KALIMAT
A. Pengertian Kalimat (menurut beberapa ahli)
2. AA. Foker : Ucapan yang mempunyai arti penuh dan turunnya suara menjadi ciri sebagai batas keseluruhan.
3. Goros Keraf : Bagian ujaran yang didahului dan diikuti kesenyapan, sedangkan intonasi menunjukan bahwa bagian itu sudah lengkap.
4. M. Ramlan : Satuan gramatik yang dibatasi adanya jeda panjang disertai nada akhir turun atau naik.
5. Jos Daniel Parera : Sebuah bentuk ketatabahasaan yang maksimal yang tidak merupakan bagian dari sebuah konstruksi ketatabahasaan yang lebih besar dan lebih luas.
6. Harimurti Kridalaksana : Satuan bahas yang secara relatif berdiri sendir, mempunyau pola intonasi final dan secara aktual maupun fotensial terdiri datri klausa.
Dari keenam pendapat ahli di atas, dapat kita simpulkan bahwa kalimat ialah ucapan atau tulisan yang memiliki intonasi final, fikiran lengkap, segmental dan supra segmental. Dan dapat pula kita golongkan menjadi tiga kolongan, yaitu : yang menekan kepada kelengkapan pikiran, menekan kepada intonasi final, dan menekan kepada unsur segmental / suprasegmental.
Mansur Pateda berpendapat, bahwa untuk menentukan sebuah kalimat sebaiknya menggunakan tiga pendekatan, yaitu :
1. strukural, ( Tunggal, majemuk, berita, aktif, pasif, dan lain-lain)
2. formalitas, (adanya intonasi final), dan
3. fungsional. (minimal memiliki fungsi S dan P)
B. Ciri-Ciri Kalimat
1. memiliki pikiran lengkap,
2. memiliki intonasi final,
3. memiliki dua kata atau lebih,
4. memiliki unsur segmental / suprasegmental, dan
5. diawali huruf kafital dan diakhiri tanda baca.
C. Macam-Macam Kalimat dilihat dari Berbagai Sudut Pandang
1. Jumlah pola kalimat
a. Kalimat tunggal, yaitu kalimat yang terdiri dari dua unsur inti, yaitu S dan P. Boleh diperluas, selama tidak membentuk pola baru. Dengan kata lain, kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya memiliki satu S da satu P. Perhatikan contoh berikut.
Ibu saya
|
seorang pedagang.
| ||
S
|
P
| ||
Bapak
|
sedang tidur
|
di kamar.
| |
S
|
P
|
K
|
b. Kalimat majemuk, yaitu kalimat tunggal yang diperluas, sehingga membentuk pola baru. Kalimat majemuk dibagi menjadi :
1) Kalimat majemuk setara, yaitu gabungan dua buah kalimat atau lebih yang memiliki kesetaraan, seperti contoh berikut.
Bapak
|
berangkat
|
ke kantor
|
sedangkan ibu
|
mencuci
|
piring.
|
S
|
P
|
K
|
S
|
P
|
O
|
Kalimat tersebut merupakan gabungan dari dua kallimat tunggal, yaitu :
Bapak
|
berangkat
|
ke kantor
|
dan
|
Ibu
|
mencuci
|
piring.
|
S
|
P
|
K
|
S
|
P
|
O
|
2) Kalimat majemuk bertingkat (subordinatif), yaitu kalimat majemuk yang merupakan perluasan fungsi tertentu (anak kalimat) sehingga membentuk pola baru. Ibu melarang anak yang sedang bermain di sawah. Kalimat ini adalah salah satu contoh dari kalimat majemuk bertingkat, dengan memperluas fungsi obyek.
Ibu
|
melarang
|
anak
|
yang sedang bermain.
|
di sawah
|
S
|
P
|
S
|
P
|
K
|
O
|
Satu bentuk lagi kalimat majemuk yang tidak hangat dalam pengajaran Bahasa Indonesia, yaitu kalimat majemuk rapatan, yaitu kalimat majemuk yang menyembunyikan beberapa fungsi dalam satu fungsi (S atau P). Kami akan datang. Mereka sedang ditimpa musibah.
2. Jenis kata yang menduduki predikat
a. Kalimat verbal, yaitu kalimat yang predikatnya kata kerja/frase kerja (verba), seperti contoh berikut.
Adik
|
menangis.
|
Mahasiswa itu
|
Sedang membaca
| |
S
|
P(v)
|
S
|
P(v)
|
b. Kalimat nomina, yaitu kalimat yang predikatnya diduduki oleh jenis kata aatau frase non verba (nomina).
Dia
|
seorang guru.
|
Pemuda itu
|
sangat tampan.
| |
S
|
P(n)
|
S
|
P(n)
|
3. Bentuknya
a. Kalimat sempurna, yaitu yang minimal mempunyai S dan P.
Tuti sedang menyambal.
b. Kalimat tak sempurna
1) kalimat elipsis, yaitu kalimat yang yang menghilangkan atau menyembunyikan fungsi S atau P. Kalimat ini biasanya terdapat dalam bentuk dialog. Perhatikan contoh berikut.
a) Pergi !
b) Silakan makan !
c) Ke Jakarta.
d) Cari contoh-contoh lain untuk pengayaan !
2) Kalimat inversi, yaitu kalimat yang susunannya terbalik.
Karena tertembak,
|
matilah
|
dia.
|
Lapar
|
saya.
| |
K
|
P
|
S
|
P
|
S
|
4. Peran subyek
a. Kalimat aktif, yaitu kalimat yang subyeknya melakukan pekerjaan, terdiri dari :
1) Kalimat aktif transitif, yaitu kalimat aktif yang memiliki atau membutuhkan obyek.
Ibu
|
memasak
|
nasi
|
Bapak
|
Sedang makan
| |
S
|
P
|
O
|
S
|
P
|
2) Kalimat aktif intransitif, yaitu kalimat aktif yang tidak memiliki obyek atau tidak memerlukan obyek. Kalimat ini walaupun diperpanjang, tidak akan memiliki obyek.
b. Kalimat pasif, yaitu kalimat yang subyeknya dikenai pekerjaan. Contoh : Nasi dimakan adik. Secara gramatis, “nasi” menduduki fungsi S., akan tetapi secara logis, subyeknya adalah “adik”. Oleh karena kita harus mengenal istilah subyek gramatis dan subyek logis.
SUDUT PANDANGAN
|
CONTOH KALIMAT
|
KETERANGAN
| ||
Nasi
|
dimakan
|
adik
| ||
TATA BAHASA MODEREN
|
S
|
P
|
O
|
S = Subyek gramatis
|
TATA BAHASA TRADISIONAL
|
O
|
P
|
S
|
S = Subyek logis
|
Bandingkan dua buah kalimat di bawah ini, dan amati apa berbedaannya !
1) Bapak menaiki tangga.
2) Bapak menaikkan tangga.
5. Tujuan, Makna, dan Situasi Tanggapan
Berdasarkan sudut pandang ini, para ahli membagi macam-macam kalilmat menjadi lilma macam, yaitu : kalimat deklaratif, imperatif, interogatif, interjektif, dan empatik. Berbeda dennga Ramlan membaginya menjadi tiga macam, yaitu : kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat suruh.
a. Kalimat berita(deklaratif), yaitu kalimat yang memberitahukan sesuatu pada orang lain
(pembaca atau pendengar).
Saat ini banyak banyak guru-guru honor yang mengikuti kuliah, karena tergiur tunjangan sertifikasi.
b. Kalimat perintah (imperatif), yaitu kalimat yang memberi perintah kepada orang lain untuk melakukan sesuatu. Tolong ambilkan buku !
c. Kalimat Tanya (interogatif), yaitu kalimat yang menanyakan sesuatu kepada orang lain, dengan cara :
1) Menambahkan kata tanya : apa, siapa, bagaimana (kah), mengapa, kapan, dsb.
………………………………………………………………...................
2) Dengan membalik urutan fungsi Contoh : Dia pergi sekarang ?
…………………………………………………………………………….....…..
3) Dengan membubuhkan kata: bukan, belum, tidak, dll.
……………………………....................................................................
4) Dengan mengubah intonasi. ....................................................................
5) Dengan membubuhkan tanda tanya di akhir kalimat. .............................
d. Kalimat Seru ( interjektif)
Karena kalimat seru itu kalimat yang mengungkapkan rasa kekaguman terhadap suatu sifat, maka kakalimat ini berlaku untuk kalimat ajektiva. Cara membuat kalimat seru :
1) Membalik urutan SP Menjadi PS,
2) Tambahkan partikel –nya pada predikat, dan
3) Menambambahkan kata seru di depan P, seperti : alangkah, bukan main, betapa, dsb. itu indah. (SP). Indah lukisan itu. Indahnya lukisan itu. Betapa indahnya lukisan itu.
e. Kalimat Empatik; yaitu kalimat yang memberi penegasan khusus pada subyek, dengan cara : menambah partikel – lah dan kata sambung yang di belakang subyek.
Dialah yang memulai pertengkaran itu.
Mahasiswa regulerlah yang belajarnya rajin.
Pembagian kalimat berdasarkan Tujuan, Makna, dan Situasi Tanggapan Ramlan membaginya menjadi tiga, yakni :
1) kalimat berita,
2) kalimat tanya, dan
3) kalimat suruh, yang terdiri dari :
a) kalimat suruh sebenarnya,
b) kalimat persilahan,
c) kalimat ajakan, dan
d) kalimat larangan.
6. Berdasarkan Konturnya
Goris Keraf membagi dua, yaitu :
a. Kalimat minim, yaitu kalimat yang tidak dapat dipecah atas kontur-kontur yang lebih kecil. Diam ! Sangat mahal.
b. Kalimat panjang, yaitu kalimat yang secara potensial dapat dipecah atas kontur-kontur yang lebih kecil. Kami pergi ke Bandung. Sepasang remaja itu sekarang telah menempuh hidup baru.
7. Berdasarkan Unsur Pusatnya
Goris Keraf membaginya menjadi :
a. Kalimat Inti; yaitu kalimat yang terdiri dari dua kata (unsut pusat atau inti). Hujan turun. Dia cantik.
b. Kalimat Transformasi, yaitu kaliamat inti yang telah mengalami perubahan, baik dari segi unsur pusat, jumlah kata, intonasi, maupun makna. Hujan akan turun. Hujan turun ? Turun hujan. Tadi pagi turun hujan lebat.
8. Berdasarkan Ada-Tidaknya Klausa
8. Berdasarkan Ada-Tidaknya Klausa
Ramlan membaginya manjadi :
a. Kalimat Berklausa, yaitu kalimat yang disamping unsur intonasi terdiri dari satuan yang berupa
Klausa.. Contoh :
1) Tanggal 17 Agustus Indonesia merdeka.
2) Lembaga itulah yang mengedarkan surat.
b. Kalimat Tak Berklausa, yaitu kalimat yang tidak terbentuk oleh klausa. Contoh :
1) Selamat malam !
2) Astaga !
3) Sungguh !
9. Berdasarkan Jumlah Klausa
Ramlan membaginya menjadi :
a. Kalimat Sederhana, yaitu kalimat yang terdiri dari atas satu klausa. Contoh :
1) Pengusaha itu berusia 20 tahun.
2) Dia memiliki banyak uang.
b. Kalimat Luas, yaitu kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih. Contoh :
1) Dia mengakui bahwa ia tergila-gila pada seorang gadis desa.
2) …………………………………………………………………………………………..
10. Berdasarkan Hubunagn Antarklausa
a. Kalimat koordinatif, yaitu kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih yag masing- masing mempunyai kedudukan yang sama dalam struktur., sebagaimana contoh berikut. Orang tuanya miskin, tapi anaknya kaya raya.
b. Kalimat subordinatif, yaitu kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih tapi tidak mempunyai kedudukan yang sama. sebagaimana contoh berikut. Orang itu mengejar kucing yang mencuri ikan.
11. Berdasarkan Relasi Anak Kalimat
Jika dalam suatu kalimat terdapat anak kalimat, berarti kalimat tersebut tergolong kalimat majemuk (istilah Gorys Keraf), sedangkan Ramlan menyebutnya kalimat luas. Anak kalimat dalam kalimat majemuk, menduduki salah satu fungsi. Gustaf Sitondoan membaginya menjadi :
a. Kalimat Temporal; yaitu kalimat yang menunjukkan hubungan waktu. Contoh :
Dia lahir ketika bapaknya bertugas di Papua.
c. Kalimat Kondisional; yaitu kalimat yang menunjukkan hubungan syarat. Contoh :
Jika anda ingin lulus kuliah, anda harus rajin belajar.
d. Kalimat Kausal; yaitu kalimat yang menunjukkan hubungan sebab. Contoh :
Dia sakit perut sebab banyak makan gandaria muda.
e. Kalimat Konsesif; yaitu kalimat yang menunjukkan hubungan pertentangan. Contoh :
Meskipun cuaca mendung dan hujan turun rintik-rintik, dia tetap hadir dan mengikuti kuliah.
f. Kalimat Komparatif; yaitu kalimat yang menunjukkan hubungan perbandingan. Perhatikan contoh berikut. Rupa mereka mirip bagai pinang dibelah dua.
g. Kalimat lokatif; yaitu kalimat yang menunjukkan hubungan tempat. Perhatikan contoh berikut. Keluarga itu tinggal di lingkungan stasiun Kereta Api.
h. Kalimat Kualitatif; yaitu kalimat yang menunjukkan hubungan keadaan. Perhatikan contoh berikut. Dia berbicara dengan menahan suaranya.
i. Kalimat Final; yaitu kalimat yang menunjukkan hubungan maksud, tujuan. Perhatikan contoh berikut. Pemerintah menyumbangkan beras untuk mengatasi kemiskinan di daerah bencana.
FENOMENA BERBAHASA
HASIL KONTAK BAHASA INDONESIA DENGAN BAHASA SUNDA
| |||||
1
|
a
|
Surat itu telah dibaca oleh saya.
|
3
|
a
|
Saya mencari Maman ke sana ke mari.
|
b
|
Eta surat gues dibaca ku kuring.
|
b
|
Abdi neangan Maman ka ditu ka dieu.
| ||
c
|
Surat itu telah saya baca.
|
c
|
Saya mencari Maman ke mana-mana.
| ||
2
|
a
|
Ia itu anak pedagang.
|
4
|
a
|
Baju saya ada yang curi.
|
b
|
Manehna teh anak padagang.
|
b
|
Baju kuring aya nu maling.
| ||
c
|
Ia anak pedagang.
|
c
|
Baju saya dicuri orang.
|
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !