Topeng Alfajr
Karya:
Ahmad Riqi Priyadi
Kelas
XII MIPA 5 Tahun Pelajaran 2018/2019
Hujan
membungkus kota pada senja kali ini. Awan gelap bergulung di setiap jengkal
langit menutupi mentari yang setia menunggu untuk kembali. Seberkas cahaya
kilat melesat cepat di saat aku menatap keluar jendela, merampas lamunan indahku,
sirna dalam sekejap tiada jejak yang tersisa. Situasi ini memaksaku untuk fokus
kembali pada kertas putih dengan soal-soal yang
biasa menjadi santapan
sehari-hari di sekolah.
Namaku
Ariq Priatna, umurku 17 tahun dan aku menjadi murid SMA yang duduk di bangku
kelas 12. Dalam fase remaja ini, aku merasa tidak ada yang spesial dalam
kehidupan sehari-hari di sekolah, namun ukiran memori ingatanku yang kusimpan
di hati ini dapat membuat perjalanan remaja menjadi sangat spesial. Teng...teng..
teng bel berbunyi sebagai tanda waktunya pulang. Bunyi bel nan indah itu
membangkitkan gelora spirit hidupku layaknya semangat pejuang yang siap tempur
di medan perang. Bergegas aku menarik tas biruku dan langsung melesat keluar
sekolah, karena waktu itu cuaca sangat mendung.
Setelah
hujan reda aku berjalan cepat menyusuri kota di tengah kerumunan orang-orang
yang berlalu-lalang di trotoar jalan. Sisa-sisa air hujan membawa angin segar
dan semangat baru bagi masyarakat kota. Semangat ini kugunakan untuk melewati
para pejalan kaki berkelok-kelok dengan lihai. “Tidak buruk juga punya badan
kecil seperti ini hehe" Kataku dalam hati. Di persimpangan jalan aku
berdiam sebentar sambil menggaruk kepala. Sebenarnya kepalaku tidak gatal, tapi
aku sering melihat orang yang sedang kebingungan melakukan seperti ini dan buisanya
mereka mendapatkan petunjuk. “Sepertinya aku lupa sesuatu, tapi apa??? Ya Allah sampai lupa begini". satu menit
berpikir akhirnya aku mendapatkan petunjuk "Oh iya aku lupa membawa topi
di kelasm, padahal sebelumnya aku tak pernah lupa soal membawa topi berhargaku
itu. Tapi ya… mau bagaimana lagi", Bahuku mengangkat dan kakiku setuju
untuk kembali mencoba berbalik arah menyelinap
di sela-selaa arus pejalan kaki. Tidak kusangka tertinggalnya topi ini membuat
cerita menjadi rumit. Takdir menjadikan ini tidak sia-sia begitu saja.
Dengan
cepat aku bergegas berputar arah, karena aku khawatir kehilangan topi. Tiba-tiba
aku menyinggung seseorang, "maaf.. maaf aku nggak sengaja, aku
buru-buru". Kataku sambil melirik ke arah
orang yang kutabrak. Namun saat kulihat
sepersekian detik, tiba-tiba waktu seperti melambat dengan sendirinya,
kulirik dengan sekilas terlihat wanita dengan topeng di wajahnya, memang aneh
sekaligus unik. Di kerumunan banyak orang ada wanita seperti itu tapi siapa
sangka spontan otakku memutar balikkan waktu tentang dia. “Topeng…. sepertinya
aku tak asing dengan itu", Seketika aku menghentikan langkah. Untaian
rambut panjang yang berkilau dari pemilik topeng lenyap ditelan hiruk pikuknya para
pejalan kaki.
"Ya
Allah ternyata dia, aku tak percaya dia benar-benar telah kembali.. !!",
Jawaban ini muncul setelah mencoba tuk berpikir keras. Aku punya kesempatan
untuk mengejar sang wanita itu, tapi aku terus berpikir dengan topiku, dan hatiku
tidak karuan sekarang. Yang pasti aku tahu siapa pemilik topeng itu. dan
pemiliknya tidak akan muncul untuk beberapa tahun kedepan dan ia tidak akan
diam seperti topiku di sekolah". Spontan aku berlari mencari sang wanita
itu. "Permisi... permisi.. saya mau lewat". Pintaku. Tatapanku kosong
fokus untuk menemukan sang wanita itu. Tubuh ini terus melaju terkadang
menabrak beberapa orang, sehingga muka sinis para pejalan kaki terus
menghantuiku tapi itu tak aku hiraukan.
Di
pertigaan jalan aku berhenti sejenak untuk menerawang kembali sosok wanita tadi.
“I itu dia....!!!, Sosoknya kembali terlihat di sekitar 50 meter dari
pandanganku. Namun, saat kaki aku ingin melangkah “tap” tiba-tiba tangan
seseorang memegang bahuku sekaligus
menahanku beranjak pergi. "Hey Qi,
kamu mau kemana? Buru-buru banget".
Entah muncul dari mana terdengar suara besar yang mengagetkanku. Sontak, aku
menjawab dengan senyuman kecut, "Astagfirullah Jon.. bikin kaget aja, sapa
dulu kalau ketemu orang". Kataku. "Hehe Iya maaf habis kamu mau
kemana sih?", Tanyanya. "Aku mau mencari topeng eh… maksudku aku mau mengambil
topi di sekolah", Jawabku ragu, aku nyengir. Setidaknya kebenaran ini
dapat menutupi kebenaran satu lagi. Aku melirik ke Joni teman sekelasku, hatiku
bertambah tidak karuan. Saya pikir bertemu dengan Jon, obrolan-obrolan tidak
penting pasti akan terus keluar dari lisannya, bagai air yang tak ada
henti-hentinya mengalir. "Oalah kamu mau ke sekolah, kebetulan aku juga
mau ke sekolah soalnya aku lupa membawa tasku. Tunggu, ngomong-ngomong kamu
tahu si Wery enggak, yang tadi lewat? Tanyaku.
“Yang suka tertawa sendiri, menangis tiba-tiba, kadang marah enggak
jelas tuh tapi aneh ya otaknya encer banget?” Katanya dengan muka sinis. Karena
pikiranku masih terhanyut kepada wanita tadi, di saat bersamaan aku mencoba
menoleh ke tempat ditemukannya si wanita pemilik topeng itu tetapi sayang dia
telah hilang kembali.
"Huff..
hilang deh..." Kataku pelan sambil tertunduk kecewa, "Hilang?? Si
Wery? Masih ada tuh, kalau mau di samperin
buruan tuh keburu jauh" tutur Joni dengan mengangkat tangannya ke arah
Wery. Aku menggeleng disertai wajah kebingungan benar-benar tidak dapat
berpikir jernih untuk menanggapi Joni. Kepalaku sudah penuh dengan
pertanyaan-pertanyaan tentang wanita bertopeng yang aku kenal jauh lebih lama
dibandingkan dengan aku mengenal topiku.
Dia adalah seorang yang sangat berharga di masa laluku, bagian dari hidupku namun
terhapus dalam memori. Ia layaknya satu susunan puzzle ku yang lenyap, seorang
wanita anggun yang kenal dekat denganku. Ya dia adalah Mary. "Hey qi..
udah sore nih", Tangan Jony melambai di wajahku, "Astagfirullah..
maaf Jon tadi melamun hehehe, oke lebih baik kita berbegas menuju sekolah
sekarang, hari sudah menuju malam". Ajakku ke Joni. Setelah selesai
mengambil topi dan tas, aku dan Joni berpisah di persimpangan jalan dekat rumahku.
Setelah
salat, makan malam, dan mandi aku merebahkan diri sampai akhirnya aku terjatuh
dalam mimpi. Waktu terus melaju tanpa ada rasa empati pada diriku yang
terkekang oleh suka dan duka. Kuurungkan niat untuk mencari si Mary' wanita
bertopeng itu, karena keyakinanku terhadap Mery yang menurut hipotesisku ia
sudah tidak mengenal dan membutuhkanku lagi.
Suara
pelan terdengar dari seberkas cahaya di depanmu, "Ariq, kamu mau kemana???
Jangan pergi aku tidak mau sendiri di sini.. aku takut", Tidak kusangka
aku bisa melihat ia kembali, namun aku terpaku dengan tempat ini, tempat yang
lembap & dingin, kami melayang disini seperti astronot di angkasa, lalu, aku melirik
sekitar dan aku bisa melihat kenangan-kenangan indah bersama ia di sekitarku
seolah Mery ingin aku tidak melupakannya, tubuh kami disinari oleh cahaya dari
atas ,sorot cahayanya yang terang membuat aku tak bisa melihat topeng dan
wajahnya aku kebingungan dengan ini semua, aku menggeleng,"aku akan
mengeluarkan dia dari tempat ini !!" gumanku dalam hati. Aku terus mencoba meraih tangan Mary namun apa daya tubuhku
seperti terikat, tidak dapat bergerak sama sekali, tubuhku bergetar, memaksakan
untuk bergerak namun tetap saja, aku tidak kuat.. Benar-benar melelahkan untuk
bergerak bahkan jemariku kaku seperti Patung. Lalu, tiba-tiba topeng Mery
terjatuh dan melayang di udara namun cahaya itu membatasi aku untuk melihat
wajahnya. Aku tertunduk tak dapat melakukan apa-apa. Air mataku mulai turun dan
mencoba untuk bangkit, tetapi sayang sekali, aku sudah berada di kamarku
kembali dengan air mata yang masih mengalir di seluruh wajah ku. Aku bangkit
merenung dan menyesali apa yang tadi terjadi "ternyata benar dia masih
membutuhkan" penyesalan demi penyesalan terlintas di pikiranku saat
mengingat dia, untaian rambut berkilauanya dan topengnya terus terbayang setiap
hari sejak aku bertemu dengannya dalam mimpiku. Dan aku putuskan mencarinya
kembali demi menemukan jawaban yang belum terpecahkan di hati ini.
Suara
wanita menggema pelan di telingaku dari seberkas cahaya di depan. "Ariq,
kamu mau kemana??? Jangan pergi aku tidak mau sendiri disini, aku takut".
Tidak kusangka aku bisa melihat Mery kembali, namun aku terpaku dengan tempat
ini, yang lembap dan dingin, kami melayang di sini seperti astronot di angkasa. Aku melirik sekitar dan
aku bisa melihat kenangan-kenangan indah bersama Mery di sekitarku seolah ia
ingin aku tidak melupakannya. Tubuh kami disinari sorotan cahaya dari atas, yang
terang membuat aku tak bisa melihat topeng dan wajah Mery. Aku kebingungan
dengan ini semua, kepala aku menggeleng. "Tempat ini tidak pantas aku
pikirkan, yang penting sekarang aku akan
mengeluarkan dia dari tempat misterius ini!!" Gumanku dalam hati. Aku
terus mencoba meraih tangan Mary namun
apa daya tubuhku bergetar seperti terikat, tidak dapat bergerak sama sekali. Kupkasakan
untuk bergerak namun tetap saja, aku tidak kuat.. Benar-benar melelahkan untuk
bergerak bahkan jemariku kaku seperti patung. Lalu, tiba-tiba topeng Mery
terjatuh dan melayang di udara. Aku tidak bisa bergerak dan cahaya itu juga
membatasi aku untuk melihat wajahnya. Aku tertunduk tak dapat melakukan
apa-apa. Aku mencoba untuk bangkit, tetapi sayang sekali, aku sudah berada di
kamarku kembali dengan air mata yang masih mengalir di seluruh wajah ku. Aku
bangkit merenung dan menyesali apa yang tadi terjadi "ternyata benar dia
masih membutuhkan". Penyesalan demi penyesalan terlintas di pikiranku saat
mengingat dia. Untaian rambut berkilauanya dan topengnya terus terbayang setiap
hari sejak aku bertemu dengannya dalam mimpiku. Dan aku putuskan mencarinya
kembali demi menemukan jawaban yang belum terpecahkan di hatiku ini.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusWaduh kenapa komentarnya dihapus? Maaf baru sempet buka blog
BalasHapus