Terlepas
dari Genggaman (Seri Kesatu)
Karya: Aosin Suwadi
Cerita ini hanya fiktif belaka yang diangkat dan mengisahkan kehidupan remaja serta anak-anak pedesaan. Anak-anak pedesaan sangat kaya akan permainan anak-anak. Pada bagian kesatu ini cerita diarahkan
kepada kehidupan anak-anak, sedangkan bagian kedua nanti akan diarahkan kepada ABG
dan remaja. Selamat membaca!!!
Di tengah sawah tadah hujan di
belakang perkampungan, di situlah anak-anak kampung bercanda dan bersuka ria
dengan berbagai permainan dan kegiatan yang mereka lakukan. Di antara mereka ada
yang secara kelompok melakukan permainan galah, eggrang, petak umpet, ada juga
yang melakukan permainan bebentengan.
Berbeda dengan anak-anak kota yang secara individual hampir setiap hari sibuk dengan
berbagai permainan elektronik yang canggih. Sungguh jauh perbedaan karakter permainan
mereka. Permainan anak-anak kampung, bernilai sosial sangat tinggi dan mengarah
kepada kehidupan bermasyarakat, sedangkan permainan anak-anak kota akan
mengarah kepada kehidupan yang nafsi-nafsi atau individualis.
Sementara itu di samping pesawahan
tempat anak-anak bermain, di atas tebing yang tidak terlalu tinggi Soni, Hari, dan Amin sepertinya sedang berkejar-kejaran di semak-semak di bawah
pohon-pohon yang jaraknya cukup rapat. Mereka sedang berlomba menangkap seekor anak
burung ketilang yang baru saja dilepaskan oleh induknya dari sarang tempat dia
dierami. Anak burung tersebut sudah bisa terbang, tapi belum lincah. Burung itu
terbang dari satu pohon ke pohon. Akan tetapi karena tenaga sayapnya belum
kuat, burung itu sering jatuh ke semak-semak. Saat itulah mereka saling dahulu
mendahului meraih anak burung, bahkan tak jarang mereka saling menabrakkan
dirinya. Akan tetapi karena semak-semaknya cukup rapat, maka anak burung telah
lebih dulu menyelamatkan diri terbang ke ranting pohon yang belum terlalu tinggi. Selamatlah
anak burung untuk sementara.
Hari kesakitan
karena kepalanya berbenturan dengan Amin. Mereka bertengkar saling
menyalahkan. “Kamu sengaja yah menabrak aku”. Kata Hari
dengan suara pelan menahan rasa sakit di kelapanya. “Kamu tuh yang menabrak aku”.
Amin balik membentak. Sebenarnya mereka memang
saling mebabrak. Hampir saja mereka berkelahi. Untung saja Soni bisa menempatkan diri menjadi trigonis di antara
mereka. Usia Soni memang dua tahun lebih muda
tapi postur tubuhnya jauh lebih besar dan tinggi dari Hari dan Amin. “Udah jangan berantem
entar burungnya kabur”! Soni mengajak mereka melanjutkan pengejaran anak
burung ketilang, yang saat itu masih bertengger di ranting pohon yang tidak
terlalu tinggi. Hari lebih dulu berlari ke bawah
pohon dan menggerak-gerakkan pohon rambutan yang masih kecil tempat anak burung
bertengger. Secara kebetulan anak burung rerjatuh tepat di tangan Amin. Karena Hari tidak
senang jika anak burung menjadi milik Amin, maka
dia mengejar dan menabrak Amin hingga anak burungnya terlepas.
Keduanya hanya bisa menyesal atas apa yang mereka lakukan.
Sementara
itu anak-anak lain yang sedang bermain di tengah sawah mendadak ramai
bersorak-sorak seperti sedang mengejar sesuatu. Soni, Hari, dan Amin
mengalihkan perhatian ke tempat anak-anak bermain di sawah, tapi mereka tida
tertarik untuk mengikuti perebutan sebuah layang-layang yang yang putus sedang
melayang-layang di atas lapangan (sawah tadah hujan). Semua permainan mendadak dihentikan, dan
mereka semua ikut memperebutkan layang-layang yang sedang melayang mundur maju,
goyang kiri dan kanan. Semua tangan ditadahkan ke atas untuk menangkap layang-layang.
Beberapa anak ada yang menangis karena kakinya terinjak oleh anak-anak lain
yang badannya lebih besar.
Karena
dorongan angin kencang yang tiba-tiba berubah arah, layang-layang itu terbang mengarah ke bawah pohon tempat Soni, Hari, dan Amin sedang duduk-duduk.
Walaupun awalnya tidak tertarik untuk ikut berebut layang-layang, akan tetapi karena
layang-layangnya mengarah kepada mereka, akhirnya mereka terutama Hari dan Amin
berebut juga. Kali ini Hari yang memenangkan
perebutan. Akan tetapi sepertinya Amin dengan sengaja merebut layang-layang itu dari tangan Hari, hingga terbagi menjadi beberapa sobekan
kecil.
Demikian tulisan
ini dipublikasikan semoga bermanfaat dan Anda bisa terhibur serta dapat mengenang
masa ana-anak Anda. Terima kasih atas kunjungannya, dan jika berkenan mohon
tinggalkan komentar, demi untuk perbaikan karya-karya berikutnya.
Sampai jumpa di seri kedua.
Sampai jumpa di seri kedua.
https://www.google.co.id
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !