Headlines News :
Home » » Smoke in Glimps

Smoke in Glimps

Diposting Oleh aosin suwadi pada Senin, 07 Januari 2019 | 19.13


Smoke in Glimps
Karya: Muhamad Rizva
Kelas XII IPA 5 Tahun Pelajaran 2018/2019
(1/2)
''Hai New bagaimana kabarmu ?''
Kebanyakan dari mereka menyebutku new atau bahkan semuanya, ya semua kawanku. Nama asliku Jenova Brokenglass, nama yang aneh tidak ada sangkut pautnya dengan panggilanku mereka menyebutku new karna suatu alasan.

New dalam bahasa Inggris berarti baru tetapi apanya yang baru ?. Hidupku masih sama yaitu seorang murid kelas 2 SMA yang kacau. Setiap tahun semua temanku selalu berharap menjadi lebih baik dari tahun sebelumnya dan sama seperti omong kosong yang mereka torehkan di secarik kertas bertuliskan new year new me yang kasarnya berarti “tahun baru aku yang baru” dengan daftar yang harus mereka lakukan begitu amat panjang dan terisi berbagai kegiatan atau hal-hal positif lainnya. Oh ya.. aku tidak melarang itu hanya saja mereka kujamin tidak sampai melakukan itu hingga lebih dari sebulan. Aku tidak punya harapan konyol macam itu,   menyedihkan.
Dan ketika pikiran itu terucap di media sosial berita itu merambat hingga ke penjuru sekolah. Sontak semua teman tertawa dan memanggilku “New” dan sialnya aku mendapat julukan baru “Si Pembaharu”. Uh! Aku tidak peduli, yang kutahu tahun ini seharusnya menjadi masa sekolah yang lebih berwarn' dari tahun sebelumnya ketika aku kelas 1 atau ketika aku masih duduk di bangku SMP. Itu saja sudah sulit. Mengulangi kesalahan yang sama tanpa memperbaikinya, itulah diriku.
**************

Bel pulang telah berbunyi aku dan kawan-kawan segera menaiki tangga atas untuk sampai ke tempat tertinggi di sekolah. Melihat pemandangan sembari menghisap perbatang rokok aku rasa itu cukup menyenangkan untuk dilakukan di sini. Pemandangan yang kumaksud adalah wanita yang mencuri perhatianku. Seleraku tidak murahan aku lebih menyukai wanita yang anggun, manis senyumnya, dan berambut panjang tapi tidak terlalu mencolok, ah tidak, bukan! Pokoknya seleraku seperti dia.. Iya wanita itu Rinai Nafi Kusniwardani.
Di atas sini, aku selalu menunjuk ia setiap harinya  berharap kelak Cupid akan mengarahkan panah tepat ke hatinya.
Bel istirahat 2 telah berbunyi dengan nadanya yang sungguh kencang tetapi berbeda dengan hati ini yang semakin sayu. Ini kali ke-7 aku menyapanya sejak pagi tadi. Bukan disapa kembali, tapi tatapan dingin yang selalu kuterima setiap kali aku menyapanya. Kadang aku berpikir untuk membuat papan reklame yang luar biasa besarnya di depan pagar sekolah betuliskan “Hai Rinai apa kabarnya?” Tidak lupa kutambahkan dengan: new agar ia melihat siapa diriku. Haruskah ?. Tentunya itu bodoh dan tidak masuk akal.
Dari mulai buku hingga website dari Kata perkata sudah kubaca tentang bagaimana cara memikat wanita yang benar dari volume 1 hingga volume akhir yang bahkan tiada akhirnya karna sudah puluhan buku yang kubaca dengan penerbit yang berbeda. Semuanya sudah kubaca. Dilakukan pun sudah. Ada hasil ? Tidak.

Inspirasi datang dari sebuah kata pujangga tua di situ tertulis “kejarlah cintamu rasakan hatinya, turuti perintahnya maka ia milikmu”. Memang konyol tapi.. layaknya petir di sore hari kebetulan ia pulang terakhir karna piket aku hapal betul jadwalnya jadi aku bergegas mengambil pena dan secarik kertas dengan cepat menuju kelasnya dan langsung bertanya sembari tangan kananku menyiapkan hal apa saja yang perlu kutulis, di depan muka yang terlihat lusuh dan terheran-heran seperti melihat jijik kepadaku. Aku berkata “akan lakukan apapun asal sikapmu tidak membeku dan jadilah pacarku, akan kulakukan apapun”. Aku merasa hina lebih dari biasanya, tapi peduli apa inilah saatnya kutunjukan warna dalam perubahanku. Ia menjawab tanpa basa basi dan seperti orang yang sudah terbiasa menjawab panah asmara pria lain ia berkata. “Jawabanku sangat sederhana tunggu saja esok sepulang sekolah, tapi yang pertama kau terlalu kuno dan ketinggalan zaman, ubahlah semuanya terlebih dahulu baru kita bisa berbicara kembali. Bolehkah aku pulang sekarang. Glass ? '
(2/2)
Aku merasa asing dengan panggilan itu tapi pipiku merah merona menandakan aku bahagia hingga tak terasa telah mengucur deras keringat di sekitar dahi hingga jatuh membasahi bajuiku. Aku gugup. Tidak aku bahagia. Ah inikah cinta ? Jujur aku masih penasaran mengenai apa yang akan ia sampaikan sampai-sampai aku tak bisa tidur semalaman.
Hari esok pun tiba,hari yang telah kunanti-nanti akankah seperti yang kuharapkan atau sebaliknya? Perasaan harap-harap cemas bagai daun yang ingin mekar tetapi belum saatnya seperti itulah keadaanku. Bel pulang berbunyi walaupun harus menunggu 1 jam. Diluar dugaan ia menepati janjinya. Sambil berlari dengan nafas terengah-engah ia berkata. “Uh.. maaf aku barusan ada janji dengan guru kesenian, kau tidak apa-apa menunggu kan ?” Sambil mengatur nafas “Aaah tidak kok”. Aku kembali gugup. Sial kenapa aku gugup lagi, ini bukan kali pertama kan. Gumamku dalam hati sembari mengeryitkan dahi. “Kau.. “tidak marah kan?” Tanyanya. “Ah tidak, kita lebih baik pindah tempat, aku ada cafe di dekat sini kok kau mau ikut tak?” Ajaknya. “Boleh”.
Lebih dari 30 menit hanya ada keheningan yang menyapu ruangan di bilik tempat duduk kami berdua, membuat kopi yang sudah kami pesan menjadi dingin layaknya percakapan ini. 5 menit berselang Rinai membuka percakapan. “Jadi.. kau masih suka merokok di atas atap sekolah?” Tanyanya sambil menyeruput kopinya dengan pelan.
“Hah,  kok kamu tahu! Emm.. jangan dibocorkan ke pihak guru yah, okay ?' Aku menahan malu pipiku kembali merah kali ini mukaku sangat semrawut sekali. Sial, wanita yang kusuka dia mengetahui aibku, rasanya ingin terjun bebas setinggi-tingginya dari pesawat. “Aku  memperhatikanmu tahu”. Ia menarik senyum kecil di pipinya.
“Kalau kau mau memberhentikan asap itu selama-lamanya dan mengatahui bahaya rokok, aku mau ko jadi pacarmu, haha”. Aku belum yakin dengan perkataannya. “Kau tidak sedang bercanda kan Ri..nai ?” Mataku melebar setengah tidak percaya. “Tidak.  Kuberi waktu sebulan jika aku lihat ada perkembangan kita bisa bicara. ngomong-ngomong aku mempunyai janji dengan temanku aku pergi dulu ya, sampai jumpa jagoan. Semangat untuk lepas ya, kau bisa kok”. Ia mengedipkan matanya sembari senyum di depanku. Kurasa aku akan masuk rumah sakit, karna terkena diabetes. senyumnya manis bukan main.
Selama satu bulan banyak hal yang terjadi dan setiap 2 atau 3 hari sekali aku selalu terpergok sedang merokok diam-diam entah itu di tempat umum atau pun di sekolah.aku tentunya tidak bisa merokok di rumah karna baunya selalu menempel di mana-mana.rasa cinta memang besar tapi lebih besar rasa kecanduan. Mulai dari dilempar bungkus rokok hingga selalu menjagaku dari rokok telah Rinai lakukan tapi semuanya sia-sia. Aku rasa aku gagal.
‘Glass, kau gagal okay. Maaf tapi kita tidak bisa bersama”. Rinai menghela nafas. “Tapi apa yang sudah kita lakukan sebulan ini berjalan bersama dan semuanya aku rasa kita memiliki kecocokan satu sama lain”. Aku merasa putus asa “Aku pergi, Glass!” Dia pamit, seakan mau meninggalkanku untuk selama-lamanya. “Maafkan aku Rinai”.

She's got the dance floor hella lit. Then
She steps out for a cigarette
And, I've been prayin' all night
Like God- she gives life to my world with a "Can I get a light?"
Ignite a match
She leans in to catch it
We're, the only spark in the dark like a chandelier
With no ceiling but the sky
As the smoke from her lips bleeds into the atmosphere
No ashes here, no dust
This moment is forever
Even though each puff will take us further from together
She'll have, me until the very last drag
Come to think of it, love is like a cigarette
Burning at the tip of it, but quick to burn out
Like a cigarette, it may get you sick
But you'll never get sick of it
So light one up now
Tiba-tiba mulutku mengucapkan kalimat yang telah kusiapkan selama sebulan tersebut ke dalam bahasa inggris “Merokok akan membuatmu sakit tapi kamu tidak akan sakit karnanya”. Rinai kaulah candu ku''. Rinai tertawa terbahak-bahak mendengar ucapanku tersebut. “Rinai mau kah kau menjadi kekasihku?' Ia pun tersenyum lebar sembari mengenggam tanganku. Dari senyumannya aku sudah mengetahui jawaban apa yang akan ia berikan.


Share this article :

2 komentar:

Content yang Anda baca semoga bermanfaat. Terima kasih atas kunjungannya, silahkan tinggalkan komentar.

Popular Posts

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Bahasa dan Sastra - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Aosin Suwadi