Sepasang Tasbih Yang Terpaut
Karya: Deasy Puspitasari
Karya: Deasy Puspitasari
Kela XII IPS 3 SMA Negeri 6 Kota Serang 2014/2015
Karakter Tokoh
1. Rafa
Nama lengkapnya Raden Rafa Fakhrizal Anwar Setyo Diningrat, tapi gelar Raden di depan namanya baru bisa dipakai ketika usianya sudah 17 tahun. Perjaka 15 tahun ini tak banyak omong tapi cool. Rafa anak satu-satunya dari keluarga yang hangat akan kasih sayang dan kebersamaan. Banyak yang kagum dengan keindahan fisik Rafa, seperti hidungnya yang mancung dan wajahnya yang tampan dan yang paling penting otaknya yang mengkilap itu. Lelaki berkacamata ini sangat gemar membaca buku-buku keagamaan,termasuk Al-Qur’an.
2. Ayah
Sosoknya sangat bijaksana. Seorang pengusaha 35 tahun dari Kota Yogyakarta. Ayah berkulit putih dan hidungnya mancung, kayak Rafa gitu. Hihihi.
3. Bunda
Wanita yang terlahir di Kota Solo ini sangat ramah dan lembut. Eitss bunda tak ketinggalan jaman kalau ada model busana muslim dan bisa membuat gaya jilbab sendiri loh. Wah hebatkan? Bunda juga memiliki fostur tubuh yang ideal tapi ia selalu menutupi lekukan tubuhnya itu dari khalayak ramai karena sosoknya sangat shalehah. Perhatian terhadap keluarganya perlu diacungi tujuh jempol. (Loh yang limanya jempol siapa ya?)
4. Adit
Teman sekelas Rafa yang usil,super jail,suka ngelawak dan lawakannya bikin perut sakit. Hehe maksudnya karena saking lucunya sampai terpingkal-pingkal tertawanya. Perawakannya tinggi dan kekar, memiliki rambut ikal dan kulit sawo matang.
5. Fiana
Haduh kalau si Fi ini jagonya bikin orang salah tingkah. Tapi dia juga baik hati. Orangnya cantik,supel dan sudah berhijab dari kelas 7. Kalau pakai kerudung hobinya yang simple-simpel, nggak mau repot. “Yang penting pakai kerudung yang syar’i,menutup pinggul dan dada serta ndak transparan.” Ujar Fiana ketika ada yang bertanya tentang penutup auratnya itu.
6. Danu
Teman sekelas Rafa yang agamis dan polos. Kalau ngomong sejujurnya dan seadanya. Lumayan ganteng. Apalagi lesung pipitnya nggak nahan deh.
7. Rista
Ta’arufannya Rafa.(Haha kata teman-teman sih gitu). Akhwat yang satu ini sangat lembut dan keibuan. Cantik,tinggi,putih. Cewek berkacamata ini tak pernah melepas khimar di kepalanya kecuali ketika sedang mandi atau tidur.
8. Nida
Adik kelas Rafa yang imut,pandai dan manja. Senyumnya bikin orang terpesona. Dan Rafa adalah sosok yang menginspirasinya dalam segala hal.
9. Pak Dani
Guru fisika di sekolahnya. Orangnya gagah,cakap dan mau berbaur dengan muridnya. Pak guru yang sangat suka warna ungu ini sangat dikagumi murid-muridnya.
10. Fifi
Teman Rafa,tapi beda kelas. Penakut,lugu dan badannya mirip tiang listrik. Upss astagfirullah.
11. Adira
Teman Rafa(kalau dianggap ya sama Rafa). Sosoknya pendendam,selalu ingin tahu urusan orang dan sangat benci pada Rista yea mungkin iri kali yah melihat Rista akrab dengan Rafa.
Bismillahirrohmanirrohiim. . . .
Banyak wanita yang mengagumi Rafa, bahkan sampai ada yang ingin menjadi kekasih hatinya. Tapi Rafa tidak pernah memikirkan hal itu. Walaupun di hati kecilnya ada selembar nama wanita yang membuat hatinya bergetar yaitu Rista Fakhirahani Pramudia tapi di benak Rafa belum ada keinginan pacaran untuk saat ini. Rafa selalu mengutamakan belajar dan masa depannya. Baginya yang terpenting saat ini adalah membahagiakan dan membanggakan orang tuanya dengan prestasi yang ia raih dan prilaku yang ia miliki. “Bismillah, Ya Alllah jadikanlah aku hamba-Mu yang selalu patuh kepadaMu. Sempurnakanlah imanku,Gusti.”
Pada suatu pagi keadaan di sekitar SMPN 10 Kota Serang terasa sangat gelap. Hujan yang besar pun tak henti-henti membasahi lingkungan sekolah, ditambah petir dan kilat yang datang silih berganti. Hingga jam menunjukkan pukul 07.15 hujan masih belum reda juga. Tetapi pelaksanaan KBM masih bisa tetap berjalan. Ketika KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) berlangsung ada yang berbeda di kelas 9A. Kelas 9A adalah kelas unggulan di SMPN 10 Kota Serang. Hanya anak-anak cerdas dan memiliki IQ tinggi yang bisa duduk di kelas tersebut. Pada pagi itu Rista tak terlihat di tempat duduknya.
“Rista kemana?? Kok nggak ada di bangkunya.” Tanya Rafa pada teman sekelasnya.
“Rista sakit, Raf. Ini suratnya.” Sambil menunjukkan sepucuk surat.
“Ada yang bakal kesepian hari ini? Ihiw.” Sambung Fiana.
“Wah benar tuh,Fi. Kasihan yah Rafa hari ini kesepian. Kayak lagunya Vierra itu. Dimana kamu dimana?Disini bukan. Nanananana.” Suara Adit yang pas-pasan bisa membuat semuanya tertawa.
“Alah ngomong apa toh kalian tuh? Lebih baik kita mulai mengaji terus baca Asmaul Husna. Ayo mulai.”
“Bismillahirrohmanirrohiim.......................”
Yang lainpun langsung menurut dan mengambil Al-Qur’an lalu mengaji. Rafa memang Ketua Murid yang bijaksana, tapi ia tak pernah mau hal-hal pribadinya terungkap. Apalagi seperti tadi. Semakin Rafa diejek teman-teman, maka wajah Rafa semakin memerah tapi ia pandai menyikapi situasi seperti tadi.
*****
Pukul 12.50 murid-murid berhamburan keluar kelas karena jam pulang telah tiba. Ketika Rafa dan teman-temannya sedang berjalan tiba-tiba terdengar pengumuman dari speaker sekolah, bahwa diwajibkan kepada seluruh anggota Osis untuk menghadiri rapat di ruang Osis. “Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarokatuh. Untuk anggota Osis diharapkan hadir di ruang Osis saat ini. Terimakasih.”
“Hmmm rapat dulu, nggak bisa langsung pulang deh padahal mataku udah 2 watt. Eeeeh tapi senangnya bisa kumpul dengan teman-teman. Iya nggak friends?Hahaha.” Ujar Fiana Maha Suci sekretaris Osis di SMPN 10 Kota Serang.
“Alah gayamu, Fi. Sok inggris segala, padahal nilai bahasa inggris di kelas cuma 5. Takkabur kamu.” Danu yang tadinya asik berjalan tiba-tiba menyambar ucapan Fiana.
“Weh iya sih Pak Ustadz Danu. Emang apa takkabur itu?”
“Takkabur ialah suatu prilaku yang meninggikan diri sendiri ataupun ucapan atau bisa disebut sombong. Seperti kamu tadi tuh.” Jelas Danu.
“Oooooooh gitu ya,Pak Ustadz Danu?” Fiana malah menanggapinya dengan candaan.
“Aamiin Ya Allah. Semoga jadi ustadz sesungguhnya. Hehehe.” Salah satu cita-cita Danu ialah menjadi seorang muammar dan ustadz, sungguh cita-cita yang mulia.
Setelah anggota kumpul semua,rapatpun dimulai. Dalam rapat tersebut ternyata membahas tentang rencana berbuka puasa bersama di sekolah yang akan dilaksanakan pada hari sabtu nanti.
“Dengan adanya usulan tersebut apa kalian setuju??.” Pak Dani bertanya pada semua anggota Osis. Pak Dani adalah seorang Pembina Osis, nama lengkapnya adalah Muhammad Dani Fadillah S.pd. Beliau adalah guru Fisika kelas 9 yang sangat ramah dan juga seorang pelatih marawis di SMPN 10 Kota Serang.
“Aku nggak setuju Pak, karena rumahku jauh dari sekolah, kalau pulang malam jadi serem,Pak” Jawab Syfa. Rumah Syfa di daerah Terminal Pakupatan, cukup jauh dari sekolah.
Mendengar pendapat Syfa, Rafa pun langsung mengemukakan pendapatnya.
“Haruskah rencana ini kita batalkan?Bagaimana kalau nanti hari sabtu kita menginap di sekolah?Kita bisa buka puasa,shalat tarawih dan sahur bersama. Lagi pula besoknya libur. Setuju??.”
“Gokil, Raf. Otakmu emang encer kayak air yang tak henti-henti mengalir. Banyak ide-ide cemerlang.” Ujar Danu sambil menepuk pundak Rafa.
Anak-anak yang lain pun serempak menjawab setuju. Dan Pak Dani juga setuju dengan usul Rafa. “Prok prok prok...”
‘Rafa memang anak yang cerdas dan selalu memiliki ide-ide kreativ yang luar biasa.’ Desis hati Pak Dani.
Setelah rapat selsai, Rafa pun langsung menuju ke rumah Rista di komplek Permata untuk memberi tahukan hasil rapat tadi sambil melihat keadaan Rista juga. Sepanjang jalan pikiran Rafa terus berputar. Ia memikirkan kegiatan Osis dan tugas-tugas yang belum ia selesaikan.
“Gusti, tugas bahasa inggrisku belum selsai. Tapi aku harus tetap ke rumah Rista. Semangaaaaatttt,Allahu akbar!!!”
Walaupun Rafa dan Rista baru saling kenal sejak 2 tahun yang lalu, tapi diam-diam mereka sudah dekat dan orang tua mereka juga tahu tentang kedekatan ini, malah mendukung. Karena setelah Rista dekat dengan Rafa, nilai-nilai mata pelajaran Rista semakin meningkat. Rista mengidap penyakit-penyakit yang berbahaya, setiap seminggu sekali ia harus pergi mengunjungi rumah sakit dan Ristapun hampir putus asa tapi kehadiran Rafa bisa membangkitkan kembali semangat Rista. Eittsssss jangan salah faham yah, Rafa dan Rista tidak berpacaran loh, karena dalam kamus Rafa istilah pacaran hanya ada ketika sepasang insan telah mengucap ijab qabul(menikah).
Setelah Rafa duduk beberapa menit di angkot dan melewati beberapa tikungan akhirnya Rafa tiba di rumah Rista.
“Assalamu’alaikum.”
Rafa mengucap salam di depan rumah Rista. Setelah beberapa kali mengucap salam akhirnya ada jawaban dari dalam dan segera membukakan pintu untuknya.
“Wa’alaikum salam Mas Rafa, silahkan masuk!” Jawab seorang pembantu yang muncul dari balik pintu.
“Ya, terimakasih Mbak. Ada Ristanya??” Tanya Rafa.
“Ada Mas, tapi Mbak Ristanya sadang sakit. Duduk dulu, Mas!Saya panggilkan Mbak Ristanya.” Wanita setengah baya itu segera memanggil Rista di kamar.
“Kamu sakit apa, Ris??” Tanya Rafa ketika wanita yang telah membuat hatinya bergetar duduk di depannya. Sungguh campur aduk perasaan Rafa kala itu. Ia bahagia bisa bertemu sosok yang ia kagumi selama ini, tapi disisi lain ada rasa deg-degan luar biasa yang hinggap di jantungnya.
“Hmmm aku hanya sedang demam dan lambungku luka.” Saat itu Rista memang terlihat sangat pucat dan tak berdaya.
“Kenapa bisa sampai lambungmu luka?Kamu malas makan ya?Hayooo.” Rafa bertanya lagi.
“Hehe tahu saja kamu.” Rista menjawab sambil tersenyum. Ketika mereka sedang asik berbincang tiba-tiba Ibunya Rista datang. ”Iya Rista malas makan tuh,Raf. Maunya disuruh kamu katanya.“ Rista terkejut dengan omongan Ibunya ckckck. ”Ibuuuuu,apaan sih?Jangan bikin malu.“
“Oh iya, ada apa kamu kesini? Tumben mau ke rumahku?” Tanya Rista sambil mengalihkan topik pembicaraan tadi.
“Wiiiih. Aku ingin memberi tahu bahwa nanti hari sabtu pengurus Osis dan beberapa guru akan mengadakan buka puasa dan sahur bersama di sekolah.” Rafa menjelaskan dengan gaya yang diplomatis.
“Oh gitu toh, sepertinya acaranya seru. Malam-malam gitu, apalagi malam minggu wew. Hehehe.” Rista menanggapi dengan canda tawa. Setelah mengetahui keadaan Rista dan setelah memberikan informasi tentang rencana Osis, Rafa segera pulang.
“Aku pulang dulu ya, Ris. Semoga lekas sembuh. Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikumsalam. Iya, makasih ya. Hati-hati di jalan.” Rista melambaikan tangan
*****
Hari sabtu pun telah tiba. Ketika akan berangkat ke sekolah Rafa meminta dibuatkan makanan kesukaannya untuk buka puasa nanti.
“Bunda, bisa buatkan aku agar buah nggak? Untuk dibawa ke sekolah nanti sore. Hehe.” Rafa meminta seperti anak manja. Ibunya menjawab permintaan anak satu-satunya itu “Iya, tapi sepulang sekolah nanti antar Bunda ke pasar ya, Nak.”
“Oke, aku berangkat dulu. Assalamu’alaikum.” Rafa pamit sambil mencium tangan ibunya. ”Hati-hati di jalan. Belajar sungguh-sungguh. Selalu jadi anak kebanggaan Bunda ya. I love u.”
Sesampainya di sekolah Rafa bertemu dengan Nida. Nida Ainun Khasanah adalah adik kelasnya tapi Rafa menganggap ia sudah seperti adik sendiri. Ketika Nida kelas 7 sampai sekarang ia kelas 8, memang dekat dengan Rafa. Awal pertemuan mereka ialah ketika Nida mengikuti kegiatan MOS(Masa Orientasi Sekolah), kebetulan Rafalah yang menjadi pendamping di kelasnya. Tapi masih banyak panitia yang lain sih, eh entah mengapa Nida malah ingin dekat dengan Rafa. Saat ini Rafa menjadi tempat ia berbagi cerita, meminta tolong dan mengajari segala hal. Rafa memang sosok yang diimpikan Nida untuk menjadi seorang kakak.
“Assalamu’alaikum,Kak Rafa.” Sapa Nida ketika bertemu Rafa di taman.
“Wa’alaikum salam,De’.” Jawab Rafa sambil tersenyum dan menghampiri adik kesayangannya itu. “Tumben pagi-pagi kamu sudah datang,De’ ??” Tanya Rafa dengan heran.
“Hmmm iya Kak, tadi aku kira ini sudah jam 7 eeeh ternyata baru jam setengah 7. Jadi aku datang tak seperti biasa.” Jawab Nida.
“Oooh gitu toh. Baguslah.”
“Iya sih, Kak.” “Oh iya kalau di rumah kamu pakai khimar nggak,De’?”
“Khimar itu apaan?”
“Khimar itu bahasa Arab. Artinya kerudung.”
“Oh gitu. Hmm nggak,Kak. Kenapa gitu?” Jawab Nida sambil meniup kerudung untuk membenarkan posisinya. “Wah pakai dong. Tau nggak mahkota seorang wanita yang sesungguhnya itu sehelai khimar bukan sehelai rambut. Dalam surat Al-Ahzab ayat 59 Allah berfirman yang intinya menyuruh kaum hawa untuk menutup auratnya, menjulurkan jilbabnya keseluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan. Kamu sudah baligh De’. Jadi wajib menutup aurat dan berhijab.”
“Kenapa harus begitu?” Nida sangat serius menyimak kata per kata yang terlontar dari mulut Rafa.
“Ya karena itu salah satu perintah Allah. Dan menutup aurat dan berhijab itu bisa mengurangi kemaksiatan. Kamu mau masuk neraka lalu kepalamu akan dibakar?”
“Ih serem deh. Ok deh akan aku coba pakai kerudung di rumah juga.”
“Eitssss buat Allah kok pakai dicoba-coba sih?yang tulus dong. Ok ok?”
“Ok Kakak Rafa.”
Tak terasa sudah pukul 07.15. Rafa dan Nidapun masuk ke kelas masing-masing.
“De, kakak masuk kelas dulu ya. Assalamu’alaikum.” Rafa berpamitan sambil menuju ke kelas.
Jam pertama dimulai, Bu Dian segera memulai pelajaran. “Hari ini kita belajar tentang bangun ruang. Buka buku paket halaman 27.” Bu Dian adalah guru matematika kelas 9 dan beliau juga guru yang paling dikagumi Rafa,walaupun pada umumnya murid-murid membenci pelajaran matematika, tapi tidak bagi Rafa. Karena matematika adalah salah satu pelajaran favoritnya dan menurutnya Matematika Is King Of Education. Selain matematika, ia juga menyukai pelajaran fisika, karena itu Rafa sudah beberapa kali mewakili sekolah untuk mengikuti lomba MIPA. Dan banyak piala-piala hasil lombanya yang dipajang di ruang tamu sekolah.
Bel panjang berbunyi tanda waktu istirahat tiba. Murid-murid berhamburan keluar kelas. Tapi Rafa malah termenung di dalam kelas.
“Kenapa kamu, Raf?” Adit bertanya sambil memegang pundak Rafa. Mendengar suara dari belakang tubuhnya itu, Rafa pun kaget.
“Astagfirullah, aaaaaku nggak apa-apa.”
“Haha.” Adit tertawa sangat puas saat melihat wajah Rafa kaget seperti itu.
Tiba-tiba Rista datang dan mengajak Rafa ke perpustakaan. Ketika sedang menuju ke perpustakaan mereka bertemu dengan Pak Dani.
“Assalamu’alaikum, Pak.” Sapa Rafa dan Rista.
“Wa’alaikumsalam,Nak. Mau pada kemana? Bapak bisa minta waktu kalian tidak?.”
Rista dan Rafa menjawab bersamaan “Bisa Pak. Memang ada apa?.”
“Tidak ada apa-apa. Bapak hanya ingin minta tolong untuk membereskan aula untuk nanti malam.” Jelas Pak Dani. Lalu mereka pun membereskan aula tersebut sampai rapih dan bersih.
Bel masuk telah tiba. Mereka segera berpamitan dan masuk ke kelas.
Pelajaran setelah istirahat pun dimulai. Bu Virni langsung membahas materi tentang Adab Pergaulan Dengan Lawan Jenis. Bu Virni menerangkan bahwa seorang laki-laki dan perempuan yang bukan mukhrim dilarang untuk berduaan apa lagi di tempat sepi karena hal itu dapat mengundang syaitan dan nafsu tak wajar.
“Ada yang sudah punya pacar disini?” Bu Virni bertanya pada anak-anak. Jawaban mereka bermacam-macam ada yang menjawab sudah,ada yang menjawab belum dan ada yang menjawab nggak penting. Lalu Bu Virni bertanya pada Rafa.
“Aku punya,Bu.” Ujar Azfa dengan polos.
“Kenapa kamu pacaran?Apakah ada manfaatnya?” Bu Virni mendekat ke bangku Azfa.
“Tentu ada,Bu. Manfaatnya itu jadi punya teman pelipur lara dan semangat belajar dan beribadah semakin bertambah. Tapi aku juga nggak sembarangan pacaran bu. Aku punya tujuan dan kriterianya.”
“Lantas apa tujuan dan kriteriamu itu?”
“Tujuan saya untuk memperbaiki diri. Kriteria lelaki idaman saya yang utama itu harus kaya.” Azfa sambil tersenyum manja.
“What? Kaya?!”
“Iya, Bu. Kaya iman itu yang terpenting. Pacaran Yes but Zina No!. Yang kedua itu kaya ilmu dan kaya hati. Dia harus lebih baik dari saya, agar bisa membawa saya ke jalan yang diridhoi Allah.”
Lalu Bu Virni bertanya kepada Rafa.
“Rafa,do you have girlfriend??.”
“No, I don’t have girlfriend. Well,I think that not significant .” Jawab Rafa dengan tegas.
“Mengapa kamu berpikir seperti itu?.” Guru BK tersebut bertanya pada Rafa lagi.
“Karena untuk saat ini yang aku pikirkan adalah belajar untuk menata masa depan, jika masa depan itu sudah tertata rapih maka wanita impian bisa dicari. Lagipula Allah telah menciptakan makhluk-Nya berpasang-pasangan jadi aku tak perlu khawatir tulang rusukku yang hilang akan tertukar. Pasti kita akan bertemu jika Allah telah berkehendak.” Rafa menjelaskan alasannya. Murid-murid yang lain dan Bu Virni memberikan tepuk tangan padanya. ‘Ibu sangat senang mempunyai murid yang berfikir sepertimu. Andaikan semua pelajar berfikiran seperti itu, pasti dunia pendidikan akan semakin maju.’ Ujar Bu Virni di dalam hati.
*****
Setelah pulang sekolah, semua anggota Osis berkumpul di ruang Osis.
“Teman-teman aku meminta agar kalian datang ke sekolah nanti tepat pukul 3. Karena kita akan mengadakan persiapan terlebih dahulu.” Rafa membuka rapat tersebut.
“Emang akan mengadakan persiapan apa lagi?.” Tanya Nida.
Rafa menjelaskan dengan perlahan “Kita harus membersihkan mushola untuk kita shalat nanti dan untuk anak perempuan nanti kalian harus membantu Bu Safira untuk memasak hidangan berbuka puasa.”
“Masak apa, aku kan nggak bisa masak?Hihihi” Tanya Fifi.
“Ya paling hanya membuat gorengan dan es buah.” Ujar Rafa. Para perempuan menjawab dengan bersamaan “Oke deh kami siap.”
“Ya sudah kalau begitu rapat ditutup dengan membaca hamdalah dan jangan lupa dengan kesepakatan yang telah kita buat.”
Rafa menutup rapat tersebut dan langsung meninggalkan ruangan lalu menuju mushola untuk melaksanakan shalat dzuhur berjama’ah. Setelah berwudhu tiba-tiba Rafa diperintahkan untuk menjadi iman dalam shalat dzuhur kali ini.
“Raf, jadi imam yah.” Ujar Adit.
“Weh, kalau saya salah gimana?Nanti kalian dosa bukan dapat pahala.” Jawab Rafa.
“Mana mungkin Pak Ustadz Rafa bisa salah?Hahaha.”
“Saya juga manusia biasa bro. Ehh tapi dari pada shalatnya nggak jadi gara-gara masalah imam, nggak apa-apa deh saya jadi imam kali ini. Ayo rapihkan shafnya.” Rafa pasrah.
Setelah shalat berjama’ah Rafa langsung pergi menuju rumahnya. Saat ia sedang menunggu angkutan umum di depan sekolah, ia mendengar ada yang memanggilnya.
“Kak Rafa!! Kak Rafa !!.”
Rafa mencari sumber suara itu. “Siapa sih yang manggil?”
Ternyata yang memanggilnya itu adalah Nida. Mendengar namanya dipanggil, Rafa pun langsung membalikan tubuhnya ke arah belakang. Dengan nafas yang terengah-engah Nida segera mendekati Rafa.
“Ada apa, De’?? Kayak abis dikejar anjing saja.” Rafa mengelus kepala Nida sambil bertanya.
“Aku mau mengembalikan buku kakak yang kemarin aku pinjam.” Jawab Nida sambil menghela nafas panjang.
Setelah Nida mengembalikan buku milik Rafa, mereka berdua segera pulang ke rumah masing-masing. Rafa ke Perumahan Ciceri Permai, sedangkan Nida ke Griya Reang.
*****
Sesampainya Rafa di rumah, ia langsung mengganti seragamnya dan segera mengeluarkan motor. “Ayo Bun,nanti kesorean terus kalau nggak kebagian buah-buahan yang segar gimana?.” Ajak Rafa. Bunda langsung menghampiri Rafa di teras rumah megah mereka itu. Rafa terlahir dari keluarga bangsawan yang kaya raya. Raden Rama Cahyo Anwar Setyo Diningrat adalah ayahnya, beliau adalah pemilik beberapa perusahaan swasta di Indonesia dan beliau juga seorang guru di salah satu pesantren di Banten. Farina Khoirunnisa Azzahra adalah ibu Rafa. Tetapi Rafa tidak pernah sedikit pun memamerkan kekayaan orang tuanya itu. Karena ia selalu berfikir itu adalah harta kekayaan orang tuanya, dan harta Rafa yang paling berharga adalah harga dirinya dan kecerdasanya. Rafa adalah sosok yang sangat sederhana di mata teman-temannya.
Tak terasa pukul 15.00 telah tiba. Rafa langsung membereskan barang-barang yang diperlukan. Lalu ia langsung berangkat menggunakan sepeda motornya. Ketika sedang di jalan tiba-tiba handphone Rafa berbunyi. Dan ternyata itu telepon dari Nida.
“Assalamu’alaikum. Ada apa,De’?? Kakak sedang di jalan nih.” Sambil terburu-buru Rafa langsung menjawab telepon Nida.
“Wa’alaikum salam. Kakak ada dimana?Bisa menjemput aku di rumah nggak? Aku mohon. Ayah lagi di luar kota jadi nggak ada yang nganterin.” Nida meminta dengan manja. Karena Nida tidak memiliki kakak jadi Nida menganggap Rafa adalah kakaknya sendiri. Rafa sering mengajarkan hal-hal baik kepada Nida, salah satunya berhijab. Rafa menyentuh hati Nida dengan jurus kata-katanya yang sangat bijak, dan akhirnya hati Nida luluh dan ia bisa berhijab dengan ikhlas lillahi ta’ala. Mereka berdua sangat akrab sekali dan tak ada satu hal pun yang ditutup-tutupi oleh mereka.
*****
Sesampainya di sekolah Rafa dan teman-teman lelakinya langsung membersihkan mushola. Sedangkan para perempuan membantu Bu Safira di aula untuk memasak. Ketika sedang mengupas mangga tak sengaja tangan Rista terkena pisau yang sangat tajam “Astagfirullah.” Dengan sangat keget Rista langsung meletakan pisau dan apel itu di atas meja dan ia langsung lari ke ruang PMR.
“Rista, kamu kenapa??” Tanya Fiana.
“Aku nggak apa-apa cuma kena pisau. Minta obat merahnya dong,Fi.”
Kebetulan saat itu Fiana sedang berada di ruang PMR dan ia langsung membersihkan dan mengobati luka di jari mungil Rista. Ternyata lukanya tidak begitu parah. Setelah itu Rista melanjutkan pekerjaan yang ia tinggalkan tadi.
Matahari sudah mulai terbenam. Anak-anak pun segera memasuki aula dan menunggu adzan magrib tiba. Tapi Rafa, Raihan dan Danu masih berada di mushola. Mereka sedang asik menatap langit nan indah ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa.
“Subhannallah, indah sekali langit itu.” Rafa memandang langit itu sambil mengucap rasa syukurnya didalam hati.
“Hey, Raf. Jangan melamun terus! Ayo kita ke aula mungkin sudah di tunggu mereka tuh. Hehehe.” Danu mengajak Rafa dan Raihan sambil menarik tangan mereka.
Adzan magrib telah tiba dan saatnya berbuka puasa.
“Alhamdulillah ayo sama-sama kita berdo’a!” Ajak Pak Dani. Setelah menyantap kue dan es buah buatan anak perempuan mereka semua langsung menuju mushola untuk melaksanakan shalat magrib berjama’ah.
Setelah shalat magrib anak-anak diperintahkan untuk mengaji bersama sampai adzan isya tiba dan langsung melaksanakan shalat tarawih berjama’ah.
Setelah selesai melaksanakan shalat tarawih mereka dipersilahkan untuk makan bersama.
Ada yang aneh dengan Rista. Ia kelihatan pucat dan lemas sekali.
Dengan penasaran Rafa segera bertanya kepada Rista “Kenapa kamu, Ris?.”
“Lambungku sakit dan jari tanganku perih.” Jawab Rista sambil mengeluh.
“Ya sudahlah sabar saja nanti juga sembuh. Ayo kita makan dulu kalau nggak nanti lambungmu akan semakin sakit. Tapi sebelum makan, kamu harus meminum obat maagmu dulu ya.” Ajak Rafa dengan penuh perhatian kepada Rista. Melihat hal itu, Adira agak sebal kepada mereka berdua karena sejak kelas 7 Adira menyimpan perasaan kepada Rafa tapi Rafa selalu cuek padanya.
“Hih, apaan sih kenapa mesti cewek udik itu yang dapat perhatian dari Rafa?Lihat pembalasanku nanti.” Gerutu Adira di belakang Rista.
“Tenang saja,Dir. Aku ada di belakangmu.”Ujar Karina, teman Adira yang sangat benci kepada Rista juga. Entah apa sebabnya kebencian itu timbul.
Hari pun semakin malam. Tak terasa sudah hampir pukul 24.00. Rafa masih belum bisa tidur. Begitu pun dengan Nida. Karena mereka mempunyai ikatan batin yang sangat kuat jadi mereka bisa merasakan perasaan yang sedang dirasa satu sama lain. Meskipun terpisah, Rafa bersama anak lelaki tidur di aula dan Nida bersama anak perempuan tidur di mushola tapi mereka terus berkomunikasi lewat handphone.
“De’, kenapa belum tidur? Ini kan sudah tangah malam.”
“Nggak bisa tidur nih, Kak. Kalau di tempat asing biasanya susah memejamkan mata. Terus kenapa kakak juga belum tidur?.” Nida berusaha memejamkan matanya.
“Nggak apa-apa. Mungkin sama kayak kamu, kakak nggak biasa di tempat ini jadi susah untuk tidur.” Jawab Rafa.
Mereka berdua bercerita dengan seru hingga waktu sahur tiba. Semuanya sibuk menyiapkan masakan untuk sahur. Tapi Adira tak ikut sibuk. Ia masih terlelap dalam tidurnya. Meski sudah dibangunkan berkali-kali tapi Dira masih tetap tertidur. Dengan sebal sekaligus jahil, anak laki-laki membangunkannya dengan memukul-mukul bambu dengan sangat keras. Dan akhirnya Dira terbangun juga. “Sahur ...Sahur...Sahuuuuuur !!!... Ayo dong neng bangun jangan tidur aja kaya kerbau. Hahaha.”
Akhirnya Adira terbangun dan melaksanakan sahur bersama yang lainnya. Waktu sahur telah habis. Mereka langsung menuju mushola untuk menunaikan ibadah shalat subuh. Sesampainya di mushola Rafa dan kawan-kawan langsung mengambil air wudhu. Ketika sedang berwudhu, Adira melakukan hal yang tidak terpuji. Adira sengaja menumpahkan segayung air ke badan Rista.
“Astaghfirullah.” Rista terkejut.
“Aaaw aku nggak sengaja, Ris.” Jawab Adira seenaknya.
“Waw basah ya bajunya?Maaf aku nggak sengaja haha makanya hati-hati neng.” Ujar Karina dengan gaya yang tengil.
Dengan sangat kesal Rista langsung menuju ke aula untuk mengambil baju cadangannya di tas. Tapi langkah Rista terhenti di tengah jalan. Ia lupa bahwa jalan menuju aula sangat gelap dan ia takut dengan kegelapan. Dengan rasa takut dan terpaksa Rista pun melanjutkan langkah kakinya menuju aula. “Ayo lah Rista, kamu pasti bisa. Bismillah.” Ia terus menyemangati dirinya sendiri.
*****
Hari minggu telah tiba. Dan acara di sekolah telah selsai. Ini waktunya beristirahat di rumah. Tapi Rafa selalu memanfaatkan waktu senggangnya untuk hal-hal yang berguna. Karena esok hari adalah hari Raya Idul Fitri, jadi Rafa membantu bunda dan ayahnya untuk membereskan rumah. Rafa mengecat dinding dan pagar di depan rumah dengan nuansa ungu dan putih karena keluarga Rafa sangat menyukai warna tersebut. Bagi mereka warna ungu itu melambangkan ketenangan dan ketegaran hati. Dengan teliti dan hati-hati Rafa mengecat semuanya. Setelah selsai mengecat dinding dan pagar depan rumahnya yang sangat luas itu Rafa beristirahat sejenak sambil mengobrol dengan kedua orang tuanya. Tak terasa pukul 17.00 telah tiba. Bunda langsung ke dapur untuk memasak. Sedangkan ayah dan Rafa sedang bersantai di teras.
“Nak, kita jalan-jalan naik sepeda yuk sambil menunggu adzan magrib!!.” Ajak ayah.
Rafa mengangguk dan segera mengambil sepeda di garasi. Mereka berdua pun asik bersepeda mengelilingi komplek.
Ketika sedang di jalan tiba-tiba handphone ayah berbunyi. Ternyata ayah dan Rafa diminta untuk segera pulang ke rumah. Karena di rumah ada kakak dari ayah Rafa.
Sesampainya di rumah, Rafa sangat kaget melihat kedatangan bu’de.
“Assalamu’alaikum.” Salam Rafa ketika sampai di rumah.
“Wa’alaikum salam. Hai Raf, Piye kabare? Gagah banget keponakanku iki.” Sambut bu’de dengan wajah yang sangat gembira. Mereka sudah 5 tahun tidak saling bertemu, karena bu’de bekerja di Prancis.
“Apik-apik ae. Bu’de piye??Wis lawas yo ra ketemu.” Rafa mencium tangan bu’de.
“Kabare bu’de yo apik nemen,saiki opo meneh hehehe.”
Jam dinding telah menunjukkan pukul 18.07 dan adzan magrib pun telah dikumandangkan di mesjid.
“Alhamdulillah. Ayo kita berdo’a dulu!!.” Ajak ayah Rafa.
Setelah selsai berbuka puasa, shalat magrib,shalat isya dan shalat tarawih bersama, mereka pun langsung bercerita-cerita tentang pengalaman. Tiba-tiba bunda menyimpang dari pembicaraan.
“Yah, kita kan belum membeli pakaian dan barang-barang untuk lebaran yang akan datang besok.”
“Ya sudah kalau begitu ayo kita belanja.” Ajak ayah dengan semangat.
Dan mereka segera bersiap-siap untuk belanja.
Setibanya di tempat belanja bunda langsung menuju ke tempat pakaian dan yang lain pun mengikuti. Bunda, ayah dan bu’de sedang sibuk memilih-milih pakaian, sedangkan Rafa malah sibuk memijit-mijit handphonenya.
“Nak, kamu tidak memilih-milih pakaian untuk digunakan besok?? Malah sibuk memijit-mijit handphone. Ada apa gitu?.” Tanya bunda sambil melihat handphone Rafa.
”Iya sebentar. Aku sedang membalas sms dari teman-temanku.” Jawab Rafa.
“Teman atau teman? Hayoo”. Bunda bertanya kepada anak semata wayangnya itu sambil bercanda. “Te..te..teman,Nda.” Jawab Rafa gugup.
Setelah selesai belanja mereka melanjutkan perjalanan ke rumah makan yang ada di sekitar Serang. Sesampainya di rumah makan, meraka segera memesan makanan. Setelah mengganjal perut mereka pergi menuju pesantren tempat ayah Rafa mengajar untuk membagikan sarung kepada santri-santri yang tidak bisa merayakan Idul Fitri bersama keluarganya.
Tepat pada pukul 12 malam, Rafa tidak bisa tidur bahkan dia masih sibuk berdo’a dan menumpahkan semua air matanya di tempat ia bersujud. Ia sangat bersyukur karena masih bisa melaksanakan puasa sebulan penuh dan masih diberi umur hingga saat ini.
“Alhamdulillah,terimakasih Ya Allah, Kau telah memberikan rizki dan hidayah kepadaku dan keluargaku hingga saat ini. Allahhu akbar,Allahu akbar,Allahu akbar, La Ilaha Illalahu Allahu akbar, Allahu akbar walillahilham.” Rafa terus mendendangkan takbir di tengah malam yang sunyi itu.
*****
Pukul 05.00 pun tiba. Bunda dan bu’de sibuk di dapur mempersiapkan sarapan hari ini dan menyiapkan hidangan untuk nanti makan bersama setelah menunaikan shalat Idul Fitri. Rafa bersama ayah telah menuju ke mesjid di dekat rumah untuk bertakbir bersama,mereka berangkat sejak pukul 05.30.
Shalat Idul Fitri dimulai pada pukul 07.00.
Setelah shalat selsai, Rafa sekeluarga bersalam-salaman dengan orang-orang di sekitar mereka. Rafa dan keluarga pun sampai dirumah. Karena keluarga Rafa berasal dari jawa maka ada tradisi sungkeman untuk meminta maaf kepada orang yang lebih tua.
Rafa segera mendekati bundanya. Lalu Rafa bersujud di kaki orang tuanya itu. Ia meminta maaf hingga meneteskan air matanya. “Bunda, maafkan aku. Aku hanya anakmu yang hanya bisa membebanimu. Tapi aku janji aku akan membahagiakanmu. Love you mom.” Lalu Rafa pindah bersujud di kaki ayah yang telah mendidiknya selama 15 tahun. “Ayah, aku minta maaf atas sikapku yang terkadang membuat ayah kesal. Ayah maafkan aku juga jika aku belum bisa membanggakanmu.”
“Kamu sudah sering membuat ayah bangga ko’. Terus harumkan nama keluarga kita yo tolek.” Ayah mengelus kepala Rafa dengan penuh kasih sayang. Dan Rafa sangat bersyukur karena ia masih bisa merayakan Hari Raya Idul Fitri bersama keluarganya di tahun ini.
*****
Handphone Rafa berbunyi terus-menerus banyak yang memberikan ucapan-ucapan. Tapi ucapan yang paling spesial adalah dari Rista dan Nida.
“Assalamu’alaikum ka !! maafkan kesalahan-kesalahan aku yah. Minal ‘aidin walfaizin. Kakak ke rumah aku dong silaturahmi juga sama keluargaku.”
Isi sms dari Nida.
Tak lama kemudian Rafa berpamitan kepada orang tuanya untuk pergi ke rumah Nida.
Ketika sedang diperjalanan Rafa bertemu dengan teman-temannya yang sedang mengunjungi sanak keluarga mereka.
“Hey, Raf, Minal’aidzin walfa’idzin ya, maaf kalau aku punya salah.” Ucap Dimas.
“ Iya. Maafkan aku juga yah bro!!.” Jawab Rafa sambil berjabat tangan dengan Dimas. Lalu ia juga berjabat tangan dengan beberapa teman yang sedang bersama Dimas.
Ketika sampai di rumah Nida, Rafa langsung disambut oleh keluarga Nida.
“Assalamu’alaikum.” Sapa Rafa pada semua yang ada di rumah Nida.
“Wa’alaikum salam,Kak.” Nida menjawab salam Rafa sambil membukakan pintu untuk Rafa.
“Minal’aidzin walfa’idzin, De’. Maafin kesalahan-kesalahan kakak ya !!” Rafa meminta maaf sambil mengelus kepala adik yang paling ia sayang itu. Nida pun membalas dengan senyuman manja. Karena Nida tak mempunyai kakak, maka sungguh bahagia ia saat Rafa bisa menjadi kakaknya. Walaupun tak sedarah tapi satu hati dan satu keyakinan. Rafa dan Nida sama-sama anak semata wayang dari keturunan keluarga terpandang.
*****
Setelah beberapa hari libur dan tak bertemu teman-teman, Rafa pun merasa jenuh jika terus-terus berdiam diri di rumah. Akhirnya muncul ide di kepala Rafa. Ia ingin mengajak anggota Osis yang tidak mudik untuk jalan-jalan ke suatu tempat. Setelah mendapat ide itu, Rafa langsung memberitahukan dan meminta pendapat Pak Dani. Pak Dani pun setuju dengan usul Rafa dan beliau pun langsung memberikan informasi tersebut kepada Fiana agar disampaikan kepada anggota Osis yang lain. Setelah informasi itu tersebar maka anak-anak Osis pun berkumpul di sekolah dan menyusun acara untuk besok hari.
Rafa memberikan usul “Bagaimana kalau kita berlibur di Pantai Anyer ???.”
“Ok, Raf. Aku setuju.” Ujar Fiana. Dan yang lainnya pun ikut menjawab seperti Fiana.
*****
Hari ini Rafa dan kawan-kawan sedang bersiap-siap untuk menikmati panorama pantai ciptaan Sang Khalik. Rafa dan Pak Dani pun mulai sibuk menyusun semuanya. Sedangkan Nida malah asik bersenda gurau bersama Fiana dan Rista.
Tiba-tiba Rafa datang .“eeeeh adikku ko’ malah asik bercanda sih?Nggak ngajak-ngajak lagi.”
“Ihh kakak nih mau ikutan kita-kita aja. Ikhwan ya sama ikhwan dong bercandanya. Huuuh.” Sorak Nida.
“Iya sih yang akhwat tuuuuh. Beruntung ya kalian bisa jadi perhiasan termegah dan termahal di dunia, jaga diri kalian baik-baik yah karena ketika kalian keluar satu langkah dari rumah kalian tuh dihiasi oleh para syaitan yang bisa menggoda iman para lelaki.” Jelas Rafa dengan logat khas Jawanya.
“Njeh, njeh. Kita sadar akan hal itu.”
Lalu Rafa dan kawan-kawan berkumpul di halaman sekolah untuk berlibur ke pantai Anyer. Suasana gaduh pun dimulai. Anak laki-laki sibuk membawa barang-barang ke bis sedangkan anak perempuan asik dengan celotehan-celotehannya.
“De, tolong Bantu kakak bawakan tas kakak dong !!.” Ujar Rafa.
“Siiiip,Kak”.Jawab Nida sambil membawakan tas Rafa.
Selama di perjalanan banyak pengalaman-pengalaman yang diceritakan Pak Dani dan teman-teman. Pokoknya tak ada waktu yang terbuang sia-sia.
Setelah 2 jam menempuh perjalanan, akhirnya kami tiba.
“Alhamdulillah yah,kita telah sampai di Pantai Anyer. Hehehe.”
“Alah gayamu lek. Koyok Syahrini ae.”Rafa mengkomentari ucapan Danu menggunakan bahasa Jawa.
Yang lain menjadi bingung karena tak mengerti apa yang diucapkan oleh Rafa ketika Danu berbicara ala Syahrini. Rafa menjelaskan arti dari ucapannya tadi dan yang lain pun mendengarkannya dengan seksama.
“Ooooh begitu toh artinya.” Ujar Fiana orang Padang asli.
“Iyo bagito. Upss maaf kalau salah.”
“Udah sih kalau ndak mudeng ra usah sok gitu deh.”
“Nyoba kan nggak ada salahnya. Iya toh?”
“Ahaha sekarepmulah.”
Rafa kerap menggunakan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-harinya. Ia dibesarkan di Daerah Istimewa Yogyakarta yang ciri khasnya Gudeg Yogya dan masih banyak lagi.
Mereka sibuk berfoto-foto di tepi pantai dengan berbagai gaya. Ada yang memesan es kelapa di dekat pantai, ada yang bersenda-gurau di depan Villa. Sementara itu, Rafa dan Pak Dani sibuk membangun tenda di dekat Villa. Tujuannya agar anak-anak mudah diawasi dan tempatnya juga nyaman. Yah walaupun hanya tenda tapi nyaman untuk dipakai beristirahat dan melepas lelah setelah seharian tertawa gembira bersama teman.
“Hey, anak-anak tolong bantu Bapak dan Rafa dong!! Nyantainya nanti saja setelah semua selesai.” Teriak Pak Dani.
Semuanya pun langsung menghampiri dan membantu membangun tenda untuk mereka beristirahat. Walaupun disitu ada Villa tapi Pak Dani dan Bu Virni mengajarkan kesederhanaan.
Setelah selesai membangun tenda, Bu Virni bertanya “Capek ya,Nak? Tahu nggak kenapa kita menginapnya di tenda bukan di Villa?.”
“Hmmm.” anak-anak berfikir.
“Aha aku tahu Bu.” Jawab Nida riang. Anak-anak langsung menoleh ke arah Nida.
“Apa hayoooo jawabannya?.”
“Hm begini, alasan Bu Virni dan Pak Dani mengajak kita menginap di tenda itu agar kita hemat dan agar kita merasakan penderitaan orang-orang yang tak memiliki tempat tinggal. Betapa beruntungnya kita masih bisa tinggal di dalam rumah walaupun sederhana. Daripada orang-orang yang hidup di jalanan, setiap hari mereka hanya tidur di atas koran atau kardus. Begitu pendapatku, apa pendapatmu? Hehe.”
“Waaah.... Hebatnya kamu,Nid.” Bu Virni kagum dengan jawaban Nida.
“Oya dong Bu. Siapa dulu yang ngajarin? Rista gitu loh. Hihihi.”
Malampun tiba, anak-anak sibuk mengaji terlebih dahulu di dalam tenda. Setelah selesai Mereka langsung ke depan Villa untuk makan bersama. Pak Dani telah mempersiapkan daging ayam untuk dibakar sementara Bu Virni sibuk memasak nasi di samping tenda. Hmm harum ayam bakarnya telah tercium hingga tenda karena pada saat itu anginnya bertiup kencang.
“Hm.. ayam bakar, ayam bakar Danu Dina.”
Semuanya tertawa lepas setelah mendengar ucapan Danu.
“Hahaha sekarang bukan ayam goreng Upin Ipin lagi, tapi ayam bakar Danu Dina.”
Acara makan malam telah usai, lalu dilanjutkan dengan acara mengemukakan pendapat selama bersekolah di SMPN 10 Kota Serang. Anak-anak Osis tentu memiliki daya serap yang sangat hebat maka dari itu ketika Pak Dani mengumumkan acara tersebut mereka sangat berantusias untuk mengemukakan pedapat masing-masing. Akan tetapi kesempatan untuk mengemukakan pendapat yang pertama jatuh kepada Rafa karena dia seorang ketua dari organisasi tertinggi di sekolah.
“Hmm ya menurutku SMPN 10 Kota Serang yang kita cintai ini telah membawaku dari masa kelabu menuju masa yang baru. Dan disini aku telah mendapatkan segudang ilmu dan pengetahuan terutama sejak aku menjabat sebagai ketua Osis. Bagi generasi selanjutnya tolong angkat terus derajat sekolah kita ini, banggakan dan buat semua orang terpesona akan sekolah kita.” Pendapat sang ketua Osis.
Setelah ngalor ngidul mengobrol tak terasa pukul 12 malam pun tiba. Dengan mata yang memerah perlahan-lahan mereka mengajak yang lainnya untuk beristirahat.
“Hoooammm ngantuk nih.” ujar Nadin.
Lalu Bu Virni mengajak kami semua untuk masuk tenda masing-masing. Semua anak-anak menurut, tetapi tidak dengan Rista. Ia merasa tidak nyaman dan tidak enak perasaan. Bu Virni meminta Rista untuk menceritakan perasaan yang sedang dirasanya, tapi Rista enggan menjawab, ia langsung pergi ke dalam tenda tanpa sepatah kata terlontar dari bibir mungilnya. Diam-diam ada dua orang yang mengintip aktivitas Rista sejak tadi sore. Ketika semua lengah, Rista di bawa menggunakan mobil Jeep oleh dua orang penculik itu. Saat itu Rista tidur di tenda paling kanan. Anehnya ketika Rista di bawa keluar tenda, tak ada yang melihat atau mendengar jeritannya. Mungkin karena semuanya telah terlelap kelelahan.
Semua orang di tenda putri terkejut ketika Rista tak ada di tenda lagi.
Mereka saling bertanya-tanya. Seisi tendapun heboh,semuanya terbangun dari buaian mimpi. Malam itu terasa sangat dingin tapi anak-anak dan para guru tetap mencari Rista. Di tepi pantai tak ada,di Villa tak ada,di sekitar tenda tak ada dan di aula juga tak ada.
“Ya Allah kemana Rista? Aku sangat khawatir padanya. Berilah aku petunjuk untuk menemukannya.” Gerutu hati Rafa.
“Raf, aku takut Rista kenapa-kenapa.” Ujar Fiana sambil menarik jaket yang dipakai Rafa.
“Aku juga takut, Fi. Tapi kita do’akan semoga Rista nggak baik-baik saja dan ayo kita cari dia lagi.”
“Oh iya, nomor handphone dia aktiv nggak?”
“Udah nggak aktiv dari 1 jam yang lalu.” Tiba-tiba Nida datang dan menangis tersedu-sedu. “Hiks hiks hiks... Kakak !!”
“Apa De’? kok nangis?”
“Kak Rista kemana? Aku takut.”
“Udah jangan nangis, lebih baik berdo’a.”
“Ya udah kita shalat tahajud yuk!!” Ajak Fiana.
Setelah berjam-jam mencari tapi tak menemukan sosok gadis yang berparas cantik itu. Akhirnya Pak Dani dan guru-guru memutuskan untuk melaporkan kejadian ini kepada polisi setempat dan orang tua Rista.
Anak-anak menangisi Rista, tak terkecuali Rafa. Walaupun Rafa terkenal sangat cuek, tapi hati ia luluh ketika mengetahui wanita yang mengisi hatinya selama ini tak bersamanya lagi. Rafa sangat khawatir sampai-sampai ia tak memikirkan yang lain. Hanya Rista,Rista dan Rista. Rafa sangat takut kehilangan Rista karena hanya dia yang dapat mencairkan hati Rafa yang beku walaupun Rafa tak mengucapkan kata-kata itu kepada Rista. Karena baginya itu tak penting diketahui orang lain dan rasa kagum jika diungkapkan akan melebar kemana-mana.
Orang tua Rista langsung datang ke lokasi. Ibunda Rista langsung mencari Rafa “Rafa... Rafa... Rafa dimana kamu,Nak??.”
Rista adalah anak ke-2 dari 3 bersaudara tapi sayang kakak Rista meninggal karena kanker otak pada usia 12 tahun dan adik Rista berumur 13 tahun saat ini dan Muhammad Zaidan Maulana namanya, tapi ia tinggal di Pesantren Modern La’tantsa di Rangkas, jadi hanya Rista satu-satunya anak Pak TB.Dicha Pramudia dan Ibu Ana Farida Rahmawati. Ayah Rista seorang Walikota Kota Serang dan Ibunya seorang anggota DPRD Banten. Rista terlahir dari orang tua yang kaya raya dan menurut polisi itu salah satu penyebab terjadinya penculikan ini.
“Bu, jangan menangis terus. Anak ibu sebentar lagi ketemu tapi Ibu harus tegar dan terus berdo’a.” Ujar polisi di Polsek Anyer.
Sudah dua hari Rista belum ditemukan. Anak-anak telah pulang dari Anyer, begitupun Rafa. Semenjak Rafa kembali ke rumah ia tak mau makan sedikitpun,di fikirannya selalu ingat Rista “Bagaimana Rista sekarang? Sedang apa dia disana?Ya Allah lindungilah sahabatku itu. Jaga dia dari marabahaya.”
Polisi terus berusaha menemukan Rista. Mencari setiap saat namun belum juga ditemukan. Akhirnya, setelah tiga hari menghilang Rista ditemukan di sebuah Villa kosong . Ia sama sekali tak berdaya karena 3 hari menahan lapar dan dahaga.
“Alhamdulillah Ya Allah, Engkau telah mengabulkan do’aku.” Sambil menahan air mata Ibunda Rista memeluk Rista. Rafa ikut menjemput Rista di Polsek Anyer dan hati Rafa sangat bahagia ketika ia bisa menatap wajah Rista. Saat itu wajah Rista terlihat sangat pucat.
“Ternyata penyebab anak Ibu dan Bapak diculik adalah faktor dendam. Seseorang mengawasi gerak-gerik anak Bapak dan ketika anak Bapak lengah sang penculik beraksi. Ia membawa Rista ke Villa kosong untuk menceritakan mengapa ayahnya bisa menjadi seorang Walikota dan mengapa ketika pemilu suara Pak Dicha sangat tinggi?ia tak terima dengan semua itu makanya menculik anak Bapak dan ia ingin memeras harta kekayaan Bapak.” Penjelasan dari Kapolsek Anyer.
“Siapa dia?Mengapa ia seperti itu?.”
“Beliau adalah Pak Subagyo, calon Walikota Serang yang tak terpilih.”
“Astaghfirullah jadi ini balasan dari semua kebaikanku terhadapnya?”
“Sudahlah,Pah. Yang penting Rista telah ditemukan.”
Setelah peristiwa itu terjadi Pak Dicha meminta Rafa untuk menemani Rista setiap saat, khususnya ketika Rista pergi dan pulang sekolah. Ayah Rista meminta agar Rafa mengantar dan menjemput Rista setiap hari. Rafa tak keberatan sedikitpun dengan permintaan Pak Dicha. Sebagai anak laki-laki ia harus bisa menjaga teman-teman perempuannya terutama Rista. “Oke Pak. Aku siap menjalankan perintah Bapak dengan senang hati.”
“Nah itu baru calon menantu yang buaiiik hehehe.”
“Aamiin Ya Allah.”
“Udah ihh ada yang senyum-senyum sendiri tuh jadinya.” Sambung ibunda Rista.
“Ihh apaan sih mamah..” Rista tersipu malu. Sorotan matanya tak bisa menutupi perasaan di hatinya.
Setiap pagi dan siang hari Rafa mengantar Rista ke rumahnya di perumahan elit di sekitar Kota Serang. “Assalamu’alaikum ukhti. Aku pulang dulu yah. Besok akan ku jemput lagi kau di pelantaran pintu rumah hehehe.” Rafa berpamitan sambil mengajak Rista bercanda. “Wa’alaikum salam. Ahhh gayamu puitis banget sih? Bikin aku dag dig dug hehe. Hati-hati yah di jalan, besok aku tunggu kamu lagi di istana miniku.”
Tak henti-henti Rista tersenyum.
Satu bulan kemudian. . .
Keluarga Rista jatuh miskin, karena ayahnya ditipu seseorang yang mengajak bisnis tetapi malah mengambil semua harta dan aset-aset milik Pak Dicha. Rista sangat sedih. Ayahnya dipenjara karena dituduh penipu, tetapi sebenarnya ia yang ditipu. Rista hanya tinggal bersama ibundanya.
“Mah, mengapa kita mendapat cobaan seperti ini?.”
“Sabar, Nak. Mamah juga sangat sedih tapi inilah hidup. Harus tetap kita lalui walaupun badai menerjang.”
Setelah ayah Rista dipenjara,rumah mewah lenyap,kendaraan hilang dan uang hanya tersisa 50.000 rupiah. Akhirnya ibunda Rista banting stir menjadi seorang penjual kue dengan modal 50.000 rupiah dan mereka tinggal di rumah kosong milik Pak Raden Rizal Cahyo Anwar Seto Diningrat. Setiap hari selalu ada yang menghina Rista dan bundanya. Terkadang hatinya geram tapi sedih. “Mengapa papah bisa tertipu? Mengapa papah harus dipenjara padahal ia tak salah?Mengapa ini terjadi pada keluargaku Ya Allah???” Jeritan hati Rista.
Setelah beberapa minggu akhirnya Pak Dicha dibebaskan karena tidak terbukti bersalah dan ekonomi keluarga Rista mulai stabil walaupun tak ada istana mewah,mobil mewah dan harta berlimpah.
Tiga bulan kemudian....
Hari pertama Ulangan Akhir Semesterpun tiba. Matematika dan Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah mata pelajaran pembuka di UAS SMPN 10 Kota Serang. Hari pertama berjalan dengan lancar, karena Rafa telah mempersiapkan diri dari hari-hari sebelumnya. Ketika sedang berjalan di depan kelas Rafa bertemu dengan Bu Dian “Assalamu’alaikum.”
“Ehh Rafa, wa’alaikumsalam. Bagaimana tadi soal-soalnya? Mudah bukan?” Bu Dian tersenyum sambil mencubit tangan Rafa.
“Wah Bu, soalnya sangat mudah tapi untuk menjawabnya harus memeras otak. Hehe.”
Setelah satu minggu menghadapi UAS, akhirnya pembagian rapor tiba dan khusus untuk kelas 9 yang harus mengambilnya adalah orang tua siswa. Rafa, Rista dan kawan-kawan 9a sangat penasaran “Siapakah pemenangnya?” ujar Rista.
“So pasti Rafa. Karena dia itu perfect dan multitalent.” Adit menjawab pertanyaan Rista dengan gurauan.
“Ahh kamu ini, Dit. Bikin aku jadi melayang.” Rafa menjawab dengan singkat.
“Melayang terbang ke awaaan nananana.” Adit menyanyikan sebuah lagu milik Ungu Band.
“Weh, suara kaya kaleng kerupuk gitu aja di pamerin. Hihihi peace, Dit.” Sambung Rista.
Setelah bersenda-gurau akhirnya pengumuman dimulai.
“Peringkat 5 diduduki oleh si ganteng, Aditya Wijaya, di peringkat 4 diduduki oleh Fiana Maha Suci, di peringkat 3 ada si manis, Raihan Triwibowo, peringkat 2 diraih dengan total nilai 1226 oleh si cantik nan imut, Rista Fakhirahani Pramudia dan peringkat 1 diraih dengan total nilai 1227 oleh si pemilik nama terpanjang di kelas ini,Raden Rafa Fakhrizal Anwar Seto Diningrat.” Wali kelas 9a menyebutkan peringkat 5 sampai 1.
“Prok...prok .. prok” Semua berbahagia.
“Ibu sangat bangga dengan anak-anak 9a. Kalian kompak, cerdas dan perhatian kalian luar biasa. Ibu sangat senang menjadi wali kelas 9a. Ibu bangga, Nak. Kalian sudah seperti keluarga ibu, kalian ada setiap saat untuk ibu dan teman. Pokoknya student 9a is the best for me and for all. Oh iya hampir lupa, Rafa dan Rista total nilainya hanya beda 1 angka, kalian berdua benar-benar hebat. Teruslah bersaing dengan sportif anak-anakku!” Pesan dan kesan dari Bu Dian.
Suasana di kelas menjadi hening. Semuanya meneteskan air mata, tak terkecuali orang tua siswa 9a.
Sebagai KM Rafa beranjak dari tempat duduk menuju meja guru untuk mewakili 9a menyampaikan sepatah kata “Assalamu’alaikum Bu Dian, wali murid dan teman-teman saya disini mewakili teman-teman untuk menyampaikan ucapan terimakasih kepada Bu Dian yang telah membimbing kami selama setengah tahun, wali murid yang telah manyisihkan waktu untuk berkumpul disini dan teman-teman yang telah berusaha semaksimal mungkin untuk membanggakan dan mengharumkan kelas 9a. Saya dan teman-teman merasa sangat bahagia hari ini. Semoga kebahagiaan ini tak hilang begitu saja.”
Empat bulan kemudian. . .
Ujian Nasional tiba. Inilah saat yang paling menegangkan tetapi ini juga saat yang paling membahagiakan.
“Bismillahirrahmanirrahim. Semoga hasil belajarku selama 3 tahun di sekolah ini tak sia-sia, Ya Allah. Semoga nilaiku tak mengecewakan orang tua dan guru-guru yang telah membimbingku hingga saat ini.” Do’a Rafa sebelum menjawab soal-soal Ujian Nasional tahun pelajaran 2011/2012.
Setelah 4 hari bertempur dangan soal-soal UN 2011/2012 perasaan Rafa menjadi lebih tenang.
Kamis, 3 Mei 2012 adalah hari yang ditunggu-tunggu siswa SMP di seluruh Indonesia karena hari ini adalah pengumuman kelulusan.
“Ya Allah, semoga aku tak mengecewakan orang-orang yang menyayangiku.” Do’a Rafa sebelum melangkahkan kaki dari rumahnya.
Pukul 10.00 WIB tiba. Inilah saatnya kertas kelulusan diberikan kepada orang tua siswa.
“Raf, yakinlah bahwa kamu lulus. Optimis, Nak.” Nasehat ayah Rafa sebelum membuka amplop yang berisi kertas kelulusan. Rafa sangat deg-degan dan akhirnya kertas itu dibuka “Alhamdulillah, Nak. Kamu lulus sayang.” Rafa sangat bahagia dan terus dipeluk ayahnya bahkan ia sampai meneteskan air mata. Tak sia-sia perjuangan Rafa selama ini. Selain shalat 5 waktu, ia juga rajin puasa sunnah senin dan kamis,shalat sunnah tahajud dan dluha serta tentunya belajar setiap hari walaupun aktivitasnya sangat padat. Pagi hari sampai pukul 13.00 WIB belajar di sekolah, setelah itu belajar tambahan di guru privat sampai pukul 16.00,lalu ia harus mengaji sampai adzan magrib tiba, setelah itu ia belajar dan tengah malam ia harus bangun dari lelapnya tidur untuk shalat tahajud dan belajar, begitu setiap hari.
Hari ini saatnya geladibersih untuk acara “Penglepasan Siswa Kelas 9 Tahun Ajaran 2011/2012”. Rafa dan Rista menjadi pengantin adat karena jumlah nilai mereka tertinggi di SMPN 10 Kota Serang. Rista terlihat sangat anggun dengan kebaya modern khas Yogyakarta dan Rafa terlihat gagah dengan kebaya modern khas kota gudeg,Yogyakarta dan menggunakan blangkon.
“Wah, luar biasa. Baru geladibersih saja sudah khusu seperti ini.” Ujar Raihan ketika mengikuti geladibersih hari ini. Air mata bercucuran ketika prosesi upacara adat dimulai.
Sabtu, 19 Mei 2012, inilah saat yang di tunggu-tunggu semua siswa SMPN 10 Kota Serang.
“Raf, aku nggak mimpi kan?Aku sangat bahagia hari ini meski hati kecilku menangis karena akan berpisah dengan teman-teman tapi aku sangat bahagia karena dihari ini aku bisa mendampingimu sebagai pengantin adat dan semua bahagia.” Rista bertanya kepada Rafa.
“Kamu nggak mimpi kok, kalau nggak percaya aku cubit nih. Hehe.”
“Ihh Rafa. Aku serius.”
Acara Penglepasan Siswa Kelas 9 dimulai. Diawali dengan prosesi upacara adat yang dipimpin oleh Kepala Sekolah. Semua siswa kelas 9 memakai pakaian adat.
Rafa dan Rista disambut dengan hangat, mereka bagaikan raja dan ratu sehari. Rafa terlihat sangat tampan dengan balutan kebaya modern khas kota pelajar,Yogyakarta dan Rista memakai kebaya modern khas Yogya berwarna ungu. Mereka begitu serasi dan mempesona. Tentunya menjadi pusat perhatian siswa yang lain.
“Subhanallah, cantik dan ganteng banget nih dua sahabatku. Semoga aku bisa melihat kalian seperti ini ketika kalian menyatukan janji suci nanti.” Ucap Adit dalam hati.
“Wkwkwk makasih ya sobat. Tapi kalau mengucap janji suci itu mah masih lama kali. Tapi do’akan saja hehe.” Rista terlihat sangat bahagia kala itu.
Acara berjalan dengan lancar. Suasana khidmat mulai terasa sejak awal prosesi upacara adat. Ketika Fiana membacakan puisi yang berjudul perpisahan seperti ini :
Perpisahan telah diambang mata
Di SMPN 10 Kota Serang ini kita pernah bersama
Melewati hari penuh canda tawa
Meski terkadang ada duri menusuk duka
Hingga terbitkan tangisan jiwa
Di SMPN 10 Kota Serang ini kita pernah searah
Bulatkan tekad demi cita-cita
Meski sejenak langkah terhenti saat realita menguji diri
Kini saat persimpangan itu
Menghadang jalan kita
Ada jalan yang harus kita urai
Ada cerita yang harus kita rangkai
Meski tersirat rasa berat
Tapi.....
Jalan hidup harus tetap dilalui
Dan hanya 1 ucapan yang selalu berdendang sebagai pertanda berakhirnya sebuah kisah
Tetaplah jadi kebanggaan
Bagi serpihan kisah panjang kita
Semoga suatu hari nanti tangan takdir ‘kan pertemukan kita kembali dalam ruang dan rasa yang sama
Seperti saat kita masih bersama
Selamat jalan para sahabatku
Terimakasih atas hari-hari yang tak tergantikan itu
Selamat jalan para sahabatku
Dan ingatlah saat engkau tersandung nanti ada hati yang ‘kan selalu merindukanmu disini
Aku sangat mencintaimu sobat
suasana menjadi hening dan air mata berjatuhan di wajah mereka. Kata-kata Fiana begitu menyayat hati. Hari itu perasaan Rafa bercampur aduk. Ia bahagia karena bisa menjadi juara 1 di kelas juga di SMPN 10 Kota Serang dan ia juga bahagia karena bisa menjadi pengantin adat di prosesi upacara adat yang dilaksanakan tadi.
“Hay,Raf. Selamat yah bisa menjadi nomor 1 di sekolah ini. Pokoknya kamu dan Rista is the best .” Sapa Adit ketika bertemu dengan Rafa usai acara.
“Ah lebay deh. Tapi makasih yah ucapannya.” Jawab Rafa sambil tersipu malu.
Setelah acara benar-benar selesai, Rafa dan Rista bertukar kado dan surat. Rafa memberi sebuah tasbih putih untuk Rista serta sepucuk surat yang berisi: Ukhti Rista, jangan pernah lupakan aku meski kita sudah tak satu sekolah. Jaga dirimu baik-baik, ambilah pelajaran dari pengalaman-pengalaman kita dan jangan lupa shalat 5 waktu harus tetap berjalan. Semoga nanti kita bertemu di singgahsana.
Dan ternyata Rista juga memberi sebuah tasbih puih dan album foto yang berisi kenangan-kenangan bersama anak-anak “COMSEA” yang artinya Community Sembilan A. Rista juga memberi seuntai kata untuk Rafa yang berisi :Akhi, kau sahabatku yang paling setia. Kau bagai pelangi saat hatiku mendung. Jangan lupakan aku dan kenangan bersama sahabat di kelas 9a. Tetaplah menjadi kebanggaan dan semoga kita bertemu lagi di pelantaran pintu surga Firdaus Aamiin..
Setelah bertukar kenang-kenangan mereka mereka berkumpul dengan anak-anak 9a. Lalu mereka menangis bersama.
“Jangan menangis berlebihan. Masa lalu jadikanlah kenangan dan masa depan jadikanlah harapan !! Aku tahu memang berat rasanya berpisah dengan kalian tapi yakinlah suatu saat nanti kita akan bersama lagi. Tetap semangat kawan !! Banggakan dan harumkan nama sekolah kita. Ini adalah perpisahan yang indah.” Dengan bijak Rafa mengelus bahu teman-temannya. Mereka berpisah dan melanjutkan pendidikan di SMA pilihannya masing-masing. Rafa di SMAN 1 Kota Serang dan Rista di SMAN 2 Kota Serang. Sungguh perpisahan yang sangat indah. Banyak pelajaran yang diterima Rafa dari pengalamannya sebagai siswa SMPN 10 Kota Serang dan sebagai ketua Osis priode 2011/2012.
Pada suatu pagi keadaan di sekitar SMPN 10 Kota Serang terasa sangat gelap. Hujan yang besar pun tak henti-henti membasahi lingkungan sekolah, ditambah petir dan kilat yang datang silih berganti. Hingga jam menunjukkan pukul 07.15 hujan masih belum reda juga. Tetapi pelaksanaan KBM masih bisa tetap berjalan. Ketika KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) berlangsung ada yang berbeda di kelas 9A. Kelas 9A adalah kelas unggulan di SMPN 10 Kota Serang. Hanya anak-anak cerdas dan memiliki IQ tinggi yang bisa duduk di kelas tersebut. Pada pagi itu Rista tak terlihat di tempat duduknya.
“Rista kemana?? Kok nggak ada di bangkunya.” Tanya Rafa pada teman sekelasnya.
“Rista sakit, Raf. Ini suratnya.” Sambil menunjukkan sepucuk surat.
“Ada yang bakal kesepian hari ini? Ihiw.” Sambung Fiana.
“Wah benar tuh,Fi. Kasihan yah Rafa hari ini kesepian. Kayak lagunya Vierra itu. Dimana kamu dimana?Disini bukan. Nanananana.” Suara Adit yang pas-pasan bisa membuat semuanya tertawa.
“Alah ngomong apa toh kalian tuh? Lebih baik kita mulai mengaji terus baca Asmaul Husna. Ayo mulai.”
“Bismillahirrohmanirrohiim.......................”
Yang lainpun langsung menurut dan mengambil Al-Qur’an lalu mengaji. Rafa memang Ketua Murid yang bijaksana, tapi ia tak pernah mau hal-hal pribadinya terungkap. Apalagi seperti tadi. Semakin Rafa diejek teman-teman, maka wajah Rafa semakin memerah tapi ia pandai menyikapi situasi seperti tadi.
*****
Pukul 12.50 murid-murid berhamburan keluar kelas karena jam pulang telah tiba. Ketika Rafa dan teman-temannya sedang berjalan tiba-tiba terdengar pengumuman dari speaker sekolah, bahwa diwajibkan kepada seluruh anggota Osis untuk menghadiri rapat di ruang Osis. “Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarokatuh. Untuk anggota Osis diharapkan hadir di ruang Osis saat ini. Terimakasih.”
“Hmmm rapat dulu, nggak bisa langsung pulang deh padahal mataku udah 2 watt. Eeeeh tapi senangnya bisa kumpul dengan teman-teman. Iya nggak friends?Hahaha.” Ujar Fiana Maha Suci sekretaris Osis di SMPN 10 Kota Serang.
“Alah gayamu, Fi. Sok inggris segala, padahal nilai bahasa inggris di kelas cuma 5. Takkabur kamu.” Danu yang tadinya asik berjalan tiba-tiba menyambar ucapan Fiana.
“Weh iya sih Pak Ustadz Danu. Emang apa takkabur itu?”
“Takkabur ialah suatu prilaku yang meninggikan diri sendiri ataupun ucapan atau bisa disebut sombong. Seperti kamu tadi tuh.” Jelas Danu.
“Oooooooh gitu ya,Pak Ustadz Danu?” Fiana malah menanggapinya dengan candaan.
“Aamiin Ya Allah. Semoga jadi ustadz sesungguhnya. Hehehe.” Salah satu cita-cita Danu ialah menjadi seorang muammar dan ustadz, sungguh cita-cita yang mulia.
Setelah anggota kumpul semua,rapatpun dimulai. Dalam rapat tersebut ternyata membahas tentang rencana berbuka puasa bersama di sekolah yang akan dilaksanakan pada hari sabtu nanti.
“Dengan adanya usulan tersebut apa kalian setuju??.” Pak Dani bertanya pada semua anggota Osis. Pak Dani adalah seorang Pembina Osis, nama lengkapnya adalah Muhammad Dani Fadillah S.pd. Beliau adalah guru Fisika kelas 9 yang sangat ramah dan juga seorang pelatih marawis di SMPN 10 Kota Serang.
“Aku nggak setuju Pak, karena rumahku jauh dari sekolah, kalau pulang malam jadi serem,Pak” Jawab Syfa. Rumah Syfa di daerah Terminal Pakupatan, cukup jauh dari sekolah.
Mendengar pendapat Syfa, Rafa pun langsung mengemukakan pendapatnya.
“Haruskah rencana ini kita batalkan?Bagaimana kalau nanti hari sabtu kita menginap di sekolah?Kita bisa buka puasa,shalat tarawih dan sahur bersama. Lagi pula besoknya libur. Setuju??.”
“Gokil, Raf. Otakmu emang encer kayak air yang tak henti-henti mengalir. Banyak ide-ide cemerlang.” Ujar Danu sambil menepuk pundak Rafa.
Anak-anak yang lain pun serempak menjawab setuju. Dan Pak Dani juga setuju dengan usul Rafa. “Prok prok prok...”
‘Rafa memang anak yang cerdas dan selalu memiliki ide-ide kreativ yang luar biasa.’ Desis hati Pak Dani.
Setelah rapat selsai, Rafa pun langsung menuju ke rumah Rista di komplek Permata untuk memberi tahukan hasil rapat tadi sambil melihat keadaan Rista juga. Sepanjang jalan pikiran Rafa terus berputar. Ia memikirkan kegiatan Osis dan tugas-tugas yang belum ia selesaikan.
“Gusti, tugas bahasa inggrisku belum selsai. Tapi aku harus tetap ke rumah Rista. Semangaaaaatttt,Allahu akbar!!!”
Walaupun Rafa dan Rista baru saling kenal sejak 2 tahun yang lalu, tapi diam-diam mereka sudah dekat dan orang tua mereka juga tahu tentang kedekatan ini, malah mendukung. Karena setelah Rista dekat dengan Rafa, nilai-nilai mata pelajaran Rista semakin meningkat. Rista mengidap penyakit-penyakit yang berbahaya, setiap seminggu sekali ia harus pergi mengunjungi rumah sakit dan Ristapun hampir putus asa tapi kehadiran Rafa bisa membangkitkan kembali semangat Rista. Eittsssss jangan salah faham yah, Rafa dan Rista tidak berpacaran loh, karena dalam kamus Rafa istilah pacaran hanya ada ketika sepasang insan telah mengucap ijab qabul(menikah).
Setelah Rafa duduk beberapa menit di angkot dan melewati beberapa tikungan akhirnya Rafa tiba di rumah Rista.
“Assalamu’alaikum.”
Rafa mengucap salam di depan rumah Rista. Setelah beberapa kali mengucap salam akhirnya ada jawaban dari dalam dan segera membukakan pintu untuknya.
“Wa’alaikum salam Mas Rafa, silahkan masuk!” Jawab seorang pembantu yang muncul dari balik pintu.
“Ya, terimakasih Mbak. Ada Ristanya??” Tanya Rafa.
“Ada Mas, tapi Mbak Ristanya sadang sakit. Duduk dulu, Mas!Saya panggilkan Mbak Ristanya.” Wanita setengah baya itu segera memanggil Rista di kamar.
“Kamu sakit apa, Ris??” Tanya Rafa ketika wanita yang telah membuat hatinya bergetar duduk di depannya. Sungguh campur aduk perasaan Rafa kala itu. Ia bahagia bisa bertemu sosok yang ia kagumi selama ini, tapi disisi lain ada rasa deg-degan luar biasa yang hinggap di jantungnya.
“Hmmm aku hanya sedang demam dan lambungku luka.” Saat itu Rista memang terlihat sangat pucat dan tak berdaya.
“Kenapa bisa sampai lambungmu luka?Kamu malas makan ya?Hayooo.” Rafa bertanya lagi.
“Hehe tahu saja kamu.” Rista menjawab sambil tersenyum. Ketika mereka sedang asik berbincang tiba-tiba Ibunya Rista datang. ”Iya Rista malas makan tuh,Raf. Maunya disuruh kamu katanya.“ Rista terkejut dengan omongan Ibunya ckckck. ”Ibuuuuu,apaan sih?Jangan bikin malu.“
“Oh iya, ada apa kamu kesini? Tumben mau ke rumahku?” Tanya Rista sambil mengalihkan topik pembicaraan tadi.
“Wiiiih. Aku ingin memberi tahu bahwa nanti hari sabtu pengurus Osis dan beberapa guru akan mengadakan buka puasa dan sahur bersama di sekolah.” Rafa menjelaskan dengan gaya yang diplomatis.
“Oh gitu toh, sepertinya acaranya seru. Malam-malam gitu, apalagi malam minggu wew. Hehehe.” Rista menanggapi dengan canda tawa. Setelah mengetahui keadaan Rista dan setelah memberikan informasi tentang rencana Osis, Rafa segera pulang.
“Aku pulang dulu ya, Ris. Semoga lekas sembuh. Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikumsalam. Iya, makasih ya. Hati-hati di jalan.” Rista melambaikan tangan
*****
Hari sabtu pun telah tiba. Ketika akan berangkat ke sekolah Rafa meminta dibuatkan makanan kesukaannya untuk buka puasa nanti.
“Bunda, bisa buatkan aku agar buah nggak? Untuk dibawa ke sekolah nanti sore. Hehe.” Rafa meminta seperti anak manja. Ibunya menjawab permintaan anak satu-satunya itu “Iya, tapi sepulang sekolah nanti antar Bunda ke pasar ya, Nak.”
“Oke, aku berangkat dulu. Assalamu’alaikum.” Rafa pamit sambil mencium tangan ibunya. ”Hati-hati di jalan. Belajar sungguh-sungguh. Selalu jadi anak kebanggaan Bunda ya. I love u.”
Sesampainya di sekolah Rafa bertemu dengan Nida. Nida Ainun Khasanah adalah adik kelasnya tapi Rafa menganggap ia sudah seperti adik sendiri. Ketika Nida kelas 7 sampai sekarang ia kelas 8, memang dekat dengan Rafa. Awal pertemuan mereka ialah ketika Nida mengikuti kegiatan MOS(Masa Orientasi Sekolah), kebetulan Rafalah yang menjadi pendamping di kelasnya. Tapi masih banyak panitia yang lain sih, eh entah mengapa Nida malah ingin dekat dengan Rafa. Saat ini Rafa menjadi tempat ia berbagi cerita, meminta tolong dan mengajari segala hal. Rafa memang sosok yang diimpikan Nida untuk menjadi seorang kakak.
“Assalamu’alaikum,Kak Rafa.” Sapa Nida ketika bertemu Rafa di taman.
“Wa’alaikum salam,De’.” Jawab Rafa sambil tersenyum dan menghampiri adik kesayangannya itu. “Tumben pagi-pagi kamu sudah datang,De’ ??” Tanya Rafa dengan heran.
“Hmmm iya Kak, tadi aku kira ini sudah jam 7 eeeh ternyata baru jam setengah 7. Jadi aku datang tak seperti biasa.” Jawab Nida.
“Oooh gitu toh. Baguslah.”
“Iya sih, Kak.” “Oh iya kalau di rumah kamu pakai khimar nggak,De’?”
“Khimar itu apaan?”
“Khimar itu bahasa Arab. Artinya kerudung.”
“Oh gitu. Hmm nggak,Kak. Kenapa gitu?” Jawab Nida sambil meniup kerudung untuk membenarkan posisinya. “Wah pakai dong. Tau nggak mahkota seorang wanita yang sesungguhnya itu sehelai khimar bukan sehelai rambut. Dalam surat Al-Ahzab ayat 59 Allah berfirman yang intinya menyuruh kaum hawa untuk menutup auratnya, menjulurkan jilbabnya keseluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan. Kamu sudah baligh De’. Jadi wajib menutup aurat dan berhijab.”
“Kenapa harus begitu?” Nida sangat serius menyimak kata per kata yang terlontar dari mulut Rafa.
“Ya karena itu salah satu perintah Allah. Dan menutup aurat dan berhijab itu bisa mengurangi kemaksiatan. Kamu mau masuk neraka lalu kepalamu akan dibakar?”
“Ih serem deh. Ok deh akan aku coba pakai kerudung di rumah juga.”
“Eitssss buat Allah kok pakai dicoba-coba sih?yang tulus dong. Ok ok?”
“Ok Kakak Rafa.”
Tak terasa sudah pukul 07.15. Rafa dan Nidapun masuk ke kelas masing-masing.
“De, kakak masuk kelas dulu ya. Assalamu’alaikum.” Rafa berpamitan sambil menuju ke kelas.
Jam pertama dimulai, Bu Dian segera memulai pelajaran. “Hari ini kita belajar tentang bangun ruang. Buka buku paket halaman 27.” Bu Dian adalah guru matematika kelas 9 dan beliau juga guru yang paling dikagumi Rafa,walaupun pada umumnya murid-murid membenci pelajaran matematika, tapi tidak bagi Rafa. Karena matematika adalah salah satu pelajaran favoritnya dan menurutnya Matematika Is King Of Education. Selain matematika, ia juga menyukai pelajaran fisika, karena itu Rafa sudah beberapa kali mewakili sekolah untuk mengikuti lomba MIPA. Dan banyak piala-piala hasil lombanya yang dipajang di ruang tamu sekolah.
Bel panjang berbunyi tanda waktu istirahat tiba. Murid-murid berhamburan keluar kelas. Tapi Rafa malah termenung di dalam kelas.
“Kenapa kamu, Raf?” Adit bertanya sambil memegang pundak Rafa. Mendengar suara dari belakang tubuhnya itu, Rafa pun kaget.
“Astagfirullah, aaaaaku nggak apa-apa.”
“Haha.” Adit tertawa sangat puas saat melihat wajah Rafa kaget seperti itu.
Tiba-tiba Rista datang dan mengajak Rafa ke perpustakaan. Ketika sedang menuju ke perpustakaan mereka bertemu dengan Pak Dani.
“Assalamu’alaikum, Pak.” Sapa Rafa dan Rista.
“Wa’alaikumsalam,Nak. Mau pada kemana? Bapak bisa minta waktu kalian tidak?.”
Rista dan Rafa menjawab bersamaan “Bisa Pak. Memang ada apa?.”
“Tidak ada apa-apa. Bapak hanya ingin minta tolong untuk membereskan aula untuk nanti malam.” Jelas Pak Dani. Lalu mereka pun membereskan aula tersebut sampai rapih dan bersih.
Bel masuk telah tiba. Mereka segera berpamitan dan masuk ke kelas.
Pelajaran setelah istirahat pun dimulai. Bu Virni langsung membahas materi tentang Adab Pergaulan Dengan Lawan Jenis. Bu Virni menerangkan bahwa seorang laki-laki dan perempuan yang bukan mukhrim dilarang untuk berduaan apa lagi di tempat sepi karena hal itu dapat mengundang syaitan dan nafsu tak wajar.
“Ada yang sudah punya pacar disini?” Bu Virni bertanya pada anak-anak. Jawaban mereka bermacam-macam ada yang menjawab sudah,ada yang menjawab belum dan ada yang menjawab nggak penting. Lalu Bu Virni bertanya pada Rafa.
“Aku punya,Bu.” Ujar Azfa dengan polos.
“Kenapa kamu pacaran?Apakah ada manfaatnya?” Bu Virni mendekat ke bangku Azfa.
“Tentu ada,Bu. Manfaatnya itu jadi punya teman pelipur lara dan semangat belajar dan beribadah semakin bertambah. Tapi aku juga nggak sembarangan pacaran bu. Aku punya tujuan dan kriterianya.”
“Lantas apa tujuan dan kriteriamu itu?”
“Tujuan saya untuk memperbaiki diri. Kriteria lelaki idaman saya yang utama itu harus kaya.” Azfa sambil tersenyum manja.
“What? Kaya?!”
“Iya, Bu. Kaya iman itu yang terpenting. Pacaran Yes but Zina No!. Yang kedua itu kaya ilmu dan kaya hati. Dia harus lebih baik dari saya, agar bisa membawa saya ke jalan yang diridhoi Allah.”
Lalu Bu Virni bertanya kepada Rafa.
“Rafa,do you have girlfriend??.”
“No, I don’t have girlfriend. Well,I think that not significant .” Jawab Rafa dengan tegas.
“Mengapa kamu berpikir seperti itu?.” Guru BK tersebut bertanya pada Rafa lagi.
“Karena untuk saat ini yang aku pikirkan adalah belajar untuk menata masa depan, jika masa depan itu sudah tertata rapih maka wanita impian bisa dicari. Lagipula Allah telah menciptakan makhluk-Nya berpasang-pasangan jadi aku tak perlu khawatir tulang rusukku yang hilang akan tertukar. Pasti kita akan bertemu jika Allah telah berkehendak.” Rafa menjelaskan alasannya. Murid-murid yang lain dan Bu Virni memberikan tepuk tangan padanya. ‘Ibu sangat senang mempunyai murid yang berfikir sepertimu. Andaikan semua pelajar berfikiran seperti itu, pasti dunia pendidikan akan semakin maju.’ Ujar Bu Virni di dalam hati.
*****
Setelah pulang sekolah, semua anggota Osis berkumpul di ruang Osis.
“Teman-teman aku meminta agar kalian datang ke sekolah nanti tepat pukul 3. Karena kita akan mengadakan persiapan terlebih dahulu.” Rafa membuka rapat tersebut.
“Emang akan mengadakan persiapan apa lagi?.” Tanya Nida.
Rafa menjelaskan dengan perlahan “Kita harus membersihkan mushola untuk kita shalat nanti dan untuk anak perempuan nanti kalian harus membantu Bu Safira untuk memasak hidangan berbuka puasa.”
“Masak apa, aku kan nggak bisa masak?Hihihi” Tanya Fifi.
“Ya paling hanya membuat gorengan dan es buah.” Ujar Rafa. Para perempuan menjawab dengan bersamaan “Oke deh kami siap.”
“Ya sudah kalau begitu rapat ditutup dengan membaca hamdalah dan jangan lupa dengan kesepakatan yang telah kita buat.”
Rafa menutup rapat tersebut dan langsung meninggalkan ruangan lalu menuju mushola untuk melaksanakan shalat dzuhur berjama’ah. Setelah berwudhu tiba-tiba Rafa diperintahkan untuk menjadi iman dalam shalat dzuhur kali ini.
“Raf, jadi imam yah.” Ujar Adit.
“Weh, kalau saya salah gimana?Nanti kalian dosa bukan dapat pahala.” Jawab Rafa.
“Mana mungkin Pak Ustadz Rafa bisa salah?Hahaha.”
“Saya juga manusia biasa bro. Ehh tapi dari pada shalatnya nggak jadi gara-gara masalah imam, nggak apa-apa deh saya jadi imam kali ini. Ayo rapihkan shafnya.” Rafa pasrah.
Setelah shalat berjama’ah Rafa langsung pergi menuju rumahnya. Saat ia sedang menunggu angkutan umum di depan sekolah, ia mendengar ada yang memanggilnya.
“Kak Rafa!! Kak Rafa !!.”
Rafa mencari sumber suara itu. “Siapa sih yang manggil?”
Ternyata yang memanggilnya itu adalah Nida. Mendengar namanya dipanggil, Rafa pun langsung membalikan tubuhnya ke arah belakang. Dengan nafas yang terengah-engah Nida segera mendekati Rafa.
“Ada apa, De’?? Kayak abis dikejar anjing saja.” Rafa mengelus kepala Nida sambil bertanya.
“Aku mau mengembalikan buku kakak yang kemarin aku pinjam.” Jawab Nida sambil menghela nafas panjang.
Setelah Nida mengembalikan buku milik Rafa, mereka berdua segera pulang ke rumah masing-masing. Rafa ke Perumahan Ciceri Permai, sedangkan Nida ke Griya Reang.
*****
Sesampainya Rafa di rumah, ia langsung mengganti seragamnya dan segera mengeluarkan motor. “Ayo Bun,nanti kesorean terus kalau nggak kebagian buah-buahan yang segar gimana?.” Ajak Rafa. Bunda langsung menghampiri Rafa di teras rumah megah mereka itu. Rafa terlahir dari keluarga bangsawan yang kaya raya. Raden Rama Cahyo Anwar Setyo Diningrat adalah ayahnya, beliau adalah pemilik beberapa perusahaan swasta di Indonesia dan beliau juga seorang guru di salah satu pesantren di Banten. Farina Khoirunnisa Azzahra adalah ibu Rafa. Tetapi Rafa tidak pernah sedikit pun memamerkan kekayaan orang tuanya itu. Karena ia selalu berfikir itu adalah harta kekayaan orang tuanya, dan harta Rafa yang paling berharga adalah harga dirinya dan kecerdasanya. Rafa adalah sosok yang sangat sederhana di mata teman-temannya.
Tak terasa pukul 15.00 telah tiba. Rafa langsung membereskan barang-barang yang diperlukan. Lalu ia langsung berangkat menggunakan sepeda motornya. Ketika sedang di jalan tiba-tiba handphone Rafa berbunyi. Dan ternyata itu telepon dari Nida.
“Assalamu’alaikum. Ada apa,De’?? Kakak sedang di jalan nih.” Sambil terburu-buru Rafa langsung menjawab telepon Nida.
“Wa’alaikum salam. Kakak ada dimana?Bisa menjemput aku di rumah nggak? Aku mohon. Ayah lagi di luar kota jadi nggak ada yang nganterin.” Nida meminta dengan manja. Karena Nida tidak memiliki kakak jadi Nida menganggap Rafa adalah kakaknya sendiri. Rafa sering mengajarkan hal-hal baik kepada Nida, salah satunya berhijab. Rafa menyentuh hati Nida dengan jurus kata-katanya yang sangat bijak, dan akhirnya hati Nida luluh dan ia bisa berhijab dengan ikhlas lillahi ta’ala. Mereka berdua sangat akrab sekali dan tak ada satu hal pun yang ditutup-tutupi oleh mereka.
*****
Sesampainya di sekolah Rafa dan teman-teman lelakinya langsung membersihkan mushola. Sedangkan para perempuan membantu Bu Safira di aula untuk memasak. Ketika sedang mengupas mangga tak sengaja tangan Rista terkena pisau yang sangat tajam “Astagfirullah.” Dengan sangat keget Rista langsung meletakan pisau dan apel itu di atas meja dan ia langsung lari ke ruang PMR.
“Rista, kamu kenapa??” Tanya Fiana.
“Aku nggak apa-apa cuma kena pisau. Minta obat merahnya dong,Fi.”
Kebetulan saat itu Fiana sedang berada di ruang PMR dan ia langsung membersihkan dan mengobati luka di jari mungil Rista. Ternyata lukanya tidak begitu parah. Setelah itu Rista melanjutkan pekerjaan yang ia tinggalkan tadi.
Matahari sudah mulai terbenam. Anak-anak pun segera memasuki aula dan menunggu adzan magrib tiba. Tapi Rafa, Raihan dan Danu masih berada di mushola. Mereka sedang asik menatap langit nan indah ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa.
“Subhannallah, indah sekali langit itu.” Rafa memandang langit itu sambil mengucap rasa syukurnya didalam hati.
“Hey, Raf. Jangan melamun terus! Ayo kita ke aula mungkin sudah di tunggu mereka tuh. Hehehe.” Danu mengajak Rafa dan Raihan sambil menarik tangan mereka.
Adzan magrib telah tiba dan saatnya berbuka puasa.
“Alhamdulillah ayo sama-sama kita berdo’a!” Ajak Pak Dani. Setelah menyantap kue dan es buah buatan anak perempuan mereka semua langsung menuju mushola untuk melaksanakan shalat magrib berjama’ah.
Setelah shalat magrib anak-anak diperintahkan untuk mengaji bersama sampai adzan isya tiba dan langsung melaksanakan shalat tarawih berjama’ah.
Setelah selesai melaksanakan shalat tarawih mereka dipersilahkan untuk makan bersama.
Ada yang aneh dengan Rista. Ia kelihatan pucat dan lemas sekali.
Dengan penasaran Rafa segera bertanya kepada Rista “Kenapa kamu, Ris?.”
“Lambungku sakit dan jari tanganku perih.” Jawab Rista sambil mengeluh.
“Ya sudahlah sabar saja nanti juga sembuh. Ayo kita makan dulu kalau nggak nanti lambungmu akan semakin sakit. Tapi sebelum makan, kamu harus meminum obat maagmu dulu ya.” Ajak Rafa dengan penuh perhatian kepada Rista. Melihat hal itu, Adira agak sebal kepada mereka berdua karena sejak kelas 7 Adira menyimpan perasaan kepada Rafa tapi Rafa selalu cuek padanya.
“Hih, apaan sih kenapa mesti cewek udik itu yang dapat perhatian dari Rafa?Lihat pembalasanku nanti.” Gerutu Adira di belakang Rista.
“Tenang saja,Dir. Aku ada di belakangmu.”Ujar Karina, teman Adira yang sangat benci kepada Rista juga. Entah apa sebabnya kebencian itu timbul.
Hari pun semakin malam. Tak terasa sudah hampir pukul 24.00. Rafa masih belum bisa tidur. Begitu pun dengan Nida. Karena mereka mempunyai ikatan batin yang sangat kuat jadi mereka bisa merasakan perasaan yang sedang dirasa satu sama lain. Meskipun terpisah, Rafa bersama anak lelaki tidur di aula dan Nida bersama anak perempuan tidur di mushola tapi mereka terus berkomunikasi lewat handphone.
“De’, kenapa belum tidur? Ini kan sudah tangah malam.”
“Nggak bisa tidur nih, Kak. Kalau di tempat asing biasanya susah memejamkan mata. Terus kenapa kakak juga belum tidur?.” Nida berusaha memejamkan matanya.
“Nggak apa-apa. Mungkin sama kayak kamu, kakak nggak biasa di tempat ini jadi susah untuk tidur.” Jawab Rafa.
Mereka berdua bercerita dengan seru hingga waktu sahur tiba. Semuanya sibuk menyiapkan masakan untuk sahur. Tapi Adira tak ikut sibuk. Ia masih terlelap dalam tidurnya. Meski sudah dibangunkan berkali-kali tapi Dira masih tetap tertidur. Dengan sebal sekaligus jahil, anak laki-laki membangunkannya dengan memukul-mukul bambu dengan sangat keras. Dan akhirnya Dira terbangun juga. “Sahur ...Sahur...Sahuuuuuur !!!... Ayo dong neng bangun jangan tidur aja kaya kerbau. Hahaha.”
Akhirnya Adira terbangun dan melaksanakan sahur bersama yang lainnya. Waktu sahur telah habis. Mereka langsung menuju mushola untuk menunaikan ibadah shalat subuh. Sesampainya di mushola Rafa dan kawan-kawan langsung mengambil air wudhu. Ketika sedang berwudhu, Adira melakukan hal yang tidak terpuji. Adira sengaja menumpahkan segayung air ke badan Rista.
“Astaghfirullah.” Rista terkejut.
“Aaaw aku nggak sengaja, Ris.” Jawab Adira seenaknya.
“Waw basah ya bajunya?Maaf aku nggak sengaja haha makanya hati-hati neng.” Ujar Karina dengan gaya yang tengil.
Dengan sangat kesal Rista langsung menuju ke aula untuk mengambil baju cadangannya di tas. Tapi langkah Rista terhenti di tengah jalan. Ia lupa bahwa jalan menuju aula sangat gelap dan ia takut dengan kegelapan. Dengan rasa takut dan terpaksa Rista pun melanjutkan langkah kakinya menuju aula. “Ayo lah Rista, kamu pasti bisa. Bismillah.” Ia terus menyemangati dirinya sendiri.
*****
Hari minggu telah tiba. Dan acara di sekolah telah selsai. Ini waktunya beristirahat di rumah. Tapi Rafa selalu memanfaatkan waktu senggangnya untuk hal-hal yang berguna. Karena esok hari adalah hari Raya Idul Fitri, jadi Rafa membantu bunda dan ayahnya untuk membereskan rumah. Rafa mengecat dinding dan pagar di depan rumah dengan nuansa ungu dan putih karena keluarga Rafa sangat menyukai warna tersebut. Bagi mereka warna ungu itu melambangkan ketenangan dan ketegaran hati. Dengan teliti dan hati-hati Rafa mengecat semuanya. Setelah selsai mengecat dinding dan pagar depan rumahnya yang sangat luas itu Rafa beristirahat sejenak sambil mengobrol dengan kedua orang tuanya. Tak terasa pukul 17.00 telah tiba. Bunda langsung ke dapur untuk memasak. Sedangkan ayah dan Rafa sedang bersantai di teras.
“Nak, kita jalan-jalan naik sepeda yuk sambil menunggu adzan magrib!!.” Ajak ayah.
Rafa mengangguk dan segera mengambil sepeda di garasi. Mereka berdua pun asik bersepeda mengelilingi komplek.
Ketika sedang di jalan tiba-tiba handphone ayah berbunyi. Ternyata ayah dan Rafa diminta untuk segera pulang ke rumah. Karena di rumah ada kakak dari ayah Rafa.
Sesampainya di rumah, Rafa sangat kaget melihat kedatangan bu’de.
“Assalamu’alaikum.” Salam Rafa ketika sampai di rumah.
“Wa’alaikum salam. Hai Raf, Piye kabare? Gagah banget keponakanku iki.” Sambut bu’de dengan wajah yang sangat gembira. Mereka sudah 5 tahun tidak saling bertemu, karena bu’de bekerja di Prancis.
“Apik-apik ae. Bu’de piye??Wis lawas yo ra ketemu.” Rafa mencium tangan bu’de.
“Kabare bu’de yo apik nemen,saiki opo meneh hehehe.”
Jam dinding telah menunjukkan pukul 18.07 dan adzan magrib pun telah dikumandangkan di mesjid.
“Alhamdulillah. Ayo kita berdo’a dulu!!.” Ajak ayah Rafa.
Setelah selsai berbuka puasa, shalat magrib,shalat isya dan shalat tarawih bersama, mereka pun langsung bercerita-cerita tentang pengalaman. Tiba-tiba bunda menyimpang dari pembicaraan.
“Yah, kita kan belum membeli pakaian dan barang-barang untuk lebaran yang akan datang besok.”
“Ya sudah kalau begitu ayo kita belanja.” Ajak ayah dengan semangat.
Dan mereka segera bersiap-siap untuk belanja.
Setibanya di tempat belanja bunda langsung menuju ke tempat pakaian dan yang lain pun mengikuti. Bunda, ayah dan bu’de sedang sibuk memilih-milih pakaian, sedangkan Rafa malah sibuk memijit-mijit handphonenya.
“Nak, kamu tidak memilih-milih pakaian untuk digunakan besok?? Malah sibuk memijit-mijit handphone. Ada apa gitu?.” Tanya bunda sambil melihat handphone Rafa.
”Iya sebentar. Aku sedang membalas sms dari teman-temanku.” Jawab Rafa.
“Teman atau teman? Hayoo”. Bunda bertanya kepada anak semata wayangnya itu sambil bercanda. “Te..te..teman,Nda.” Jawab Rafa gugup.
Setelah selesai belanja mereka melanjutkan perjalanan ke rumah makan yang ada di sekitar Serang. Sesampainya di rumah makan, meraka segera memesan makanan. Setelah mengganjal perut mereka pergi menuju pesantren tempat ayah Rafa mengajar untuk membagikan sarung kepada santri-santri yang tidak bisa merayakan Idul Fitri bersama keluarganya.
Tepat pada pukul 12 malam, Rafa tidak bisa tidur bahkan dia masih sibuk berdo’a dan menumpahkan semua air matanya di tempat ia bersujud. Ia sangat bersyukur karena masih bisa melaksanakan puasa sebulan penuh dan masih diberi umur hingga saat ini.
“Alhamdulillah,terimakasih Ya Allah, Kau telah memberikan rizki dan hidayah kepadaku dan keluargaku hingga saat ini. Allahhu akbar,Allahu akbar,Allahu akbar, La Ilaha Illalahu Allahu akbar, Allahu akbar walillahilham.” Rafa terus mendendangkan takbir di tengah malam yang sunyi itu.
*****
Pukul 05.00 pun tiba. Bunda dan bu’de sibuk di dapur mempersiapkan sarapan hari ini dan menyiapkan hidangan untuk nanti makan bersama setelah menunaikan shalat Idul Fitri. Rafa bersama ayah telah menuju ke mesjid di dekat rumah untuk bertakbir bersama,mereka berangkat sejak pukul 05.30.
Shalat Idul Fitri dimulai pada pukul 07.00.
Setelah shalat selsai, Rafa sekeluarga bersalam-salaman dengan orang-orang di sekitar mereka. Rafa dan keluarga pun sampai dirumah. Karena keluarga Rafa berasal dari jawa maka ada tradisi sungkeman untuk meminta maaf kepada orang yang lebih tua.
Rafa segera mendekati bundanya. Lalu Rafa bersujud di kaki orang tuanya itu. Ia meminta maaf hingga meneteskan air matanya. “Bunda, maafkan aku. Aku hanya anakmu yang hanya bisa membebanimu. Tapi aku janji aku akan membahagiakanmu. Love you mom.” Lalu Rafa pindah bersujud di kaki ayah yang telah mendidiknya selama 15 tahun. “Ayah, aku minta maaf atas sikapku yang terkadang membuat ayah kesal. Ayah maafkan aku juga jika aku belum bisa membanggakanmu.”
“Kamu sudah sering membuat ayah bangga ko’. Terus harumkan nama keluarga kita yo tolek.” Ayah mengelus kepala Rafa dengan penuh kasih sayang. Dan Rafa sangat bersyukur karena ia masih bisa merayakan Hari Raya Idul Fitri bersama keluarganya di tahun ini.
*****
Handphone Rafa berbunyi terus-menerus banyak yang memberikan ucapan-ucapan. Tapi ucapan yang paling spesial adalah dari Rista dan Nida.
“Assalamu’alaikum ka !! maafkan kesalahan-kesalahan aku yah. Minal ‘aidin walfaizin. Kakak ke rumah aku dong silaturahmi juga sama keluargaku.”
Isi sms dari Nida.
Tak lama kemudian Rafa berpamitan kepada orang tuanya untuk pergi ke rumah Nida.
Ketika sedang diperjalanan Rafa bertemu dengan teman-temannya yang sedang mengunjungi sanak keluarga mereka.
“Hey, Raf, Minal’aidzin walfa’idzin ya, maaf kalau aku punya salah.” Ucap Dimas.
“ Iya. Maafkan aku juga yah bro!!.” Jawab Rafa sambil berjabat tangan dengan Dimas. Lalu ia juga berjabat tangan dengan beberapa teman yang sedang bersama Dimas.
Ketika sampai di rumah Nida, Rafa langsung disambut oleh keluarga Nida.
“Assalamu’alaikum.” Sapa Rafa pada semua yang ada di rumah Nida.
“Wa’alaikum salam,Kak.” Nida menjawab salam Rafa sambil membukakan pintu untuk Rafa.
“Minal’aidzin walfa’idzin, De’. Maafin kesalahan-kesalahan kakak ya !!” Rafa meminta maaf sambil mengelus kepala adik yang paling ia sayang itu. Nida pun membalas dengan senyuman manja. Karena Nida tak mempunyai kakak, maka sungguh bahagia ia saat Rafa bisa menjadi kakaknya. Walaupun tak sedarah tapi satu hati dan satu keyakinan. Rafa dan Nida sama-sama anak semata wayang dari keturunan keluarga terpandang.
*****
Setelah beberapa hari libur dan tak bertemu teman-teman, Rafa pun merasa jenuh jika terus-terus berdiam diri di rumah. Akhirnya muncul ide di kepala Rafa. Ia ingin mengajak anggota Osis yang tidak mudik untuk jalan-jalan ke suatu tempat. Setelah mendapat ide itu, Rafa langsung memberitahukan dan meminta pendapat Pak Dani. Pak Dani pun setuju dengan usul Rafa dan beliau pun langsung memberikan informasi tersebut kepada Fiana agar disampaikan kepada anggota Osis yang lain. Setelah informasi itu tersebar maka anak-anak Osis pun berkumpul di sekolah dan menyusun acara untuk besok hari.
Rafa memberikan usul “Bagaimana kalau kita berlibur di Pantai Anyer ???.”
“Ok, Raf. Aku setuju.” Ujar Fiana. Dan yang lainnya pun ikut menjawab seperti Fiana.
*****
Hari ini Rafa dan kawan-kawan sedang bersiap-siap untuk menikmati panorama pantai ciptaan Sang Khalik. Rafa dan Pak Dani pun mulai sibuk menyusun semuanya. Sedangkan Nida malah asik bersenda gurau bersama Fiana dan Rista.
Tiba-tiba Rafa datang .“eeeeh adikku ko’ malah asik bercanda sih?Nggak ngajak-ngajak lagi.”
“Ihh kakak nih mau ikutan kita-kita aja. Ikhwan ya sama ikhwan dong bercandanya. Huuuh.” Sorak Nida.
“Iya sih yang akhwat tuuuuh. Beruntung ya kalian bisa jadi perhiasan termegah dan termahal di dunia, jaga diri kalian baik-baik yah karena ketika kalian keluar satu langkah dari rumah kalian tuh dihiasi oleh para syaitan yang bisa menggoda iman para lelaki.” Jelas Rafa dengan logat khas Jawanya.
“Njeh, njeh. Kita sadar akan hal itu.”
Lalu Rafa dan kawan-kawan berkumpul di halaman sekolah untuk berlibur ke pantai Anyer. Suasana gaduh pun dimulai. Anak laki-laki sibuk membawa barang-barang ke bis sedangkan anak perempuan asik dengan celotehan-celotehannya.
“De, tolong Bantu kakak bawakan tas kakak dong !!.” Ujar Rafa.
“Siiiip,Kak”.Jawab Nida sambil membawakan tas Rafa.
Selama di perjalanan banyak pengalaman-pengalaman yang diceritakan Pak Dani dan teman-teman. Pokoknya tak ada waktu yang terbuang sia-sia.
Setelah 2 jam menempuh perjalanan, akhirnya kami tiba.
“Alhamdulillah yah,kita telah sampai di Pantai Anyer. Hehehe.”
“Alah gayamu lek. Koyok Syahrini ae.”Rafa mengkomentari ucapan Danu menggunakan bahasa Jawa.
Yang lain menjadi bingung karena tak mengerti apa yang diucapkan oleh Rafa ketika Danu berbicara ala Syahrini. Rafa menjelaskan arti dari ucapannya tadi dan yang lain pun mendengarkannya dengan seksama.
“Ooooh begitu toh artinya.” Ujar Fiana orang Padang asli.
“Iyo bagito. Upss maaf kalau salah.”
“Udah sih kalau ndak mudeng ra usah sok gitu deh.”
“Nyoba kan nggak ada salahnya. Iya toh?”
“Ahaha sekarepmulah.”
Rafa kerap menggunakan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-harinya. Ia dibesarkan di Daerah Istimewa Yogyakarta yang ciri khasnya Gudeg Yogya dan masih banyak lagi.
Mereka sibuk berfoto-foto di tepi pantai dengan berbagai gaya. Ada yang memesan es kelapa di dekat pantai, ada yang bersenda-gurau di depan Villa. Sementara itu, Rafa dan Pak Dani sibuk membangun tenda di dekat Villa. Tujuannya agar anak-anak mudah diawasi dan tempatnya juga nyaman. Yah walaupun hanya tenda tapi nyaman untuk dipakai beristirahat dan melepas lelah setelah seharian tertawa gembira bersama teman.
“Hey, anak-anak tolong bantu Bapak dan Rafa dong!! Nyantainya nanti saja setelah semua selesai.” Teriak Pak Dani.
Semuanya pun langsung menghampiri dan membantu membangun tenda untuk mereka beristirahat. Walaupun disitu ada Villa tapi Pak Dani dan Bu Virni mengajarkan kesederhanaan.
Setelah selesai membangun tenda, Bu Virni bertanya “Capek ya,Nak? Tahu nggak kenapa kita menginapnya di tenda bukan di Villa?.”
“Hmmm.” anak-anak berfikir.
“Aha aku tahu Bu.” Jawab Nida riang. Anak-anak langsung menoleh ke arah Nida.
“Apa hayoooo jawabannya?.”
“Hm begini, alasan Bu Virni dan Pak Dani mengajak kita menginap di tenda itu agar kita hemat dan agar kita merasakan penderitaan orang-orang yang tak memiliki tempat tinggal. Betapa beruntungnya kita masih bisa tinggal di dalam rumah walaupun sederhana. Daripada orang-orang yang hidup di jalanan, setiap hari mereka hanya tidur di atas koran atau kardus. Begitu pendapatku, apa pendapatmu? Hehe.”
“Waaah.... Hebatnya kamu,Nid.” Bu Virni kagum dengan jawaban Nida.
“Oya dong Bu. Siapa dulu yang ngajarin? Rista gitu loh. Hihihi.”
Malampun tiba, anak-anak sibuk mengaji terlebih dahulu di dalam tenda. Setelah selesai Mereka langsung ke depan Villa untuk makan bersama. Pak Dani telah mempersiapkan daging ayam untuk dibakar sementara Bu Virni sibuk memasak nasi di samping tenda. Hmm harum ayam bakarnya telah tercium hingga tenda karena pada saat itu anginnya bertiup kencang.
“Hm.. ayam bakar, ayam bakar Danu Dina.”
Semuanya tertawa lepas setelah mendengar ucapan Danu.
“Hahaha sekarang bukan ayam goreng Upin Ipin lagi, tapi ayam bakar Danu Dina.”
Acara makan malam telah usai, lalu dilanjutkan dengan acara mengemukakan pendapat selama bersekolah di SMPN 10 Kota Serang. Anak-anak Osis tentu memiliki daya serap yang sangat hebat maka dari itu ketika Pak Dani mengumumkan acara tersebut mereka sangat berantusias untuk mengemukakan pedapat masing-masing. Akan tetapi kesempatan untuk mengemukakan pendapat yang pertama jatuh kepada Rafa karena dia seorang ketua dari organisasi tertinggi di sekolah.
“Hmm ya menurutku SMPN 10 Kota Serang yang kita cintai ini telah membawaku dari masa kelabu menuju masa yang baru. Dan disini aku telah mendapatkan segudang ilmu dan pengetahuan terutama sejak aku menjabat sebagai ketua Osis. Bagi generasi selanjutnya tolong angkat terus derajat sekolah kita ini, banggakan dan buat semua orang terpesona akan sekolah kita.” Pendapat sang ketua Osis.
Setelah ngalor ngidul mengobrol tak terasa pukul 12 malam pun tiba. Dengan mata yang memerah perlahan-lahan mereka mengajak yang lainnya untuk beristirahat.
“Hoooammm ngantuk nih.” ujar Nadin.
Lalu Bu Virni mengajak kami semua untuk masuk tenda masing-masing. Semua anak-anak menurut, tetapi tidak dengan Rista. Ia merasa tidak nyaman dan tidak enak perasaan. Bu Virni meminta Rista untuk menceritakan perasaan yang sedang dirasanya, tapi Rista enggan menjawab, ia langsung pergi ke dalam tenda tanpa sepatah kata terlontar dari bibir mungilnya. Diam-diam ada dua orang yang mengintip aktivitas Rista sejak tadi sore. Ketika semua lengah, Rista di bawa menggunakan mobil Jeep oleh dua orang penculik itu. Saat itu Rista tidur di tenda paling kanan. Anehnya ketika Rista di bawa keluar tenda, tak ada yang melihat atau mendengar jeritannya. Mungkin karena semuanya telah terlelap kelelahan.
Semua orang di tenda putri terkejut ketika Rista tak ada di tenda lagi.
Mereka saling bertanya-tanya. Seisi tendapun heboh,semuanya terbangun dari buaian mimpi. Malam itu terasa sangat dingin tapi anak-anak dan para guru tetap mencari Rista. Di tepi pantai tak ada,di Villa tak ada,di sekitar tenda tak ada dan di aula juga tak ada.
“Ya Allah kemana Rista? Aku sangat khawatir padanya. Berilah aku petunjuk untuk menemukannya.” Gerutu hati Rafa.
“Raf, aku takut Rista kenapa-kenapa.” Ujar Fiana sambil menarik jaket yang dipakai Rafa.
“Aku juga takut, Fi. Tapi kita do’akan semoga Rista nggak baik-baik saja dan ayo kita cari dia lagi.”
“Oh iya, nomor handphone dia aktiv nggak?”
“Udah nggak aktiv dari 1 jam yang lalu.” Tiba-tiba Nida datang dan menangis tersedu-sedu. “Hiks hiks hiks... Kakak !!”
“Apa De’? kok nangis?”
“Kak Rista kemana? Aku takut.”
“Udah jangan nangis, lebih baik berdo’a.”
“Ya udah kita shalat tahajud yuk!!” Ajak Fiana.
Setelah berjam-jam mencari tapi tak menemukan sosok gadis yang berparas cantik itu. Akhirnya Pak Dani dan guru-guru memutuskan untuk melaporkan kejadian ini kepada polisi setempat dan orang tua Rista.
Anak-anak menangisi Rista, tak terkecuali Rafa. Walaupun Rafa terkenal sangat cuek, tapi hati ia luluh ketika mengetahui wanita yang mengisi hatinya selama ini tak bersamanya lagi. Rafa sangat khawatir sampai-sampai ia tak memikirkan yang lain. Hanya Rista,Rista dan Rista. Rafa sangat takut kehilangan Rista karena hanya dia yang dapat mencairkan hati Rafa yang beku walaupun Rafa tak mengucapkan kata-kata itu kepada Rista. Karena baginya itu tak penting diketahui orang lain dan rasa kagum jika diungkapkan akan melebar kemana-mana.
Orang tua Rista langsung datang ke lokasi. Ibunda Rista langsung mencari Rafa “Rafa... Rafa... Rafa dimana kamu,Nak??.”
Rista adalah anak ke-2 dari 3 bersaudara tapi sayang kakak Rista meninggal karena kanker otak pada usia 12 tahun dan adik Rista berumur 13 tahun saat ini dan Muhammad Zaidan Maulana namanya, tapi ia tinggal di Pesantren Modern La’tantsa di Rangkas, jadi hanya Rista satu-satunya anak Pak TB.Dicha Pramudia dan Ibu Ana Farida Rahmawati. Ayah Rista seorang Walikota Kota Serang dan Ibunya seorang anggota DPRD Banten. Rista terlahir dari orang tua yang kaya raya dan menurut polisi itu salah satu penyebab terjadinya penculikan ini.
“Bu, jangan menangis terus. Anak ibu sebentar lagi ketemu tapi Ibu harus tegar dan terus berdo’a.” Ujar polisi di Polsek Anyer.
Sudah dua hari Rista belum ditemukan. Anak-anak telah pulang dari Anyer, begitupun Rafa. Semenjak Rafa kembali ke rumah ia tak mau makan sedikitpun,di fikirannya selalu ingat Rista “Bagaimana Rista sekarang? Sedang apa dia disana?Ya Allah lindungilah sahabatku itu. Jaga dia dari marabahaya.”
Polisi terus berusaha menemukan Rista. Mencari setiap saat namun belum juga ditemukan. Akhirnya, setelah tiga hari menghilang Rista ditemukan di sebuah Villa kosong . Ia sama sekali tak berdaya karena 3 hari menahan lapar dan dahaga.
“Alhamdulillah Ya Allah, Engkau telah mengabulkan do’aku.” Sambil menahan air mata Ibunda Rista memeluk Rista. Rafa ikut menjemput Rista di Polsek Anyer dan hati Rafa sangat bahagia ketika ia bisa menatap wajah Rista. Saat itu wajah Rista terlihat sangat pucat.
“Ternyata penyebab anak Ibu dan Bapak diculik adalah faktor dendam. Seseorang mengawasi gerak-gerik anak Bapak dan ketika anak Bapak lengah sang penculik beraksi. Ia membawa Rista ke Villa kosong untuk menceritakan mengapa ayahnya bisa menjadi seorang Walikota dan mengapa ketika pemilu suara Pak Dicha sangat tinggi?ia tak terima dengan semua itu makanya menculik anak Bapak dan ia ingin memeras harta kekayaan Bapak.” Penjelasan dari Kapolsek Anyer.
“Siapa dia?Mengapa ia seperti itu?.”
“Beliau adalah Pak Subagyo, calon Walikota Serang yang tak terpilih.”
“Astaghfirullah jadi ini balasan dari semua kebaikanku terhadapnya?”
“Sudahlah,Pah. Yang penting Rista telah ditemukan.”
Setelah peristiwa itu terjadi Pak Dicha meminta Rafa untuk menemani Rista setiap saat, khususnya ketika Rista pergi dan pulang sekolah. Ayah Rista meminta agar Rafa mengantar dan menjemput Rista setiap hari. Rafa tak keberatan sedikitpun dengan permintaan Pak Dicha. Sebagai anak laki-laki ia harus bisa menjaga teman-teman perempuannya terutama Rista. “Oke Pak. Aku siap menjalankan perintah Bapak dengan senang hati.”
“Nah itu baru calon menantu yang buaiiik hehehe.”
“Aamiin Ya Allah.”
“Udah ihh ada yang senyum-senyum sendiri tuh jadinya.” Sambung ibunda Rista.
“Ihh apaan sih mamah..” Rista tersipu malu. Sorotan matanya tak bisa menutupi perasaan di hatinya.
Setiap pagi dan siang hari Rafa mengantar Rista ke rumahnya di perumahan elit di sekitar Kota Serang. “Assalamu’alaikum ukhti. Aku pulang dulu yah. Besok akan ku jemput lagi kau di pelantaran pintu rumah hehehe.” Rafa berpamitan sambil mengajak Rista bercanda. “Wa’alaikum salam. Ahhh gayamu puitis banget sih? Bikin aku dag dig dug hehe. Hati-hati yah di jalan, besok aku tunggu kamu lagi di istana miniku.”
Tak henti-henti Rista tersenyum.
Satu bulan kemudian. . .
Keluarga Rista jatuh miskin, karena ayahnya ditipu seseorang yang mengajak bisnis tetapi malah mengambil semua harta dan aset-aset milik Pak Dicha. Rista sangat sedih. Ayahnya dipenjara karena dituduh penipu, tetapi sebenarnya ia yang ditipu. Rista hanya tinggal bersama ibundanya.
“Mah, mengapa kita mendapat cobaan seperti ini?.”
“Sabar, Nak. Mamah juga sangat sedih tapi inilah hidup. Harus tetap kita lalui walaupun badai menerjang.”
Setelah ayah Rista dipenjara,rumah mewah lenyap,kendaraan hilang dan uang hanya tersisa 50.000 rupiah. Akhirnya ibunda Rista banting stir menjadi seorang penjual kue dengan modal 50.000 rupiah dan mereka tinggal di rumah kosong milik Pak Raden Rizal Cahyo Anwar Seto Diningrat. Setiap hari selalu ada yang menghina Rista dan bundanya. Terkadang hatinya geram tapi sedih. “Mengapa papah bisa tertipu? Mengapa papah harus dipenjara padahal ia tak salah?Mengapa ini terjadi pada keluargaku Ya Allah???” Jeritan hati Rista.
Setelah beberapa minggu akhirnya Pak Dicha dibebaskan karena tidak terbukti bersalah dan ekonomi keluarga Rista mulai stabil walaupun tak ada istana mewah,mobil mewah dan harta berlimpah.
Tiga bulan kemudian....
Hari pertama Ulangan Akhir Semesterpun tiba. Matematika dan Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah mata pelajaran pembuka di UAS SMPN 10 Kota Serang. Hari pertama berjalan dengan lancar, karena Rafa telah mempersiapkan diri dari hari-hari sebelumnya. Ketika sedang berjalan di depan kelas Rafa bertemu dengan Bu Dian “Assalamu’alaikum.”
“Ehh Rafa, wa’alaikumsalam. Bagaimana tadi soal-soalnya? Mudah bukan?” Bu Dian tersenyum sambil mencubit tangan Rafa.
“Wah Bu, soalnya sangat mudah tapi untuk menjawabnya harus memeras otak. Hehe.”
Setelah satu minggu menghadapi UAS, akhirnya pembagian rapor tiba dan khusus untuk kelas 9 yang harus mengambilnya adalah orang tua siswa. Rafa, Rista dan kawan-kawan 9a sangat penasaran “Siapakah pemenangnya?” ujar Rista.
“So pasti Rafa. Karena dia itu perfect dan multitalent.” Adit menjawab pertanyaan Rista dengan gurauan.
“Ahh kamu ini, Dit. Bikin aku jadi melayang.” Rafa menjawab dengan singkat.
“Melayang terbang ke awaaan nananana.” Adit menyanyikan sebuah lagu milik Ungu Band.
“Weh, suara kaya kaleng kerupuk gitu aja di pamerin. Hihihi peace, Dit.” Sambung Rista.
Setelah bersenda-gurau akhirnya pengumuman dimulai.
“Peringkat 5 diduduki oleh si ganteng, Aditya Wijaya, di peringkat 4 diduduki oleh Fiana Maha Suci, di peringkat 3 ada si manis, Raihan Triwibowo, peringkat 2 diraih dengan total nilai 1226 oleh si cantik nan imut, Rista Fakhirahani Pramudia dan peringkat 1 diraih dengan total nilai 1227 oleh si pemilik nama terpanjang di kelas ini,Raden Rafa Fakhrizal Anwar Seto Diningrat.” Wali kelas 9a menyebutkan peringkat 5 sampai 1.
“Prok...prok .. prok” Semua berbahagia.
“Ibu sangat bangga dengan anak-anak 9a. Kalian kompak, cerdas dan perhatian kalian luar biasa. Ibu sangat senang menjadi wali kelas 9a. Ibu bangga, Nak. Kalian sudah seperti keluarga ibu, kalian ada setiap saat untuk ibu dan teman. Pokoknya student 9a is the best for me and for all. Oh iya hampir lupa, Rafa dan Rista total nilainya hanya beda 1 angka, kalian berdua benar-benar hebat. Teruslah bersaing dengan sportif anak-anakku!” Pesan dan kesan dari Bu Dian.
Suasana di kelas menjadi hening. Semuanya meneteskan air mata, tak terkecuali orang tua siswa 9a.
Sebagai KM Rafa beranjak dari tempat duduk menuju meja guru untuk mewakili 9a menyampaikan sepatah kata “Assalamu’alaikum Bu Dian, wali murid dan teman-teman saya disini mewakili teman-teman untuk menyampaikan ucapan terimakasih kepada Bu Dian yang telah membimbing kami selama setengah tahun, wali murid yang telah manyisihkan waktu untuk berkumpul disini dan teman-teman yang telah berusaha semaksimal mungkin untuk membanggakan dan mengharumkan kelas 9a. Saya dan teman-teman merasa sangat bahagia hari ini. Semoga kebahagiaan ini tak hilang begitu saja.”
Empat bulan kemudian. . .
Ujian Nasional tiba. Inilah saat yang paling menegangkan tetapi ini juga saat yang paling membahagiakan.
“Bismillahirrahmanirrahim. Semoga hasil belajarku selama 3 tahun di sekolah ini tak sia-sia, Ya Allah. Semoga nilaiku tak mengecewakan orang tua dan guru-guru yang telah membimbingku hingga saat ini.” Do’a Rafa sebelum menjawab soal-soal Ujian Nasional tahun pelajaran 2011/2012.
Setelah 4 hari bertempur dangan soal-soal UN 2011/2012 perasaan Rafa menjadi lebih tenang.
Kamis, 3 Mei 2012 adalah hari yang ditunggu-tunggu siswa SMP di seluruh Indonesia karena hari ini adalah pengumuman kelulusan.
“Ya Allah, semoga aku tak mengecewakan orang-orang yang menyayangiku.” Do’a Rafa sebelum melangkahkan kaki dari rumahnya.
Pukul 10.00 WIB tiba. Inilah saatnya kertas kelulusan diberikan kepada orang tua siswa.
“Raf, yakinlah bahwa kamu lulus. Optimis, Nak.” Nasehat ayah Rafa sebelum membuka amplop yang berisi kertas kelulusan. Rafa sangat deg-degan dan akhirnya kertas itu dibuka “Alhamdulillah, Nak. Kamu lulus sayang.” Rafa sangat bahagia dan terus dipeluk ayahnya bahkan ia sampai meneteskan air mata. Tak sia-sia perjuangan Rafa selama ini. Selain shalat 5 waktu, ia juga rajin puasa sunnah senin dan kamis,shalat sunnah tahajud dan dluha serta tentunya belajar setiap hari walaupun aktivitasnya sangat padat. Pagi hari sampai pukul 13.00 WIB belajar di sekolah, setelah itu belajar tambahan di guru privat sampai pukul 16.00,lalu ia harus mengaji sampai adzan magrib tiba, setelah itu ia belajar dan tengah malam ia harus bangun dari lelapnya tidur untuk shalat tahajud dan belajar, begitu setiap hari.
Hari ini saatnya geladibersih untuk acara “Penglepasan Siswa Kelas 9 Tahun Ajaran 2011/2012”. Rafa dan Rista menjadi pengantin adat karena jumlah nilai mereka tertinggi di SMPN 10 Kota Serang. Rista terlihat sangat anggun dengan kebaya modern khas Yogyakarta dan Rafa terlihat gagah dengan kebaya modern khas kota gudeg,Yogyakarta dan menggunakan blangkon.
“Wah, luar biasa. Baru geladibersih saja sudah khusu seperti ini.” Ujar Raihan ketika mengikuti geladibersih hari ini. Air mata bercucuran ketika prosesi upacara adat dimulai.
Sabtu, 19 Mei 2012, inilah saat yang di tunggu-tunggu semua siswa SMPN 10 Kota Serang.
“Raf, aku nggak mimpi kan?Aku sangat bahagia hari ini meski hati kecilku menangis karena akan berpisah dengan teman-teman tapi aku sangat bahagia karena dihari ini aku bisa mendampingimu sebagai pengantin adat dan semua bahagia.” Rista bertanya kepada Rafa.
“Kamu nggak mimpi kok, kalau nggak percaya aku cubit nih. Hehe.”
“Ihh Rafa. Aku serius.”
Acara Penglepasan Siswa Kelas 9 dimulai. Diawali dengan prosesi upacara adat yang dipimpin oleh Kepala Sekolah. Semua siswa kelas 9 memakai pakaian adat.
Rafa dan Rista disambut dengan hangat, mereka bagaikan raja dan ratu sehari. Rafa terlihat sangat tampan dengan balutan kebaya modern khas kota pelajar,Yogyakarta dan Rista memakai kebaya modern khas Yogya berwarna ungu. Mereka begitu serasi dan mempesona. Tentunya menjadi pusat perhatian siswa yang lain.
“Subhanallah, cantik dan ganteng banget nih dua sahabatku. Semoga aku bisa melihat kalian seperti ini ketika kalian menyatukan janji suci nanti.” Ucap Adit dalam hati.
“Wkwkwk makasih ya sobat. Tapi kalau mengucap janji suci itu mah masih lama kali. Tapi do’akan saja hehe.” Rista terlihat sangat bahagia kala itu.
Acara berjalan dengan lancar. Suasana khidmat mulai terasa sejak awal prosesi upacara adat. Ketika Fiana membacakan puisi yang berjudul perpisahan seperti ini :
Perpisahan telah diambang mata
Di SMPN 10 Kota Serang ini kita pernah bersama
Melewati hari penuh canda tawa
Meski terkadang ada duri menusuk duka
Hingga terbitkan tangisan jiwa
Di SMPN 10 Kota Serang ini kita pernah searah
Bulatkan tekad demi cita-cita
Meski sejenak langkah terhenti saat realita menguji diri
Kini saat persimpangan itu
Menghadang jalan kita
Ada jalan yang harus kita urai
Ada cerita yang harus kita rangkai
Meski tersirat rasa berat
Tapi.....
Jalan hidup harus tetap dilalui
Dan hanya 1 ucapan yang selalu berdendang sebagai pertanda berakhirnya sebuah kisah
Tetaplah jadi kebanggaan
Bagi serpihan kisah panjang kita
Semoga suatu hari nanti tangan takdir ‘kan pertemukan kita kembali dalam ruang dan rasa yang sama
Seperti saat kita masih bersama
Selamat jalan para sahabatku
Terimakasih atas hari-hari yang tak tergantikan itu
Selamat jalan para sahabatku
Dan ingatlah saat engkau tersandung nanti ada hati yang ‘kan selalu merindukanmu disini
Aku sangat mencintaimu sobat
suasana menjadi hening dan air mata berjatuhan di wajah mereka. Kata-kata Fiana begitu menyayat hati. Hari itu perasaan Rafa bercampur aduk. Ia bahagia karena bisa menjadi juara 1 di kelas juga di SMPN 10 Kota Serang dan ia juga bahagia karena bisa menjadi pengantin adat di prosesi upacara adat yang dilaksanakan tadi.
“Hay,Raf. Selamat yah bisa menjadi nomor 1 di sekolah ini. Pokoknya kamu dan Rista is the best .” Sapa Adit ketika bertemu dengan Rafa usai acara.
“Ah lebay deh. Tapi makasih yah ucapannya.” Jawab Rafa sambil tersipu malu.
Setelah acara benar-benar selesai, Rafa dan Rista bertukar kado dan surat. Rafa memberi sebuah tasbih putih untuk Rista serta sepucuk surat yang berisi: Ukhti Rista, jangan pernah lupakan aku meski kita sudah tak satu sekolah. Jaga dirimu baik-baik, ambilah pelajaran dari pengalaman-pengalaman kita dan jangan lupa shalat 5 waktu harus tetap berjalan. Semoga nanti kita bertemu di singgahsana.
Dan ternyata Rista juga memberi sebuah tasbih puih dan album foto yang berisi kenangan-kenangan bersama anak-anak “COMSEA” yang artinya Community Sembilan A. Rista juga memberi seuntai kata untuk Rafa yang berisi :Akhi, kau sahabatku yang paling setia. Kau bagai pelangi saat hatiku mendung. Jangan lupakan aku dan kenangan bersama sahabat di kelas 9a. Tetaplah menjadi kebanggaan dan semoga kita bertemu lagi di pelantaran pintu surga Firdaus Aamiin..
Setelah bertukar kenang-kenangan mereka mereka berkumpul dengan anak-anak 9a. Lalu mereka menangis bersama.
“Jangan menangis berlebihan. Masa lalu jadikanlah kenangan dan masa depan jadikanlah harapan !! Aku tahu memang berat rasanya berpisah dengan kalian tapi yakinlah suatu saat nanti kita akan bersama lagi. Tetap semangat kawan !! Banggakan dan harumkan nama sekolah kita. Ini adalah perpisahan yang indah.” Dengan bijak Rafa mengelus bahu teman-temannya. Mereka berpisah dan melanjutkan pendidikan di SMA pilihannya masing-masing. Rafa di SMAN 1 Kota Serang dan Rista di SMAN 2 Kota Serang. Sungguh perpisahan yang sangat indah. Banyak pelajaran yang diterima Rafa dari pengalamannya sebagai siswa SMPN 10 Kota Serang dan sebagai ketua Osis priode 2011/2012.
Selesai
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !