Headlines News :
Home » » Topeng Alfajr

Topeng Alfajr

Diposting Oleh aosin suwadi pada Senin, 07 Januari 2019 | 19.46


Topeng Alfajr
Karya: Ahmad Riqi Priyadi
Kelas XII MIPA 5 Tahun Pelajaran 2018/2019

Hujan membungkus kota pada senja kali ini. Awan gelap bergulung di setiap jengkal langit menutupi mentari yang setia menunggu untuk kembali. Seberkas cahaya kilat melesat cepat di saat aku menatap keluar jendela, merampas lamunan indahku, sirna dalam sekejap tiada jejak yang tersisa. Situasi ini memaksaku untuk fokus kembali pada kertas putih dengan soal-soal yang  biasa menjadi santapan  sehari-hari di sekolah.

Namaku Ariq Priatna, umurku 17 tahun dan aku menjadi murid SMA yang duduk di bangku kelas 12. Dalam fase remaja ini, aku merasa tidak ada yang spesial dalam kehidupan sehari-hari di sekolah, namun ukiran memori ingatanku yang kusimpan di hati ini dapat membuat perjalanan remaja menjadi sangat spesial. Teng...teng.. teng bel berbunyi sebagai tanda waktunya pulang. Bunyi bel nan indah itu membangkitkan gelora spirit hidupku layaknya semangat pejuang yang siap tempur di medan perang. Bergegas aku menarik tas biruku dan langsung melesat keluar sekolah, karena waktu itu cuaca sangat mendung.
Setelah hujan reda aku berjalan cepat menyusuri kota di tengah kerumunan orang-orang yang berlalu-lalang di trotoar jalan. Sisa-sisa air hujan membawa angin segar dan semangat baru bagi masyarakat kota. Semangat ini kugunakan untuk melewati para pejalan kaki berkelok-kelok dengan lihai. “Tidak buruk juga punya badan kecil seperti ini hehe" Kataku dalam hati. Di persimpangan jalan aku berdiam sebentar sambil menggaruk kepala. Sebenarnya kepalaku tidak gatal, tapi aku sering melihat orang yang sedang kebingungan melakukan seperti ini dan buisanya mereka mendapatkan petunjuk. “Sepertinya aku lupa sesuatu, tapi apa???  Ya Allah sampai lupa begini". satu menit berpikir akhirnya aku mendapatkan petunjuk "Oh iya aku lupa membawa topi di kelasm, padahal sebelumnya aku tak pernah lupa soal membawa topi berhargaku itu. Tapi ya… mau bagaimana lagi", Bahuku mengangkat dan kakiku setuju untuk kembali mencoba berbalik arah  menyelinap di sela-selaa arus pejalan kaki. Tidak kusangka tertinggalnya topi ini membuat cerita menjadi rumit. Takdir menjadikan ini tidak sia-sia begitu saja.
Dengan cepat aku bergegas berputar arah, karena aku khawatir kehilangan topi. Tiba-tiba aku menyinggung seseorang, "maaf.. maaf aku nggak sengaja, aku buru-buru". Kataku sambil melirik ke arah  orang yang kutabrak. Namun saat kulihat  sepersekian detik, tiba-tiba waktu seperti melambat dengan sendirinya, kulirik dengan sekilas terlihat wanita dengan topeng di wajahnya, memang aneh sekaligus unik. Di kerumunan banyak orang ada wanita seperti itu tapi siapa sangka spontan otakku memutar balikkan waktu tentang dia. “Topeng…. sepertinya aku tak asing dengan itu", Seketika aku menghentikan langkah. Untaian rambut panjang yang berkilau dari pemilik topeng lenyap ditelan hiruk pikuknya para pejalan kaki.
"Ya Allah ternyata dia, aku tak percaya dia benar-benar telah kembali.. !!", Jawaban ini muncul setelah mencoba tuk berpikir keras. Aku punya kesempatan untuk mengejar sang wanita itu, tapi aku terus berpikir dengan topiku, dan hatiku tidak karuan sekarang. Yang pasti aku tahu siapa pemilik topeng itu. dan pemiliknya tidak akan muncul untuk beberapa tahun kedepan dan ia tidak akan diam seperti topiku di sekolah". Spontan aku berlari mencari sang wanita itu. "Permisi... permisi.. saya mau lewat". Pintaku. Tatapanku kosong fokus untuk menemukan sang wanita itu. Tubuh ini terus melaju terkadang menabrak beberapa orang, sehingga muka sinis para pejalan kaki terus menghantuiku tapi itu tak aku hiraukan.
Di pertigaan jalan aku berhenti sejenak untuk menerawang kembali sosok wanita tadi. “I itu dia....!!!, Sosoknya kembali terlihat di sekitar 50 meter dari pandanganku. Namun, saat kaki aku ingin melangkah “tap” tiba-tiba tangan seseorang memegang  bahuku sekaligus menahanku beranjak pergi. "Hey         Qi, kamu mau kemana? Buru-buru banget". Entah muncul dari mana terdengar suara besar yang mengagetkanku. Sontak, aku menjawab dengan senyuman kecut, "Astagfirullah Jon.. bikin kaget aja, sapa dulu kalau ketemu orang". Kataku. "Hehe Iya maaf habis kamu mau kemana sih?", Tanyanya. "Aku mau mencari topeng eh… maksudku aku mau mengambil topi di sekolah", Jawabku ragu, aku nyengir. Setidaknya kebenaran ini dapat menutupi kebenaran satu lagi. Aku melirik ke Joni teman sekelasku, hatiku bertambah tidak karuan. Saya pikir bertemu dengan Jon, obrolan-obrolan tidak penting pasti akan terus keluar dari lisannya, bagai air yang tak ada henti-hentinya mengalir. "Oalah kamu mau ke sekolah, kebetulan aku juga mau ke sekolah soalnya aku lupa membawa tasku. Tunggu, ngomong-ngomong kamu tahu si Wery enggak, yang tadi lewat? Tanyaku.  “Yang suka tertawa sendiri, menangis tiba-tiba, kadang marah enggak jelas tuh tapi aneh ya otaknya encer banget?” Katanya dengan muka sinis. Karena pikiranku masih terhanyut kepada wanita tadi, di saat bersamaan aku mencoba menoleh ke tempat ditemukannya si wanita pemilik topeng itu tetapi sayang dia telah hilang  kembali.
"Huff.. hilang deh..." Kataku pelan sambil tertunduk kecewa, "Hilang?? Si Wery? Masih ada tuh, kalau mau di samperin buruan tuh keburu jauh" tutur Joni dengan mengangkat tangannya ke arah Wery. Aku menggeleng disertai wajah kebingungan benar-benar tidak dapat berpikir jernih untuk menanggapi Joni. Kepalaku sudah penuh dengan pertanyaan-pertanyaan tentang wanita bertopeng yang aku kenal jauh lebih lama dibandingkan  dengan aku mengenal topiku. Dia adalah seorang yang sangat berharga di masa laluku, bagian dari hidupku namun terhapus dalam memori. Ia layaknya satu susunan puzzle ku yang lenyap, seorang wanita anggun yang kenal dekat denganku. Ya dia adalah Mary. "Hey qi.. udah sore nih", Tangan Jony melambai di wajahku, "Astagfirullah.. maaf Jon tadi melamun hehehe, oke lebih baik kita berbegas menuju sekolah sekarang, hari sudah menuju malam". Ajakku ke Joni. Setelah selesai mengambil topi dan tas, aku dan Joni berpisah di persimpangan jalan dekat  rumahku.
Setelah salat, makan malam, dan mandi aku merebahkan diri sampai akhirnya aku terjatuh dalam mimpi. Waktu terus melaju tanpa ada rasa empati pada diriku yang terkekang oleh suka dan duka. Kuurungkan niat untuk mencari si Mary' wanita bertopeng itu, karena keyakinanku terhadap Mery yang menurut hipotesisku ia sudah tidak mengenal dan membutuhkanku lagi.
Suara pelan terdengar dari seberkas cahaya di depanmu, "Ariq, kamu mau kemana??? Jangan pergi aku tidak mau sendiri di sini.. aku takut", Tidak kusangka aku bisa melihat ia kembali, namun aku terpaku dengan tempat ini, tempat yang lembap & dingin, kami melayang disini seperti  astronot di angkasa, lalu, aku melirik sekitar dan aku bisa melihat kenangan-kenangan indah bersama ia di sekitarku seolah Mery ingin aku tidak melupakannya, tubuh kami disinari oleh cahaya dari atas ,sorot cahayanya yang terang membuat aku tak bisa melihat topeng dan wajahnya aku kebingungan dengan ini semua, aku menggeleng,"aku akan mengeluarkan dia dari tempat ini !!" gumanku dalam hati. Aku terus mencoba  meraih tangan Mary namun apa daya tubuhku seperti terikat, tidak dapat bergerak sama sekali, tubuhku bergetar, memaksakan untuk bergerak namun tetap saja, aku tidak kuat.. Benar-benar melelahkan untuk bergerak bahkan jemariku kaku seperti Patung. Lalu, tiba-tiba topeng Mery terjatuh dan melayang di udara namun cahaya itu membatasi aku untuk melihat wajahnya. Aku tertunduk tak dapat melakukan apa-apa. Air mataku mulai turun dan mencoba untuk bangkit, tetapi sayang sekali, aku sudah berada di kamarku kembali dengan air mata yang masih mengalir di seluruh wajah ku. Aku bangkit merenung dan menyesali apa yang tadi terjadi "ternyata benar dia masih membutuhkan" penyesalan demi penyesalan terlintas di pikiranku saat mengingat dia, untaian rambut berkilauanya dan topengnya terus terbayang setiap hari sejak aku bertemu dengannya dalam mimpiku. Dan aku putuskan mencarinya kembali demi menemukan jawaban yang belum terpecahkan di hati ini.
Suara wanita menggema pelan di telingaku dari seberkas cahaya di depan. "Ariq, kamu mau kemana??? Jangan pergi aku tidak mau sendiri disini, aku takut". Tidak kusangka aku bisa melihat Mery kembali, namun aku terpaku dengan tempat ini, yang lembap dan dingin, kami melayang di sini seperti  astronot di angkasa. Aku melirik sekitar dan aku bisa melihat kenangan-kenangan indah bersama Mery di sekitarku seolah ia ingin aku tidak melupakannya. Tubuh kami disinari sorotan cahaya dari atas, yang terang membuat aku tak bisa melihat topeng dan wajah Mery. Aku kebingungan dengan ini semua, kepala aku menggeleng. "Tempat ini tidak pantas aku pikirkan, yang penting sekarang aku  akan mengeluarkan dia dari tempat misterius ini!!" Gumanku dalam hati. Aku terus mencoba  meraih tangan Mary namun apa daya tubuhku bergetar seperti terikat, tidak dapat bergerak sama sekali. Kupkasakan untuk bergerak namun tetap saja, aku tidak kuat.. Benar-benar melelahkan untuk bergerak bahkan jemariku kaku seperti patung. Lalu, tiba-tiba topeng Mery terjatuh dan melayang di udara. Aku tidak bisa bergerak dan cahaya itu juga membatasi aku untuk melihat wajahnya. Aku tertunduk tak dapat melakukan apa-apa. Aku mencoba untuk bangkit, tetapi sayang sekali, aku sudah berada di kamarku kembali dengan air mata yang masih mengalir di seluruh wajah ku. Aku bangkit merenung dan menyesali apa yang tadi terjadi "ternyata benar dia masih membutuhkan". Penyesalan demi penyesalan terlintas di pikiranku saat mengingat dia. Untaian rambut berkilauanya dan topengnya terus terbayang setiap hari sejak aku bertemu dengannya dalam mimpiku. Dan aku putuskan mencarinya kembali demi menemukan jawaban yang belum terpecahkan di hatiku ini.


Share this article :

2 komentar:

Content yang Anda baca semoga bermanfaat. Terima kasih atas kunjungannya, silahkan tinggalkan komentar.

Popular Posts

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Bahasa dan Sastra - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Aosin Suwadi