Menunggu Kembalian
Karya
Aosin Suwadi SMAN 6 Kota Serang 2019
Semua manusia yang dilahirkan baik pria maupun wanita, diberi
naluri ingin mencintai dan dicintai lawan jenisnya. Pria tampan dan wanita
cantik, atau pria dan wanita yang buruk rupa sekalipun, jika dia terlahir
normal, pastiah dia memiliki perasaan seperti itu. Untungnya tuhan maha adil.
Tampan dan cantik itu diciptakannya dengan penilaian yang reltif. Seseorang
bisa menilai orang lain itu tampan atau cantik sesuai dengan selera dan sudut
pandangnya masing-masing. Bayangkan jika tampan dan cantik itu penilaiannya
mutlak, maka pastilah yang orang jelek atau buruk rupa tidak akan mendapatkan
pasangan seumur hidupnya. Akan tetapi biasanya pria tampan atau wanita cantik
akan lebih mudah mencari pasangan, bahkan biasanya menjadi rebutan. Sebaliknya
pria atau wanita buruk rupa akan sangat sulit mencari pasangan. Tapi jika Anda
kebetulan dilahirkan dalam kondisi buruk rupa, jangan hawatir…… yakinlah tuhan
maha adil.
Sukra adalah seorang
remaja yang beranjak dewasa, dilahirkan dengan wajah yang buruk rupa. Akan
tetapi dia memiliki bentuk tubuh atau postur yang sangat sempurna dan ideal. Sebenarnya
banyak wanita yang tertarik oleh Sukra, karena wanita itu melihat postur atau
fisik Sukra dari samping atau dari belakang.
Akan tetapi setelah mereka melihat wajah Sukra,
maka semuanya balik kanan teratur.
Setiap
hari pria lulusan SMA ini selalu menjadi pro kontra obrolan teman-temannya. Bahkan
Sukra sering mendapat bulian dari
teman-teman wanitanya. Apa lagi jika Sukra menaksir salah seorang teman
wanitanya, maka dia akan dicemoohkan. “Alaaaah dasar Sukro …., ga bakalan laku lho…..” Nani mencemoohkan Sukra
dengan mengolok-olok dan memanggilnya dengan sebutan Sukro.
Karena Sukra memiliki sikap yang sangat baik, selalu menghargai orang lain, dan
tidak pernah marah walaupun sering dihina, maka banyak juga teman-teman Sukra
yng membelanya jika ada yang membuli atau menghinanya. “Lho emang cantik, tapi hati Lho
jauh lebih busuk dari wajah Sukra”. Junadi memarahi
Nani untuk membela Sukra.
Nani terdiam karena jauh dalam lubuk hatinya
mengiyakan terhadap omongan Junadi. Selain
itu, sebenarnya Nani juga menaruh hati
terhadap Junadi yang menurut penilaiannya Junadi itu tampan dan gagah.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Selama
ini Nani tidak berani mengungkapkan perasaannya kepada Junadi,
karena Junadi tidak sedikit pun memperlihatkan rasa simpati kepadanya. Bahkan
mereka sering bertengkar, jika tema pembiccaraannya kebetulan melibatkan Sukra.
Padahal Nani sangat berharap Junadi menjadi pacarnya. “Jun!.........”. Nani
memanggil Junadi dengan nada yang tidak biasanya. Kali ini Nani memanggil
Junadi dengan suara lembut. Junadi terdian
beberapa saat menebak-nebak apa maksud Nani. “Apaan Lho
manggil-manggil gue?” Tanya Junadi setengah
membentak. Hati Nani terasa sakit, tapi dia menyadari kalau selama ini
bentaka-bentakan Junadi banyak benarnya. Nani merasa sepertinya Junadi sedang
mengajari dirinya agar bisa bersikap baik kepada orang lain.
Pada
suatu malam ketika Sukra, Junadi, Nani dan kawan-kawannya sedang menghadiri
perlombaan menyambut HUT ke-57 RI Nani
mendapat kesempatan yang baik untuk mengutarakan rasa cintanya kepada Junadi. Waktu itu seluruh teman mereka sedang
menjadi panitia perlomban, sementara Junadi selaku
ketua panitia sedang duduk mengawasi jalannya perlombaan. “Jun… aku mau ngomong
serius niiih”. Ucap Nani dengan nada lirih. Junadi terdiam sambil bertanya
dalam hatinya. Sebenarnya mau ngomong apa sih dia? “Ih……..kamu ko diem
aja sih…..!” Tidak biasanya Nani bersikap
manja kepada Junadi. “Sebenarnya Lho tuh mau
ngomong apa sih?” Tanya Junadi. “Ih……. Lho tu yah ga ngerti aja”. Nani kesal. Sebenarnya Junadi sangat mengerti apa
yang akan dibicarakan oleh Nani, cuma dia pira-pura tidak tahu, karena ingin
menguji kesungguh-sungguhan hari Nani.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“Aku sangat memaklumi kamu pasti berat untuk menerimaku
menjadi pacarmu” Kata Sukra kepada Hera. Hera adalah seorang gadis cantik dan berahlak baik
pula. Hera merupakan anak ketiga setelah Junadi dari pasangan Ustaz Husaeri dengan Hapsah. “Ga gitu
juga kali……., aku tuh takut sama bapa dan ibu, yang selalu melarang aku
berpacaran”. Jawab Hera. “Kata bapak dan ibuku, dalam agama kita tidak ada
istilah pacaran, ada juga ta’arruf”. Hera menirukan nasihat ibunya. “Maksudnya?” Tanya Sukra. “Kata Bapak kalau ada laki-laki yang menyukai Hera, suruh datang ke bapak!” Hera menirukan omongan
bapaknya dengan intonasi agak keras. “Tapi…..kan…..aku harus tahu dulu isi hati
Hera, mau menerima atau enggak?” Tanya Sukra. Cukup lama Sukra dan Hera bercakap-cakap, tapi Sukra tidak berhasil mendapatkan jawaban yang
diinginkan. Akan tetapi walaupun begitu Sukra sangat
senang, karena ucapan-ucapan Hera benar-benar
menyenangkan. Sikap Hera mirip dengan Junadi kakaknya.
Pada suatu hari ketika para pemuda di kampung itu sedang
berlatih sepak bola, Junadi memanggil Sukra. “Kamu benar-benar suka sama Hera?” Tanya
Junadi. Ditanya seperti itu merahlah muka Sukra karena
malu, kemudian menjawab dengan terbata-bata. “I..i…iya Kak…. eh…. Jun!” Jawab Sukra gugup, sampai-sampai memanggil kakak kepada Junadi. Junadi hanya
tersenyum melihat tingkah Sukra. “Kalau
memang kamu benar-benar suka dan sayang sama adikku, datang aja ke bapak saya.
Enak ko ngobrol sama bapakku”. Saran Junadi.
“I…i…iya nanti saya datang, tapi saya ingin tahu dulu jawaban Heranya, mau engga menerima aku”. Kata Sukra ragu.
“Ya udah…. sana tanya Heranya”.
“Hera…….”. Sukra memanggil Hera
dengan intonasi lembut. “Iya….. apa sih…….?” Jawab Hera sambil mengulum senyum manisnya, membuat Sukra merasa semakin terpana.”Kan kemaren udah dijawab, ko masih nanya sih…..”. Hera benar-benar pandai
menyusun kata-kata, hingga jawaban-jawaban Hera tidak
membosankan, malah enak untuk didengarkan, padalah jawaban yang diinginkan
tidak pernah diucapkan. Lagi-lagi Sukra
gagal mendapat jawaban dari Hera.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Jauh
di lubuk hatinya Junadi mengakui bahwa Nani itu
sangat cantik, dan dia sudah lama menaruh hati kepadanya. Akan tetapi karena
ahlaknya yang berbanding terbalik dengan sikapnya maka sampai saat ini Junadi belum menerima Hera menjadi
pacarnya.
Situasi
dan kondisi yang dihadapi oleh Junadi dan Hera, memaksa mereka untuk berdiri di antara suka dan tidak suka. Sampai kapankah Hera dan
Sukra harus menunggu jawaban? Mereka
kesal menunggu bagaikan orang belanja lama menunggu kembalian.
Demikian cerita ini
dipublikasikan, semoga bermanfaat. Terima kasih atas apresiasinya, dan jika
berkenan mohon tinggalkan komentar.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !