Kekurangan Cahaya
Karya: Gifari Al Amsi
Kantin sekolah adalah tempat nongkrong paling strategis dikala rasa lapar tidak bisa diajak untuk bernegosiasi. Memesan kupat tahu dan es kelapa muda adalah hal pertama yang selalu kulakukan ketika sampai di warungnya Emak Ijah. Siang itu agak terasa berbeda. Entahlah, seperti ada yang mengganjal di hati. Semakin kucoba memikirkan hal apa itu, semakin sulit untuk kutemukan jawabannya. Tiba-tiba seorang sahabat datang menghampiri dan duduk persis disebelahku.
“Hey kawan, apa yang sedang kamu pikirkan? Alismu mengkerut seperti ulet bulu yang sedang menari tarian hula saja. Ada masalah apa kawan, mungkinkah karena wanita? Hahaha” Dia bertanya diakhiri dengan tertawa. “Ah, sok tahu kamu, aku tidak memikirkan tentang wanita ko. Aku hanya sedang mencari tahu apa yang sedang mengganjal dihati. Dari tadi pagi aku memang sedang tidak enak perasaan.” Jawabku. “Kau selalu begitu jika nilai ulanganmu jatuh. Kemarin nilai mu tidak memuaskan bukan? maka dari itu kau tidak enak perasaan.” Sahabatku mulai mengerti. “Semoga saja iya”
“Lebih baik kau dengarkan ceritaku saja. Aku hanya ingin berbagi kebahagian padamu. Kau tahu? Hari ini aku baru saja menyatakan perasaan kepada seorang wanita manis dan pandai. Sebenarnya sudah lama sekali aku ingin melakukannya. Tapi apa daya. Aku terlalu pengecut untuk itu. Memandang matanya pun ku tak berani, apalagi untuk menyatakan perasaan kepadanya. Tapi tenanglah kawan, karena hari ini gelar laki-laki pengecut yang disandang sahabtmu ini sudah resmi lenyap hahaha.” Sahabatku mulai cerita. “Wah wah wah, siapa ya wanita yang sudah membuat sahabatku terlihat sangat bahagia seperti ini?” Tanyaku. “Hahaha, mau tahu saja kamu. Baiklah karena kau sahabatku sekarang akan aku beritahu siapa orangnya. Lihatlah wanita yang sedang berdiri dibawah pohon itu! Dialah orangnya, manis bukan? Matanya yang sempurna, gayanya yang kemayu dan wajahnya yang sungguh mempesona membuat aku benar-benar hanyut dalam rasa cinta.” Kata sahabatku sabil menunjuk ke arah wanita yang menurutnya cantik.
“Hebat juga ya wanita itu, dia bisa membuat kau seperti ini. Oya, Berujar tentang cinta, apakah kau tahu apa itu cinta?“ “Aku memang tak tau apa-apa tentang cinta, bahkan tentang wanita. Meskipun setelah berpikir sangat keras sepertinya aku tidak akan mengerti tentang cinta dan wanita. Tapi belakangan ini ada beberapa hal yang sudah aku pelajari tentang cinta. Ya, mencintai itu tidak harus selalu mempunyai alasan. Terkadang kita harus menjadi seperti anak kecil, hanya sesimpel aku sayang dia bukan yang lain”.
“Bagiku cinta itu menyakitkan. Kau tahu, cinta itu adalah awal dari hancurnya semangat. Awalnya memang indah tapi berakhir dengan buruk. Semuanya gelap, seperti hilang arah”.
“jika kau berujar tentang gelap, sebenarnya dalam suatu hubungan yang namanya gelap itu tidak pernah ada, yang ada hanyalah kekurangan cahaya. Ketika sisi kekurangan cahaya itu menjadi sesuatu yang dominan dalam hubungan kita, maka yang tersisa hanyalah dua pilihan yaitu memilih untuk mengubahnya menjadi terang kembali atau mencari cahaya baru yang lebih terang. Jadi kau tidak akan pernah kehilangan arah lagi.” Sahabatku menjelaskan banyak hal yang berhubngan dengan cinta, laksana sedang ceramah.
“Lalu bagaimana jika aku memilih mengubah sisi kekurangan cahaya itu menjadi terang kembali tapi hasilnya tidak seperti apa yang aku harapkan karena dia sudah menemukan cahaya baru yang lebih terang?” Tanyaku penasaran. “Hasil itu selalu berjalan lurus dengan usaha. Jika kau memang benar sudah berusaha membuat cahaya itu terang kembali, maka yakinlah bahwa cahaya itu akan terang karenamu bukan orang lain!” Sahanatku mnambahkan penjelasannya “Kau benar kawan, terima kasih atas wejanganmu hari ini. Tapi sepertinya lebih baik aku cari cahaya yang lebih terang. Cahaya yang bisa menerangi gelapnya perasaanku saat ini. Aku yakin diluar lebih banyak. Lagi pula aku sudah mengikhlaskannya.” Tambahku.
“Janganlah kau patah semangat kawan, jika kau memang masih mencintainya, tunjukanlah action is important. Jika kamu perlu bantuan, aku bersedia membantumu. Bahkan jika perlu, aku akan meminta bantuan kepada kekasihku untuk berbicara dengan wanita itu. Wanita akan lebih mengetahui perasaan sesamanya, karena mereka sangat peka dan peduli.” Sahabatku memberi saran. “Kau sungguh baik, aku hargai tawaranmu. Tapi aku sungguh sudah mengiklaskannya. Setelah kami berbincang-bincang, kami beranjak dari kantin Mak Ijah, untuk melanjutkan aktivitas.
|
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !