus  sungai. “Iya nih bambu pijakannya licin dan bambu pegangannya lentur”. Jawab Andi. Setelah bererapa bulan mereka bertugas di sekolah itu kemudian mereka dimutasikan ke sekolah yang tempatnya di ujung barat laut kecamatan. Bertugas di sekolah ini ternya sama-sama repotnya. Tiap pagi mereka harus menunggu mobil angkutan yang hanya ada satu mobil milik mang Uning. Jika mereka ditinggal oleh mang Uning, mereka tidak akan bisa melaksanakan tugas. Turun dari mobil mang Uning mereka harus menyusuri pematang sawah yang bertangga-tangga, kemudian menyebrangi sungai yang berbatu-batu.
Entah apa pertimbangannya, kepala sekolah memberi tugas  terlalu banyak, termasuk melatih paduuan suara, pramuka, dan melatih SPI ditugaskan kepada Andi. Yang dia tahu  di sekolah itu gurunya memang masih sangat kurang. “Tapi kan masih ada beberapa guru yang lain!!” Suatu hari Andi curhat kepada Suhar karen merasa kesal. “Jangan begitu….. itu artinya ibu kepala sekolah menjatuhkan kepercayaan kepadamu”. Andi menjadi agak tenang, sepertinya terpengaruh oleh saran Suhar.
Dari ketidakadilan yang dirasakannya malah terjadi proses pendewasaan pada diri Andi. Bahkan lebih dari itu Andi menjadi lebih termotivasi untuk belajar berbagai hal. Dalam bentuk tulis menulis Andi rajin membuat karya tulis ilmiah, cerpen, artikel, anekdot, berita, dan apa saja termasuk mengarang lagu, dan melukis. Dalam bentuk karya lain, Andi juga senang membuat mebel seperti meja kursi, lemari, bupet, rak, kandang ayam, bahkan membangun rumah layaknya seorang tukang. Selain itu Andi juga belajar musik gitar, organ gamelan dan lain-lain. Bahkan dia juga senang bercocok tanam. Di halaman sekolahnya pernah Andi dibantu oleh Suhar menanam kacang panjang, dan hasilnya melebihi hasil dari petani biasa. Banyak petani yang lewat di halaman sekolah merasa kagum terhadap tanaman kacang yang ditanam Andi dan Suhar. Karya Andi yang berupa tulisan banyak juga yang diposting di blog miliknya.
Karena beraktivits itu sudah menjadi hobinya maka tiap hari selalu ada saja yang dia kerjakan. Waktu malam sekitar jam 08.00 sampai jam 01.00 selalu membuat karya tulis sesuai dengan ide yang muncul waktu itu. Pagi-pagi jam 05.30 sudah bangun, dan banyak melakukan kegiatan, kadang-kadang melanjutkan tulisan, mencangkul di pekarangan, memberi makan ayam, dan lain-lain. Karena itu dia selalu kesiangan dan dikejar-kejar waktu untuk berangkat ke sekolah.
Karena bangun jam 05.30 kesiangan, maka besoknya dia bangun jam 05.00, dan seperti biasa jeda waktu itu digunakan untuk melakukan berbagai aktivitas. Dan akhirnya hari itu dia kesiangan juga. Besoknya dia bangun lebih tampil lagi, tidak tanggung-tanggung dia bangun jam 04.00. Akan tetapi lagi-lagi jeda waktunya digunakan untuk melakukan berbagai aktivitas, dan akhirnya tetap saja berangkat sekolahnya kesiangan ke. Di satu sisi Andi rajin bekerja, tapi di sisi lain dia tidak pandai mengatur waktu.
Setiap orang diciptakan dengan kelebihan dan kekurangannya, begitu pula dengn Andi. Andi memang orang yang rajin bekerja, tetapi Andi memili sifat yang kurang baik, yaitu sering menduakan, menigakan, bahkan mengempatkan pacar.
Remaja yang pandai bermain musik biasanya banyak wanita yang menyukainya, begitu juga dengan Andi. Sebelum dia bertugas, di kampungnya ada 3 orang cewe yang menyukainya. Ketiganya benar-benar mengarapkan Andi untuk menjadi suaminya, tapi Andi menanggapinya biasa-biasa saja. Andi juga pernah diperebutkan oleh 2 orang murid SD dari satu kelas yang sama, yaitu kelas 6 yang mau menghadapi EBTANAS ,tapi sepertinya Andi tidak selera. Mereka sering bertengkar memperebutkan Andi. Belum lagi di lain kecamatan ada seorang cewe yang dijodohkan dengan Andi, karena waktu sekolah di SMP Andi pernah ngekos di rumah Diah. Perjodohan  itu dimanfaatkan oleh Andi, untuk mengencaninya. Dengan kata lain pada waktu yang sama, Andi memiliki 3 orang pacar.
Setelah bertugas, Andi pernah diperebutkan oleh 2 orang cewe yang masih duduk di bangku SMP, sampai melibatkan kedua orang tua mereka ikut memperebutkan. Sementara Andi tidak merasa bersalah. Andi juga pernah mengambil anak asuh seorang cewe untuk disekolahkan di salah satu SMP. Waktu itu Teti masih duduk di kelas 5 SD. Tapi begitu duduk di SMP malah menaruh hati pada Andi. Lagi-lagi sifat Andi yang buruk muncul lagi. Andi menerima cinta dari anak asuhnya. Sementara waktu itu Andi masih pacaran dengan 2 orang cewe yaitu stu orang siswa SMA, dan satu orang lagi lulusan SMEA terkenal. Keduanya sering bertengkar juga memperebutkan si Andi, karena rumah bereka berdekatan hanya berjarak sekitar 100 meter.
Semenjak Andi bertugas mengabdi kepada pemerintah, beberapa aktivitas banyak yang ditinggalkan, seperti bercocok tanam, membuat mebel, mengurus ayam. Akan tetapi justru diganti dengan aktivitas lain yang lebih sibuk lagi. Malah sekarang Andi super sibuk mengajar di berbagai sekolah mulai dari Tsanawiyah, Aliyah, SMP, dan SMA. Hal itu dilakukan selain untuk meningkatkan kemampuan dirinya, juga demi untuk mencukupi kebutuhan kuliahnya. Bahkan di sela-sela waktu yang kosong dia menerima les atau pripat. Pokoknya Andi super sibuk.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“Andi…….sini duduk dulu sebentaar nak! Ibu kangeeeen sama Andi. Ibu juga lelaaaah, dan kasihan…. melihat Andi yang bekerja dari pagi, siang, sore, bahkan sampai malam masih bekerja”. Pinta ibunya. “Iya Bu, ada apa?” Tanya Andi. Kemaren sore si Ambar ke sini ngobrol banyak sama Ibu. Kata ibu Santi. “Ada apa dia menghubungi ibu?” Tanya Andi. “ Justru Ibu yang mau Tanya, ada hubungan apa Andi sama Ambar. Sepertinya dia sangat mengharapkan Andi untuk menjadi istrinya”. Tanya ibu Santi. “Andi ga punya hubungan apa-apa Bu”. Jawb Andi.
Kian hari Andi semakin terjebak dengan berbagai kesibukannya. Sampai-sampai tidak menghiraukan bahwa usianya sudah bukan remaja lagi. Andi seperti orang yang stres, hampir seluruh waktunya digunakan untuk beraktivitas. Itu semua dilakukannya demi untuk mengejar cita-ccitanya. Sampai pada suatu hari ketika ibunya melihat Andi sedang memiliki sedikit waktu beristirahat, ibunya bertanya. “Andi…. Andi sadar enggak….?” Tanya ibunya. “Maksud Ibu?” Andi balik bertanya. “Usia Andi sekarang berapa?” Andi terkejut juga ditanya seperti itu oleh ibunya. Andi menjawab pertanyaan  ibunya dengan lelehan air mata. Ibu Santi cukup mengerti dengan jawaban Andi. “Ibu mengerti isi hati Andi. Ibu mohon maaf……. Andi menjadi sibuk, seperti ini, karena bapak dan Ibu tidak bisa membiayai kuliahmu.”  Kali ini air mata Andi tidak bisa dibendung lagi, bahkan disertai isak tangis. “Sudah jangan nangis, nanti bapakmu marah”. Kata Ibu Santi. “Saran ibu, usahakan kesibukanmu dibatasi, terus tentukan satu pilihan, jangan memberi harapan kepada banyak wanita. mereka kan berharap". Ibu Santi menutup nasihatnya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
            Pada suatu hari ketika  Andi sedang berkunjung ke rumah Herna, Andi tak menyangka Herna akan bertanya. “Pak, …. kapan Bapak melamar  Herna?” Andi tidak segera menjawab, karena hatinya sedang bingung, memikirkan Emah dan Riah, yang juga mengajukkan pertanyaan yang sama. Kali ini Andi kelihatan tidak lincah menggombal dan berbohong seperti kencan-kencan sebelumnya, karena sudah terpengaruh oleh nasihat ibunya. “Ih……. Bapak malah ngelamun”. Tegur Herna.
            Malam itu Andi dan Herna tidak berkencan seperti biasa. Andi terus saja murung dan tidak mau memberi jawaban apa-apa walaupun terus menerus ditanya oleh Herna. Tidak seperti biasanya Andi pulang lebih awal.
            Hampir satu tahu Andi tidak menghubungi pacar-pacarnya. Herna, dan Riah menunggu jawaban dalam ketidak pastian. Sementara itu Emah dikabarkan menikah dengan lelaki yang 15 tahun lebih tua. Sepertinya Emah menikah tidak dilandaskan cinta. “Bagaimana dengan cewe-cewe lain?...... Betapa aku telah mempermainkan perasaan mereka. Andi menyesal.
            Demikian cerita ini disajikan, terima kasih atas apresiasinya, dan jika berkenan mohon tinggalkan komentar.



Share this article :

4 komentar:

Content yang Anda baca semoga bermanfaat. Terima kasih atas kunjungannya, silahkan tinggalkan komentar.

Popular Posts

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Bahasa dan Sastra - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Aosin Suwadi