Murtadisme dan Sekularisme dalam Nuansa Islam
Oleh: Aosin Suwadi SMA Negeri 6 kota Serang
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Jika kita mengukur norma kehidupan di muka bumi ini, entah berapa derajat kita telah menyimpang dari norma hidup yang primer. Memang kita tidak merasa dan tidak menyadari bahwa kita telah bergeser dari pedoman hidup yang primer yaitu agama samawi, karena pergeseran itu terjadi sangat evolutif.
Dulu Allah mengangkat Mauhammad menjadi rasulullah, ketika bangsa-bangsa di dunia terutama arab sebagai tolak ukurnya, sedang berada di puncak jahiliyah. Betapa biadabnya perilaku manusia saat itu. Dan betapa sulitnya rasulullah memimpin revolusi waktu itu. Bagaimana tidak, perjuangan menyiarkan Islam waktu itu dilakuka dengan berbagai strategi, mulai dari sembunyi-sembunyi, perjanjian, perdamaian, bahkan peperangan. Dan pada akhirnya rasulullah berhasil memenangkan revolusi setelah melakukan strategi hijrah, dan menjadikan Madinah sebagai ibu kotanya.
Sebelum meninggal rasulullah pernah bertanya kepada sahabat-sahabat dan orang-orang terdekatnya, dengan pertanyaan “apakah jika aku telah tiada nanti kalian akan kembali lagi kepada kehidupan kalian yang dulu?” Fakta sejarah telah membuktikan bahwa pergeseran itu telah terjadi sejak dulu. Sejak rasulullah meninggalkan kita, dan pemerintahatn dilanjutkan oleh para sahabat. Sejak saat itu norma kehidupan mulai dicampuri oleh subyektifisme atau bisikan pribadi-pribadi. Berbeda dengan pemerintahan pada zaman rasulullah, semua ketentuan dalam hidup, sepenuhnya berjalan di atas wahyu Allah. Dengan kata lain roda kehidupan dijalankan satu komando, yaitu atas nama perintah dari Allah (Lillaahi ta’aalaa).
Satu persatu para sahabat memimpin pemerintahan Islam, mulai dari Abu Bakar, Umar, Usman, sampai dengan Ali. Dan terutama pada zaman pemerintahan sahabat yang terkhir ini banyak sekali para penyusup yang masuk melalui berbagai forum dan momen penting dalam Islam. Salah satunya adalah mereka masuk melalui kelompok ‘Ulama Murji’ah”. Melaui forum ini mereka menyusun rencana besar untuk menghancurkan umat manusia dalam skala internasional, terutama kehidupan Islam.
2 Tujuan
Dalam skala kehidupan yang telah jauh bergeser dari agama ini, kita semua bertanggung jawab untuk meluruskan kembali. Hancurnya kehidupan ini terjadi di semua lini dalam kehidupan. Karena itu di mana pun kita berkiprah, di situlah kita harus berusaha untuk memperbaikinya. “Jagalah diri kita dan keluarga-keluarga kits dari api neraka”. Keluarga yang dimaksud di sini tentunya dalam arti luas, karena setiap mu’min dengan mu’min adalah saudara. Dan tujuan utama dari tulian ini adalah untuk mengajari dan mengingatkan diri penulis, agar tidak terseret oleh strategi iblis tingkat dunia.
B. Sekularisme Islam
1. Berkurangnya Lembaga-lembaga pendidkan Islam Salafi
Lembaga-lembaga pendidikan, salafi seperti pesantren atau “Balai Rombeng” lebih banyak menyampakan pendidikan akhlak atau moral kepada para siswanya. Selain mereka diajarkan bagaimana mengabdi kepada Allah (Hablun Minallaah), mereka juga diajarkan bagaimana cara bergaul dengan berbagai kalangan (Hablun Minannaas). Kini lembaga-lembaga tersebut telah terdesak oleh lembaga pendidikan Islam yang katanya menurut mereka “modern.” Pendidikan “bale rombeng” ini tinggal tersisa di pedalaman atau di pesisir perkampungan.
2. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Menurunnya intensitas pendidikan akhlak, sangat mendukung terhadap pergeseran-pergeseran moral manusia. Bahkan kini pendidikan telah dinomorduakan, setelah ilmu pengetahuan dan teknologi. Lebih jauh dari itu pandangan umum menilai bahwa pendidikan yang berhasil adalah yang mampu mencetak manusia menjadi orang pintar, orang kaya, atau orang kuat. Sementara akhlaknya, tidak pernah dinomorsatukan, bahkan nyaris dabaikan.
3. Politik dan Kekuasaan
Kita semua tahu bahwa pemegang tampuk kekuasaan, baik tingkat nasional mau pun tingkat internasional, dalah politik dan kekuasaan. Dengan kekuatannya politik dan kekuasaan, meraka memasang berbagai strategi untuk memimpin umat manusia di dunia. Jadi menurutnya, merekalah yang sekarang berkuasa di muka bumi ini, bukan Allah. Apa lagi dulu kita pernah mendengar terjemahan bahwa “Allah itu raja di kemudian hari”. Kalimat itu dimanifestasikan oleh mereka, sehingga mereka yang duduk di singgasana kekuasaan dunia. Sedangkan Allah berkuasanya nanti saja di hari akhir atau akhir zaman (hari kemudian).
4. Sekularisme dan Atheisme
Era politik dan kekuasaan telah menggiring dan mengantarkan umat manusia ke dalam kancah murtadisme bahkan sekularisme. Murtad berarti pindah dari suatu agama atau keyakinan ke agama atau keyakinan yang lain. Sedangkan sekularisme berpendirian bahwa moral manusia tidak perlu didasarkan pada agama. Pernyataan itu dapat kita lihat dari fakta bahwa umat manusia di muka bumi, pada umumnya lebih takut dan patuh kepada hukum dan peraturan yang dibuat oleh para penguasa, daripada kepada ketentuan Allah. Perlu diketahui bahwa kegiatan perayaan natal, ulang tahun, valentine, dan lain-lain merupakan momen yang mereka manfaatkan untuk mempengaruhi dan menggiring manusia menjadi murtad dan sekuler. Para penjahat seperti pencuri, perampok, penipu dan masih banyak lagi yang lainnya, tidak takut kepada Allah. Bahkan para penjahat politik termasuk para koruptor, mereka lebih takut kepada KPK daripada kepada Allah. Para penguasa telah menempatkan Undang-Undang di atas kitab suci agama samawi.
Para pembaca yang budiman, jika kita tidak segera merevolusi diri merujuk kepada ketentuan agama, situasi dan kondisi seperti ini akan membawa kita ke dalam paham atheisme. Yang pada tingkatan yang paling tinggi, bisa-bisa kita mengaku bahwa diri kita ini tuhan. Na’udzubillaahi min dzaalik!!
C. Kesimpulan
Rasulullah diutus ke muka bumi untuk meluruskan atau memperbaiki akhlak manusia, yang telah bejad dan biadab. Dengan berbagai strategi beliau melakukan revolusi dari kehidupan jahiliyah menjadi kehidupan nur. “Allah membimbing mausia dari kehidupan dzulumat ke kehidupan nur, sedangkan mereka menggiring kita ke dalam kancah kehidupan dzulumat.” Kini umat manusia di muka bumi telah kembali ke kehidupan biadab bahkan dapat kita katakan jahiliyah dalam arti luas. Terbuktilah apa yang dulu ditanyakan oleh rasulullah. “apakah jika aku telah tiada nanti kalian akan kembali lagi kepada kehidupan kalian yang dulu?”
Demikian tulisan ini dipublikasikan dengan tujuan utama untuk mengajari diri penulis sendiri, karena kekhawatiran terhadap pergeseran nilai dan norma hidup di muka bumi ini. Demikian ide awal tulisan ini, dan terima kasih kepada bapak Drs. H. Maman Abdurachman, M.Pd. selaku kepala SMA Negeri 6 Kota Serang, yang telah menyumbangkan ide satu kata “murtadisme.” Dan terima kasih juga atas kunjungan Anda, dan jika be kenan mohon tinggalkan komentar.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !