Headlines News :
Home » » Aku Kecewa Karenamu

Aku Kecewa Karenamu

Diposting Oleh aosin suwadi pada Jumat, 08 November 2019 | 04.34


Aku Kecewa Karenamu
Karya Erica Kelas XI MIPA 3
SMA Negeri 6 Kota Serang Tahun Pelajaran 2019/2020

Senin, 2 Maret 2009. Hari aku harus pindah ke luar kota karena ayahku dipindahtugaskan ke sana. Aku harus meninggalkan seseorang yang sangat berarti untukku. Sempat aku kesal dengan keadaan yang mengharuskan kami untuk berpisah. Mengapa harus aku yang berpisah dengannya? Tapi aku percaya dan berdoa bahwa takdir akan mempertemukanku lagi dengannya.

5 tahun berlalu sekarang aku sudah menginjak kelas 10 SMA. Kata orang masa SMA adalah masanya anak muda jatuh cinta, tapi tidak bagiku. Entahlah mengapa hati ini masih berharap pada orang yang sama, kepada dia laki- laki yang kutinggalkan 5 tahun yang lalu. Dia adalah Muhammad Haidar Sidiq. Oh iya sebelumnya aku lupa memeperkenalkan diriku. Namaku Hawa Lailatul Iza, aku biasa dipanggil Hawa. Aku penyuka senja, sama seperti dia. Dan dia yang membuatku menyukai senja. Meskipun aku tau senja itu datangnya tidak lama namun ketika orang melihatnya, senja akan memberikan suasana yang berkesan kepada hati setiap orang yang melihatnya. Sama sepertiku hatiku yang berkesan tiap kali dia mengajakku untuk menikmati senja. Tapi apakah dia masih mengingatku di sana? Rasanya aku sangat ingin bertemu dan berbicara banyak hal dengannya.
Notif pesan di handphone membuyarkan lamunanku. Aku tidak peduli, mungkin itu hanya temanku.  Drttt drttt drttt. "Haduh siapa si ini mengganggu saja". Segera aku liat siapa yang mengirimku pesan lewat instagram. Betapa terkejutnya aku bahwa yang mengirim pesan adalah dia. Tuhan apakah ini sebuah kenyataan? Aku tidak salah lihat bukan? Aku melihat username yang bernama @HaidarSdq. Apakah ini benar benar dia?
"Hai Hawa! "Hawa ini aku temanmu dulu, Haidar. Bagaimana kabarmu?" Kau masih ingat denganku bukan?"
Ya tuhan ini benar benar dia, segera aku balas pesannya. "Kamu Haidar Sidiq? Benarkah ini kamu? Alhamdulillah aku baik baik saja di sini. Bagaimana kabarmu?" Balasku. "Aku baik baik saja. Aku merindukanmu Hawa, sudah bertahun tahun kita berpisah". Jawabnya. "Aku juga merindukanmu. Oh iya bagaimana kamu bisa tau medsosku? Aku kira kamu sudah lupa denganku haha". Tanyaku padanya. "Aku tidak pernah melupakanmu Hawa, tadi aku mencari akunmu dan alhamdulillah ketemu jadi langsung saja aku mengirim pesan kepadamu". Balasnya lagi.
Akhirnya aku dan dia melanjutkan chat dengan berbagai macam obrolan. Kita saling menceritakan banyak hal. Hari ini adalah hari yang sangat bahagia, hari yang selalu aku tunggu agar bisa berkomunikasi dengannya.
Hari demi hari aku dan dia tidak berhenti bertukar pesan. Mulai dari dia menanyakan aku sedang apa, sudah makan atau belum, bagaimana pelajaran di sekolah, dan berbicara banyak hal. Entahlah ketika dia begitu perhatian, aku merasa bahwa aku adalah perempuan yang dispesialkan olehnya. Perempuan mana yang tidak suka pada pria yang perhatian seperti dia? Dia juga sering bercerita bahwa ada perempuan yang mengagumi karena kebaikannya. Ya memang aku akui dia adalah laki laki yang sangat baik dan pasti banyak juga perempuan yang menyukainya.
Beberapa bulan setelah itu aku diberi tahu ibuku bahwa kita akan pulang kampung ke kota kelahiranku dulu, Surabaya. Kota yang memiliki banyak kenangan indah dengannya. Segera aku memberitahunya di whats app.
"Haidar aku punya kabar gembira untukmu". Ucapku. "Kabar gembira apa itu? Kasih  tahu dong". Pintanya. "Sebentar lagi aku akan ke Surabaya dan kita bisa bertemu. Aku seneng banget". Jelasku. "Kamu serius? Wahhh aku ingin ketika kamu di Surabaya nanti, kita bertemu dan  menghabiskan waktu bersama seperti dulu. Mulai dari jalan-jalan, menonton, dan melihat senja. Aku merindukan hal yang kita lakukan dulu, kamu mau kan?" Tanyanya panjang lebar. "Tentu saja aku mau. Kita akan menghabiskan waktu bersama untuk mengingat kenangan dulu". Jawabku. "Aku tunggu kehadiranmu". Balasnya.

Dan waktu yang kutunggu akhirnya tiba, aku sampai ke kota kelahiranku, lalu aku mengunjungi rumah sudara sudaraku. Dan tidak lupa mengunjungi rumah nenek dan bertemu dengan teman-teman kecilku di sana. Wah bahagia sekali rasanya. Keesokan harinya aku meminta izin kepada ayah dan ibuku untuk bertemu dengan teman kecilku, Haidar. Kita memutuskan untuk bertemu di mal yang dekat rumah nenekku.
Tapp tapp tap… Suara langkah kaki yang membuatku  menengok ke belakang. Aku merasa  seperti ada yang mengejarku. Dan benar saja ada seorang pria tampan yang berhenti di depanku dan tersenyum sangat indah di hadapanku. Senyum yang selama ini aku rindukan. "Kamu Hawa kan? Ini aku Haidar". Tanyanya. "Iya Haidar aku Hawa". Jawabku sambil tersenyum kepadanya. "Kamu tidak berubah ya masih seperti dulu hahaha". Ucapnya. "Wah enak saja, aku berubah tau. Berubah semakin cantik, benar bukan?" PD-ku padanya. "Hmm bener juga kamu semakin cantik ternyata hehe". Rayunya. Kenapa aku jadi salah tingkah begini? Aku malu rasanya.
"Haduh haduh pipimu sekarang semerah tomat hahaha, kamu semakin lucu saja". Dia merayuku lagi. "Ahhh sudahlah aku malu jika kau terus menggodaku. Mari kita mulai menghabiskan waktu untuk bersenang senang". Ajakku. "Ayo!" Jawabnya semangat.
Pertama kita mulai dengan menonton bioskop, lalu kita bermain di time zone dan setelah itu kita jalan-jalan ke alun-alun kota. Tempat yang sudah lama tidak aku kunjungi sekarang semuanya sudah banyak berubah dan menjadi tempat yang sangat indah. Ketika kami berjalan, Haidar menyuruhku untuk duduk di bangku taman, katanya dia ingin pergi mencari sesuatu sebentar. Yah mau tidak mau aku menunggunya, dia pergi tidak lama sekitar 5 menit. Setelah itu dia menghapiriku dan membawa arumanis untukku. "Wah romantis sekali dia." Batinku. Aku pun memakan arumanis itu berdua dengannya. Di bangku itu, aku bercerita tentang kehidupan di kota tempat tinggalku. Kita juga berbicara mengenai lomba-lomba yang kita ikuti di sekolah sampai juara-juara yang kita dapat di perlombaan. Rasanya aku ingin menghentikan waktu, aku ingin berlama lama dengannya. Setelah bercerita banyak hal, dia mengajakku makan di salah suatu kaki lima.
"Oh ya Hawa, bagaimana kabar keluargamu?" Tanya Haidar. "Alhamdulillah baik, keluargamu sendiri bagaimana kabarnya". Tanyaku. "Baik juga. Mereka senang ketika aku bercerita bahwa kamu sedang di Surabaya. Mereka menitip salam untukmu". Jekasnya. "Waalaikumussalam. Titip salam juga untuk kedua orang tuamu. Oh iya sesudah makan kamu mau tidak melihat senja bersama ku?" Tanyaku padanya. Aku harap dia mau menemaniku melihat senja. "Nanti aku sampaikan kepada orang tuaku. Kita harus berangkat sekarang bukan, untuk melihat senja di dekat danau?" Jawabnya setelah ia menghabiskan makanannya. Aku melihat tangannya terulur mengajakku. Aku pun menyambut uluran tangannya.
Di perjalan menuju danau ada bapak penjual es lilin yang merupakan es favoritku dulu. Aku pun membeli 2 es lilin, satu untukku dan satu untuknya. Kami menikmatinya di perjalanan. Sesampainya di danau, aku melihat dia sedang tersenyum sangat manis. Siapa pun yang melihatnya akan terpesona dengan ketampanannya. Tapi aku jadi penasaran hal apa yang bisa membuatnya tersenyum manis seperti ini apa dia tersenyum karena bahagia bersamaku? Entahlah aku tanya langsung saja padanya.
"Kamu sedang bahagia? Aku lihat dari tadi kamu tersenyum". Tanyaku. "Ya, aku sangat bahagia". Jawabnya "Bolehkah aku tau kenapa kamu bahagia?" Tanyaku lagi. "Apakah kamu ingat? Aku pernah bercerita bahwa ada perempuan yang terbawa perasaan karena perhatianku?" Ucapnya. "Ya, aku ingat kenapa? Dia menjauh darimu?" Tidak tau kenapa, aku merasa sesuatu yang tidak enak akan terucap.
"Tapi itu dulu, sekarang kita sudah balikan". Mendengar penjelasan darinya dahiku mengkerut. "Kalian jadian?" Tanyaku. "Aku tidak pernah jadian. Maksudku aku dan dia kembali seperti pertama kenalan". Jelasnya. "Ooh aku syukur deh dia tidak menjauhimu". Dia diam sesaat lalu dia melanjutkan perkataannya. "Dia juga sudah tau... kita saling suka, tapi kita tidak jadian sudah itu saja, hanya menjadi teman". Jelasnya lagi.
Deg….."Ka... kalian saling suka". Tanyaku dengan terbata bata. "Iya. Rasa suka wajar bukan?" Tanyanya. Mulutku seperti terbungkam dan tenggorokan seperti tercekik dengan pertanyaan dan pernyataannya. Aku tidak tahu harus meresponnya seperti apa. Kenapa hati ini rasanya sesakit. Aku berusaha untuk memalingkan wajahku darinya untuk menutupi mataku yang sudah menyimpan air mata yang akan jatuh. "Kamu kenapa?" Tanyanya. "Hah? Aku .. aku tidak apa-apa. Turut bahagia atas perasaanmu yang terbalaskan". Ucapku dengan menatapnya."Kamu menangis?" Tanya Haidar panik. "Ti..  tidak, tadi mataku perih saja terkena debu". Elakku.
Aku harus senang atau aku harus menangis sekarang? Beruntung sekali perempuan yang bisa mendapatkan cintanya. Rasanya aku ingin lari dari tempat ini. Aku ingin berteriak kepada dunia, mengapa dunia tidak melihat ketulusan cintaku padanya? Aku sudah rela berpisah dengannya sekian lama, tapi mengapa ini balasan dunia untukku. Sejak mendengar pernyataannya dan senja yang menyaksikan, aku perlahan mulai membenci senja. Dia yang membuatku menyukai senja dan dia juga yang membuatku membenci senja.
"Kamu kenapa melakukan semua ini?" Tanyaku padanya. "Maksudmu?" Tanyanya kembali "Kenapa kamu memberikan perhatian lebih padaku? Bukankah ada hati yang harus kamu jaga?" Aku meminta penjelasan padanya. "Ya inilah aku. Aku memang orang yang selalu perhatian terhadap siapa pun. Aku anggap semua teman itu dekat denganku. Memangnya kenapa?" Tanya Haidar. "Jika aku terbawa perasaan karena perhatianmu. Apa kamu akan menjauh dariku?" Tanyaku. "Aku sudah bilang, aku tidak akan menjauh. Teman itu berharga."
"Tapi bagaimana jika aku yang menjauhimu?" Tanyaku. "Aku akan mendekat". Jawabnya yang membuatku meneteskan air mata yang suda lama aku tahan. Aku berdiri dan berucap padanya."Aku ingin pulang". Kataku.
Selama ini aku salah berdoa pada Tuhan. Mengapa aku hanya berdoa untuk dipertemukan saja tapi tidak untuk dipersatukan. Aku teringat oleh kata kata ibuku. “Suatu saat nanti, akan datang apa yang menjadi do'amu, yang akan menenangkanmu, yang akan membahagiakanmu, yang akan membuatmu jatuh cinta berkali-kali tanpa melibatkan wanita lain di dalamnya.” Untukmu, terimakasih atas segala keindahan yang kau berikan untukku selama ini. Dan maaf, aku memilih untuk mundur.
Demikian cerita ini kukisahkan semoga bermanfaat. Terima kasih atas apresiasinya, dan jika berkenan mohon tinggalkan komentar.


Share this article :

4 komentar:

  1. Kasihan juga tuh "ngarep" ga dapat kembalian.

    BalasHapus
  2. Cepen ini menceritakan bahwa tokoh "aku" punya harapan dan keinginan normal seperti remaja pada umumnya.

    BalasHapus
  3. "senja" yg sesungguhnya akan sangat menyakitkan..
    mundur alon-alon

    BalasHapus

Content yang Anda baca semoga bermanfaat. Terima kasih atas kunjungannya, silahkan tinggalkan komentar.

Popular Posts

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Bahasa dan Sastra - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Aosin Suwadi