Headlines News :
Home » » Melestarikan Budaya Sunda melalui Penikahan

Melestarikan Budaya Sunda melalui Penikahan

Diposting Oleh aosin suwadi pada Minggu, 30 November 2014 | 04.45

Melestarikan Budaya Sunda melalui Penikahan

            Pada hari ini, Minggu (30/11) telah dilangsungkan acara akad nikah seorang pria yang berasal dari ujung timur Jawa Tengah, dengan seorang wanita warga komplek Korem Cilaku kecamatan Curug. Mempelai putra bernama Muhamad Jihan Sofa, putra dari pasangan  H.Muhamad Rifki dengan Hj. Inda Diah (Jawa Tengah). Sedangkan mempelai putri bernama Nena Rostiana yang merupakan putri dari pasangan  Nana Sutisna dengan Dofifah warga kompek Korem Cilaku.


 
 Rombongan calon mempelai putra memasuki gerbang Korem



 Rombongan calon mempelai putra turun dari mobil


 calon mempelai putri menyambut kedatangan calon mempelai putra


 Pengalungan bunga




Pembawa acara R. Nenden Komalasari (tengah) sedang memimpin jalannya acara

 
            Upacara dan resepsi pernikahan dilaksanakan di aula gedung Korem. Mobil rombongan calon mempelai purta dikawal oleh beberapa anggota Korem mulai dari gerbang Komplek sampai aula gedung Korem. Turun dari mobil rombongan sampai dengan ruangan akad calon mempelai putra diantar oleh para pengiringnya. Acara akad dimulai pukul 09.15 dengan beberapa rangkaian acara: pembukaan, pembacaan ayat suci Al quran, penyerahan mempelai putra, penerimaan mempelai putra, Akad Nikah, pemasangan cincin mas kaswin, dan serangkaian acara pengadministrasian oleh naib dari KUA kecamatan Curug.



 Pembacaan ayat suci Al Quran


 Penyerahan calon mempelai putra kepada keluarga calon mempelai wanita



  Penerimaan calon mempelai putra oleh keluarga calon mempelai wanita untuk dinikahkan



  Pengucapan akad nikah

Penandatanganan administrasi pernikahan



 Mempelai putra sedang memasangkan cincin mas kawin

            Seusai acara akad nikah selesai pukul 10.35 dilanjutkan dengan serangkaian upacara adat pengantin sunda yang terdiri dari: “buka pintu”, “nincak endog”, “sawer panganten”, “huap lingkung” dan “sungkem”. Penulis merasa bangga, karena masih ada warga negara yang mau memelihara dan melestarikan budaya daerah. Pada kenyatannya upacara adat sunda ini kurang mendapat sambutan dari hadirin, karena pada umumnya mereka tidak tidak mengerti bahasa sunda (terutama generasi muda). Patut kita pikirkan tentang keberadaan bahasa daerah baik Sunda maupun Jawa di wilayah Banten, khususnya kota Serang. Jika tidak, maka satu atau dua generasi lagi bahasa daerah itu akan punah. Upacara adat dalam pernikahan ini dipimpin oeh ibu R. Nenden Komalasari dari RS Korem Cilaku.

 
 Acara buka pintu dan nincak endog


Acara sawer panganten

            Rangkaian upacara adat selesai pada pukul 11.15, selanjutnya disambung dengan acara ogran tunggal. Berbeda dengan upacara adat, hiburan organ tunggal dengan alunan lagu seperti lagu-lagu pop, dan dangdut ini sangat disambut oleh para hadirin. Sepertinya lagu dangdut memiliki daya tarik tersendiri, dan telah berhasil merebut konsentrasi anak-anak muda, bahkan orang tua termasuk ibu-ibu.



Ibu-ibu sedang bernyanyi dan berjoget



Sakitnya tuh di Sini

Acara yang paling dinantikan oleh hadirin

            Kita ramaikan musik di negeri ini, kita nikmati lagu pop, lagu dangdut, serta lagu-lagu lainnya, tapi mari kita pertahankan seni budaya daerah, yang telah berhasil mengajarkan moral kepada bangsa. Seiring meyusutnya seni budaya daerah, moral bangsa ini semakin didominasi oleh budaya barat.
            Demikan tulisan ini dipublikasikan, semoga bermanfaat, dan terima kasih atas apresiasinya. Jika berkenan mohon tinggalkan komentar.

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Popular Posts

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Bahasa dan Sastra - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Aosin Suwadi