Headlines News :
Home » » Berkarya dan Bercinta di Angkasa Seri Keempat

Berkarya dan Bercinta di Angkasa Seri Keempat

Diposting Oleh aosin suwadi pada Sabtu, 15 November 2014 | 10.21

Berkarya dan Bercinta di Angkasa Seri Keempat
Karya: Aosin Suwadi

https://www.google.com
Pada bagian ketiga diceritakan bahwa Dila dibawa berkunjung ke rumah Burhan, atas permintaan pak Suryadi yang memaksa ingin bertemu dengan calon manantunya.
Enam bulan Setelah Burhan dan Dila menikah, mereka diizinkan untuk tinggal di kota. Pak Suryadi mengizinkan Burhan dan Dila menantunya, dengan pertimbangan pekerjaan, sekaligus agar anak dan menantunya bisa hidup lebih mandiri lagi. Burhan dan Dila istrinya hidup rukun dan bahagia walaupun hanya tinggal di mes kecil yang letaknya di belakang kampus. Memang ada yang dirasakan kurang dalam kehidupan mereka, karena sampai satu tahun mereka nelum dikaruniai anak. Hal itu sangat dirasakan oleh Dila. Bebeda dengan Burhan. Keterlambatannya memiliki anak, dijadikan kesempatan untuk berprestasi dalam profesinya, sekalikus mempersiapkan masa depan keuarganya. Burhan sangar rajin menabung. Sejak mereka berpacaran sampai setahun mereka menikah, tabungannya sudah lumayan banyak. Burhan memiliki dua nomor rekening bank. Satu rekening diketahui Dila, sedangkan yang satunya tidak diketahui oleh Dila. Pada suatu saat nanti rekening itu akan diberitahukan, jika tabungannya telah mencukupi untuk membuat rumah yang indah, sekaligus sebagai surprise.
“Sabarlah sayang! Baru juga satu tahun, belum apa-apa lah!” Burhan memberi semangat pada Dila, karena beberapa bulan ini Burhan melihat istrinya sering melamun. Tapi Dila tidak menjawab. Sepertinya ada sesuatu yang sangat ditakutkan oleh Dila. “Mau gimana lagi! Berbaik sangka aja dulu. Mungkin Tuhan belum mengizinkan kita untuk punya anak, atau mungkin ...” Burhan tidak melanjutkan pembicaraan dengan harapan agar Dila penasaran, kemudian bertanya. Tapi tetap diam. Jangan gitu sayang, kita kan umat beragama. Mau bagaimana lagi, kita kan sudah melakukan tes, dan hasilnya bagus kan?” Mendengar kata tes, Dila mulai merespon ceramah suaminya. “Tapi mamah takut Pak!” Dila mulai buka mulut. “Ga ada yang perlu ditakutkan. Ingat ga, dulu kita pernah berjanji bahwa kita akan salling menyayangi dan mencintai sehidup dan semati, dalam ...”. Burhan tidak bisa meneruskan pembicaraan, karena bibirnya ditutupi oleh tangan Dila. Burhan mengusap genangan air mata Dila yang menetes ke pipinnya. Dila menangis menjadi-jadi sambil memeluk erat suaminya. Sementara Burhan hanya mengusap-usap punggung Dila sambil mengucapkan kata-kata yang motivatif.
Malam itu juga Burhan menyiapkan tugas untuk disampaikan kepada mahasiswanya. Besoknya Burhan mengajak Dila pergi ke tempat yang penuh dengan kenangan meraka, termasuk salah satu pantai yang tidak begitu ramai di Anyer, yang merupakan tempat sangat bersejarah bagi bereka. Di situ juga mereka saling menyatakan cinta. Usaha Burhan untuk menghibur istrinya tidak sia-sia. Dila kelihatan mulai memperlihatkan sikap ceria yang dimilikinya selama ini. “Mah, jam berapa kita pulag” Tanya Burhan. “Tar aja jam setengah lima!” Sepertinya Dila tidak mau cepat-cepat pulang. Dia masih mau mengenang masa lalu waktu mereka masih berpacaran. “Sesekali terlihat bibit Dila seperti sedang tersenyum. Burhan merasa puas karena telah berhasil mengembalikan keceriaan istrinya.
Halo! Ya! Kenapa?” Kata Burhan sambil merapatkan HP ke telinganya. Kemudian hampir satu menit Burhan terdiam. “Oh, gitu! Ya udah, besok bapak coba sampaikan ke pak Fariz”. Burhan seperti berbicara sendiri. “Apa?!? .... Iya, iya, iya!. Burhan menutup telpon setelah menjawab salam dari Meti. Siapa itu pak? Tanya Dila. “Si Meti bab duanya tidak diterima oleh pak Fariz”. Jawab Burhan polos. Kepolosan jawaban Burhan ini hampir saja merusak keceriaan Dila yang baru pulih. Untung saja Burhan mampu mengatasinya.
Sepanjang perjalanan pulang dari pantai Ayer, Dila kelihatan ceria, sepertinya tidak merasakan lelah, walaupun hampir satu hari mereka menghabiskan waktu di pantai. Akan tetapi sesampainya di rumah, setelah menyempatkan mandi dengan air hangat, Dila tertidur pulas sejak jan 7-30. Burhan tidak mau mengganggu, hanya mengusap-usap rambut Dila dengan penuh kasih sayang, sampai akhirnya Burhan pun tertidur pulas juga. Seperti ada yang membagunkan, terbangun pada waktu yang bersamaan. Setelah melirik ke arah jam dinding, ternyata waktu telah menunjukan pukul 04.12. Sepertinya tenaga mereka telah pulih. Spontan mereka teringat waktu siang ketika berada di pantai. Mereka melanjutkan kegiatan itu dalam bentuk lain.
Pagi itu seperti biasa mereka menyiapkan segala sesuatu untuk kepentingan kegiatan di kampus. Burhan menyiapkan peralatan untuk menyampakan materi kuliah, dibantu oleh istrinya. “La.... sayang ........!” Burhan memanggil istrinya dengan panggilan yang penuh rasa sayang dan kemesraan. “Apa Paaak?” Jawab Dila. “Hari ini mamah dandan yang lebih cantik dari basanya!” Kata Burhan. “Emang mau apa gitu?” Tanya Dila. “Ga tahu nih, sepertinya bapak merasa senang dan ingin trus menatap wajah mamah”. Rayu Burhan. “Aaaah bapak!” Kata Dila sambil mencubit mesra pinggang suaminya. Sedangkan Burhan pura-pura kesakitan.
Melihat Dila dengan penampilan yang benar-benar cantik lebih dari biasanya, Nita hanya mencibir. Sepertinya Nita menahan kebencian yang sangat dalam. “Apa lo liat-liat! Dasar norak lo!” Tanya Nita sambil membentak Dila. “Emang kenapa mba, saya kan ga ngapa-ngapain mba!” Jawab Dila lurus-lurus aja. “Bawel lo!” Nita membentak tanpa ada kesopanan saa sekali, sepeti layaknya mahasiswa. Nita adalah mahasiswa dua tingkat di atas Dila, yang sampai saat ini belum lulus. Sedangkan Dila sudah diwisuda beberapa bulan yang lalu.
Sejak Nita masuk kuliah di Fakultas Ekonomi enam tahun yang lalu, tak henti-hentinya mengejar-ngejar cinta Burhan. Kali ini Nita makin berani menggoda Burhan bahkan di hadapan istrinya. “Pak, ajak Nita makan siang dooong!” Pinta Nita kepada Burhan di depan Dila, istrinya. Ada rasa sakit yang menusuk ke dalam ulu hatinya. “Nita ..... apa-apaan kamu?” Tanya Burhan sambil menggandeng istrinya menjauh dari Nita. Muka Nita berubah warna menjadi merah, karena menahan rasa marah, kecewa dan malu yang luar biasa. “Awas lo La, suatu saat suamimu akan menjadi suamiku”. (ancam Nita dalam hati).
Sepanjang perjalanan pulang, Burhan sibuk mnghibur istrinya. Tapi rupanya Dila belum bisa melupakan kelakuan Nita yang kurang ajar itu. Bahkan Dila sempat menangis. “Hallo.... !” Sejenak Burhan terdiam. “Iya udah... udah... . Semuanya udah beres. Pak Fariz sudah menanda tangan. Udah lanjutkan aja bab tiganya”. Ya... Waalaikum salaam! Burhan menutup telpon dan menyimpan HP di atas mejanya. Sedikit pun Burhan tidak menyangka kalau di belakangnya telah beriri istrinya. Rupaya istrinya tahu bahwa Burhan hanya membicarakan bimbingan skripsi mahasiswinya. “Ga usah kaget gitu kaleee!! Maha udah denger semuanya kok!” Sejenak Burhan bingung, tapi kemudian naluri ilmiahnya segera menyimpulkan bahwa istrinya sedang berbicara tulus.
Malam itu mereka lewatinya bersama dalam suasana yang sangat  bahagia, hingga mereka tak menyadari bahwa hari telah pagi. Cahaya matahari telah masuk menerobos sela-sela ventilasi jendela. Di samping kiri dan kanan tetangga telah melakukan aktivitasnya masing-masing. Seprti biasa mereka melakukan persiapan segala sesuatu untuk kepentingan bekerja di kampus.
“Pa ... sini Pak! Panggil Dila kepada suaminya. “Ada apa sayaaaang?” Jawab Burhan. “Mamah punya kabar gembira?” Kata Dila mengundang penasaran. “Kabar apa Mah?” Tanya Burhan penasaran, tapi Dila tidak langsung mengatakannya. “Cepat dong katakan sayang!” Paksa Burhan. “Ya... ya... tapi ada syaratnya”. Dila meminta syarat. “Ko pake syarat segala!” Bantah Burhan. “Mau tahu enggak?”  Tanya Dila menggoda. “Ya udah cepat katakan apa syaratnya. Burhan tidak sabar. “Hari ini kita pergi ke pantai itu lagi, nanti di sana akan mamah katakan semuanya!” Pinta Dila. “OK!” Hari minggu itu mereka nikmati dengan berlibur di pantai. “ Mah, syaratnya kan telah dipenuhi, cepat dong katakan kabar gembiranya”. Burhan tidak sabar. “Tunggu dulu yah!” Pinta Dila. “ Sampai kapan bapak harus menunggu maaaah.....?” Tanya Burhan. “Yaaaaa..... sampai seri berikut!!!!!!!!!!!!!
Terima kasih Anda telah mengapresiasi cerita ini. Bagi Anda yang ingin mngetahui lanjutan cerita ini, nantikan “Berkarya dan Bercinta di Angkasa” seri kelima.

https://www.blogger.com

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Popular Posts

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Bahasa dan Sastra - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Aosin Suwadi