Apresiasi Seni Musik Karawitan
Oleh: Aosin Suwadi
| ||
Mari kita apresiasi dan lestarikan kesenian daerah, karena kesenian daerah merupakan aset budaya nasional
| Salah satu bukti kebhinekaan negara kita; tiap daerah mempunyai budaya masing-masing. Salah satu budaya yang mencirikan daerah adalah lagu-lagu daerah. Dilihat dari kepadatan penduduknya, Sunda dan Jawa, merupakan dua suku yang dominan di Indonesia. Budaya seni daerah Sunda dan Jawa mengunakan tangga nada karawitan. | |
Penulis lahir tanggal 5 Agutus 1958 di Kampung Wadaskubang Sindangsari Kecamatan Petir Kabupaten serang Proovinsi Jawa Barat. Lulus SD tahun 1972, SMP tahun 1979, SLA tahun 1982.
Lulus D II tahun 1995, lulu S1 tahun 1997, dan lulus S 2 tahun 2007. Pengalaman kerja mulai tahun 1983, mengajar di SD, di SMP, di Tsanawiyah, di Aliyah, di SMA, dan di STKIP. Kini penulis masih bertugas di SMA Negeri 6 Kota Serang propinsi Banten. Penulis memiliki hobi bermain jenis musik, diantaranya: gitar, organ, kacapi, gamelan, calung, dan angklung.
|
| |
BAB 1
PENDHULUAN
A. Latar Belakang
Sejalan dengan perkembangan zaman, teknologi dan informasi semakin maju dengan pesat. Melalui canggihnya teknologi internet, kita dapat mengakses berbagai informasi dari semua negara di planet bumi ini. Dengan begitu tiap negara dapat saling mengakses dan bertukar kebudayaan. Bagi negara-negara berkembang tentu saja berkiblat kepada negara-negara maju. Dan pada umumnya negara-negara di dunia ini berkiblat ke dunia barat. Indonesia adalah negara yang memiliki adat ketimuran, yang kental dengan etika dan kesopanan, yang diwujudkan dalam setiap perilaku kehidupan sosial.
Sampai hari ini pancasila masih menjadi dasar negara kita. Jika generasi bangsa kita ini semua diajak go international, bagaimana dengan pancasila, bagaimana dengan adat timur yang penuh dengan moral dan karakter. Lebih jauh dari itu bagaimana dengan agama kita? Secara empiris kita melihat bagaimana gaya hidup artis, bagaimana gaya hidup pejabat yang korup, serta bagaimana pula gaya hidup kolaborasi pejabat dengan artis (karena ada diantaranya pejabat yang beristrikan artis). Di satu pihak kita dituntut untuk membangun katakter bangsa yang berorientasi kepada pancasila dan agama, sementara di sisi lain kita dituntut untuk mengantarkan genersi muda untuk go international. Dalam hal ini kita terutama guru dan seniman, dituntut untuk bersikap bijak agar keduanya menjadi seimbang.
Salah satu budaya yang diidolakan oleh bangsa Indonesia dari dunia barat terutama oleh generasi muda, adalah seni musik. Mengidolakan seni musik tidak dapat dipisahkan dengan mengidolakan artisnya. Secara empiris kita dapat melihat bagaimana gaya hidup generasi muda kita baik dalam berpakaian, gaya rambut anlain-lain. Lebih jauh dari itu kita melihat bagaimana sikap generasi muda terhadap orang tua dibandingkan dengan perilaku generasi tempo dulu, yang diwariskan oleh para leluhur dan para pahlawan bangsa. Gaya hidup mereka sedikit demi sedikit berubah menjadi gaya hidup barat.
Ada baiknya kita tengok bagaimana para pahlawan kita dulu berjuang untuk mempersatukan bangsa dengan berbagai strategi, termasuk melalui lagu-lagu yang diciptakan oleh komponis yang juga pejuang. Lagu-lagu yang diciptakan oleh para pejuang, baik lagu wajib, lagu daerah, maupun lagu-lagu hiburan, sangat sarat dengan nilai-nilai dan pesan moral yang terkandung di dalamnya. Remaja kita sekarang kurang mengapresiasi lagu-lagu tersebut, karena dianggapnya tidak tren atau populer.
Tiap daerah di Indonesia memiliki kesenian daerah yang harusnya kita banggakan. Sebagai contoh daerah Jawa dan Sunda memiliki kesenian karawitan, yang disinyalir kurang diminati oleh generasi muda, karena sibuk dengan kegiatan seni modern yang kebarat-baratan. Atas dasar uraian di atas maka penulis menyusun karya tulis ini yang berjudul “Apresiasi Seni Musik Karawitan” Untuk disumbangkan khususnya kepada para guru dan seniman, dan umumnya kepada para pencinta seni dan budaya daerah.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Meningkatkan kecintaan terhadap seni budaya daerah, sebagai aset budaya nasional,
b. Melalui kecintaan terhadap seni budaya daerah, diharapkan dapat meningkatkan patriotisme dan kecintaan kita terhadap persatuan dan kesatuan serta keutuhan negara Republik Indonesia, dan
c. Melestarika seni budaya daerah sebagai aset budaya nasional.
2. Tujuan Khusus
a. Mengenalkan seni karawitan kepada generasi muda
b. Menumbuhkan kecintaan generasi muda terhadap seni karawitan
c. Menyumbangan pengetahuan tentang seni karawitan kepada para seniman dan guru kesenian.
d. Mengingatkan kembali kepada para seniman senior tentang seni karawitan.
BAB 2
TANGGA NADA KARAWITAN
A. Pengertian
Secara umum kita mengenal ada dua jenis tangga nada yang digunakan dalam bermain musik dan bernyanyi, yaitu tangga nada diatonis dan pentatonis. Lagu-lagu pop, rok, dan lain-lain, menggunakan tangga nada diatonis, dengan Lambang nada C, D, E, F, G, A, B, C!. Tangga nada ini terdiri dari tangga nada mayor dan minor. Tangga nada mayor memiliki jarak atau interval antarnada 1, 1, ½, 1, 1, 1, 1/2. Sedangkan tangga nada minor memiliki jarak interval antar nada 1, ½, 1, 1, ½, 1,1. Penulis tidak membahas lebih banyak tentang diatonis ini, karena tema tulisan ini karawitan. Karawitan adalah salah satu jenis seni musik daerah yang dimiliki dan digunakan di daerah Sunda dan Jawa. Karawitan adalah seni suara yang secara ritmis dan melodis bertangga nada salendro dan pelog. Tangga nada karawitan terdiri dari dua macam, yaitu:
1. Tangga nada Salendro; yaitu jenis tangga nada pentatonis yang terdiri dari 5 nada ditambah dengan nada-nada sisipan. Salendro terdiri dari 15 nada dengan interval 80 cents. Tangga nada ini digunakan dalam seni karawitan sunda. Dalam tangga nada salendro dikenal istilah ”purwa suara” dan “murda suara”. Nama nada dalam tangga nada karawitan terdiri dari:
a. Purwa suara; yaitu penamaan awal yang diberikan oleh Radeng Mahyar Angga Kusumadinata. Nama dari masing-masing nada karawitan adalah: Barang/tugu, singgul, galimer/bem, panelu, loloran, barang.
b. Murda suara; yaitu pemberian nama untuk memudahkan pembacaan nada pada saat dibunyikan atau diucapkan. Hasil perubahan nada tersebut adalah: 1, 2, 3, 4, 5, 1 yang dibaca: da, mi, na, ti, la, da. Sebutan ini diambil dari perkataan: Ada-ada minangka pranatining laras (da, mi, na, ti, la, da) = gunakan yang ada sebelum ada yang baru.
Selanjutnya tangga nada ini dibagi lagi menjadi tangga nada degung dan madenda, yang diturunkan dari tangga nada salendro. Untuk lebih jelasnya tentang tangga nada salendro ini, dapat dilihat dalam tabel berikut.
MODUS LAGON/SERAT KANAYAGA TANGGA NADA PENTATONIS (KARAWITAN)
JENIS TANGGA NADA
|
NAMA DAN INTERVAL NADA
| |||||||||||||||||||
SALENDRO
|
1
|
-
|
-
|
5
|
-
|
-
|
4
|
-
|
-
|
3
|
-
|
-
|
2
|
-
|
-
|
1
| ||||
B
|
-
|
-
|
S
|
-
|
-
|
G
|
-
|
-
|
P
|
-
|
-
|
L
|
-
|
-
|
T
| |||||
DEGUNG
|
TRI SUARA
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
5
|
4
|
-
|
-
|
3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
1
| |||
B
|
-
|
-
|
-
|
-
|
S
|
G
|
-
|
-
|
P
|
-
|
-
|
-
|
-
|
L
|
T
| |||||
DWI SUARA
|
2
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
5
|
4
|
-
|
-
|
3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
| ||||
L
|
T
|
-
|
-
|
-
|
-
|
S
|
G
|
-
|
-
|
P
|
-
|
-
|
-
|
-
|
L
| |||||
MATA
RAMAN
|
3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
5
|
4
|
-
|
-
|
3
| ||||
P
|
-
|
-
|
-
|
-
|
L
|
T
|
-
|
-
|
-
|
-
|
S
|
G
|
-
|
-
|
P
| |||||
MADENDA
|
4
|
3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
5
|
-
|
-
|
4
| ||||
G
|
P
|
-
|
-
|
-
|
-
|
L
|
T
|
-
|
-
|
-
|
-
|
S
|
-
|
-
|
G
| |||||
-
|
-
|
-
|
5
|
-
|
-
|
4
|
3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
5
| ||
-
|
-
|
-
|
S
|
-
|
-
|
G
|
P
|
-
|
-
|
-
|
-
|
L
|
T
|
-
|
-
|
-
|
-
|
S
|
Keterangan:
1) B = Barang/tugu,
2) S = Singgul,
3) G = Galimer/bem,
4) P = Panelu,
5) L = Loloran.
Dalam tangga nada salendro dikenal istilah:
1) Padantara, yang memiliki jarak atau interval yang sama antar nada , yatu: B - - S - -G - - P - - L - - B
2) Bedantara, yaitu yang di dalamnya terdapat jarak atau interval yang yang berbeda antar nada, yaitu: B - - - S - - G - - P - - - L - -B
2. Tangga nada Pelog; yaitu jenis tangga nada pentatonis yang terdiri dari 5 nada ditambah dengan nada-nada sisipan. Tangga nada ini digunakan dalam seni karawitan Jawa. Nama nada dalam tangga nada karawitan terdiri dari: 1, 2, 3, 4, 5, 1 yang dibaca: da, mi, na, ti, la, da. Sebutan ini diambil dari perkataan: Ada-ada minangka pranatining laras. Akan tetapi dalam karawitan Jawa mereka mempunyai cara tersendiri untuk membacanya. Untuk lebih jelasnya tentang tangga nada pelog ini dapat dilihat dala tebel berikut.
TANGGA NDAD PELOG
|
5 NADA
|
1
|
-
|
-
|
5
|
4
|
3
|
-
|
-
|
2
|
1
| ||||||||||
B
|
S
|
B
|
P
|
L
|
B
| ||||||||||||||||
7 NADA
|
1
|
5+
|
-
|
5
|
4
|
3
|
-
|
3-
|
2
|
1
| |||||||||||
B
|
O
|
S
|
G
|
P
|
U
|
L
|
B
| ||||||||||||||
9 NADA
|
1
|
5+
|
1-
|
5
|
4
|
3
|
2+
|
3-
|
2
|
1
| |||||||||||
B
|
O
|
I
|
S
|
G
|
P
|
A
|
U
|
L
|
B
| ||||||||||||
10 NADA
|
Untuk pelog 10 nada dibutkan 11 kotak di bawah ini
| ||||||||||||||||||||
1
|
5+
|
1-
|
5
|
4
|
4+
|
3
|
2+
|
3-
|
2
|
1
| |||||||||||
B
|
O
|
I
|
S
|
G
|
M
|
P
|
A
|
U
|
L
|
B
| |||||||||||
Keterangan:
1. Jarak nada atau interval tangga nada pelog 5, 7, dan 9 nada = 133 1/3 cent
2. Jarak nada atau interval tangga nada pelog 10 nada = 120 cent
3. Pembacaan nada koromatik
1- = di 2+ meu 3- = ni 4+ = teu 5+ = leu
4. Nama Nada: O = Sorog I = Pamiring M = Mangu A = Panangis U = Bungur
B. Patet Lagu Tangga Nada Karawitan
Yang dimaksud dengan Patet adalah fungsi nada dalam tangga nada. Patet ini digunakan untuk mengatur jalannya irama dan birama, dengan pukulan SELENTREM/JENGLONG. Bunyi hentakan dari patet sesuai dengan nada yang dibunyikannya, diistilahkan dengan Get, Cer, Get, Nong, Get, Cer, Get, Gong, seperti dalam tebel berikut.
NO
|
PATET
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
1
|
NEM
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
2
|
LOLORAN
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
3
|
MANJURA
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
4
|
SANGA
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
5
|
SINGGUL
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Keterangan Fungsi Nada
1. PATOKANING LARAS
2. PANGLANGEN
3. PANGAGET
4. PANGRENA
5. PANCER
C. Alat Musik atau “Waditra”
Alat musik yang digunakan dalam seni karawitan banyak sekali macamnya, bahkan benda yang bukan alat musik sekali pun jika diperlakukan atau dibunyikan mengikuti irama dan nada karawitan, dapat digolongkan kepada alat musik katawitan. Alat musik karawitan yang baku terdiri dari:
1. Alat musik ritmis; yaitu alat musik yang berfungsi untuk menstabilkan irama dan birama dalam suatu permainan musik karawitan, diantranya kendang, dog-dog, kecrek, dll.
2. Alat musik melodis; yaitu alat musik yang digunakan untuk memainkan nada, hingga membentuk suatu lagu yang indah dan enak untuk didegar. Alat musik ini banyak sekali macamnya, diantaranya: jenglong, bonang, saron, calung, kacapi, suling, dan lain-lain.
D. Macam-Macam Permainan Musik karawitan
Alat musik karawitan juga dapat digolongkan berdasarkan jenis permainan atau pertunjukannya, seperti: wayang golek, wayang catur, kawih sunda, kliningan, kacapi suling, calung, reog, dan lain-lain.
BAB 3
KESIMPULAN
Karawitan merupakan salah satu jenis kesenian kebanggaan yang dimiliki oleh daerah Sunda dan Jawa, yang merupakan salah satu aset dari budaya bangsa. Karena itu mari kita apresiasi dan kita lestarikan demi kelangsungan budaya bangsa Indonesia. Materi karawitan ini penulis susun dengan bantuan nara sumber pak Adjat Sudradjat, salah seorang fakar seni sunda karawitan. Beliau juga mantan anggota seni sunda RRI Jakarta bersana dengan Mang Ja’i, Mang Eye, dan lain-lain ketika seni sunda RRI Jakarta dipimpin oleh Hj. Upit Sarimanah. Selain itu beliau juga merupakan sahabat dari bu Elin yang merupalan anak dari Raden Mahyar Angga Kusumadinata. Sumber lain yang juga dijadikan rujukan tulisan ini adalah Catatan Kecil Tentang Raden Mahyar Angga Kusumadinata yang ditulis oleh Hendra Santosa (Dosen PS Seni Karawitan) yang dimuat dalam: http://id.wikipedia.or/wiki/Raden_Machjar_Angga_Koesoemadinata
Demikian semoga tulisan ini bermanfaat. Terima kasih.
Jika Anda gemar membaca, silahkan baca juga tulisan-tulisan lain di blog ini atau klik di sini!
Terima kasih Anda telah mengapresiasi tulisan ini! Kritik dan saran pembaca terhadap tulisan ini sangat penulis harapkan demi perbaikan makalah ini.
BalasHapusore ngarti tangge-tangge nada Om
BalasHapusNama profilna bhs Sunda, tapi komene bhs jawe. Ari si Akang, sebenere wong pundi ari sih?
BalasHapus