Headlines News :
Home » » Artikel tentang Kurikulum Pendidikan

Artikel tentang Kurikulum Pendidikan

Diposting Oleh aosin suwadi pada Jumat, 17 Januari 2014 | 23.21


SEKILAS TENTANG METODOLOGI

PENGAJARAN BAHASA  INDONESIA

Dalam Kaitannya dengan Pergeseran Pendidikan Karakter
Oleh: Aosin Suwadi, S. Pd., M. Si.
 
Selama kurang lebih 30 tahun mengikuti perjalanan kurikulum, khususnya dalam bidang pengajaran bahasa Indonesia banyak hal-hal yang ditemukan. Sejak kurikulum tahun 1962, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994 (KYD), sampai sekarang, selalu terjadi inovasi. (bahkan ada mata kuliah Inovasi kuikulum). Perubahan-perubahan tersebut terjadi secara berangsur-angsur. Artinya astiap kali terjadi perubahan tida berarti menghapus kurikulum sebelumya.
Penulis dibesarkan dan didewasakan oleh kurikulum-kurikulum tersebut. Semua cara hidup baik yang bersifat pisikologis maupun psikologis, diajarkan oleh kurikulum, mulai dari bagai mana cara makan, menjaga kesehatan, termasuk pendidikan moral dan pembentukan karakter. Dalam pergeseran waktu yang relatif sebentar, perubahan-perubahan karakter kurikulum itu nyaris tidak terasa. Akan tetapi jika kita lihat jiwa kurikulum tahun 1962 dengan kurikulum KBK, KTSP, dan Kurilulum 2013, maka perubahan itu terjadi sangat jauh berbeda. Kurikulum tempo dulu lebih menekankan kepada pendidikan (moral dan karakter), sedangkan kurikulum yang mutakhir jauh lebih menekankan kepada pengajaran (ilmu pengetahuan dan teknologi). Sementara pendidikan moral dan karakter nyaris diabaikan, karena mengejar go international.
Sampai hari ini pancasila masih menjadi dasar negara kita. Jika generasi bangsa kita ini semua diajak go international, bagaimana dengan pancasila, bagaimana dengan adat timur  yang penuh dengan moral dan karakter. Lebih jauh dari itu bagaimana dengan agama kita? Secara empiris kita melihat bagaimana gaya hidup artis, bagaimana gaya hidup pejabat yang korup, serta bagaimana pula gaya hidup kolaborasi pejabat dengan artis (karena ada diantaranya pejabat yang beristrikan artis). Di satu pihak kita dituntut untuk membangun katakter yang berorientasi kepada pancasila dan agama, sementara di sisi lain kita dituntut utuk mengantarkan siswa go international. Dua hal tersebut kita selaku guru dituntut untuk bersikap bijak agar keduanya menjadi seimbang.
Dari pengamatan selama kurang lebih 30 tahun penulis bertugas menjadi guru, dengan mengajar di SD, SMP, Tsanawiyah, Aliyah, di SMP, SMA, bahkan di STKIP, banyak fenomena yang ditemukan dalam pengajaran bahasa Indonesia. Pada umumnya guru mengajar bahasa Indonesia hanya menyampaikan apa yang tertuang dalam buku. Sedangkan hal-hal penting yang harus disampaikan tidak menjadi penekanan, kurang disadari atau bahkan nyaris diabaikan. Kita harus menyadari bahwa untuk terampil berbahasa, kita harus menguasai kebahasaan. Akan tetpi karena Ilmu kebahasaan dianggap sulit, maka para guru pada umumnya mengambil jalan pintas, mengajarkan menyimak, membaca, menulis dan membaca, tanpa disertai dengan mengajarkan materi kebahasaan. Sungguh pemahaman yang mutlak keliru. Menyimak, membaca, menulis, dan berbicara bukan materi pembelajaran membaca, melainkan keterampilan berbahasa.
Pembelajaran kebahasaan dalam baasa Indonesia, dapat kita kaitkan dengan pembelajaran gremer atau tata bahasa arab yang diciptakan oleh para ahli. Pembelajaran tata bahasa Arab ini dirasakan sangat sulit, maka pada umumnya kita, termasuk penulis enggan untuk mempelajari dan mendalaminya. Karena itu kita mengambil jalan pintas, dengan mempelajari kitab gondron tanpa mempertimbangkan siapa yang menerjemahkan, dan bagaimana menerjemahkannya. Dengan cara ini asalkan kita mau mempelajari dan mendalami agama melalui kitab godrong, termasuk artis yang tidak pernah menggeluti ilmu agama sekali pun, secara instran jadilah ustadz.
Fenomena di atas membuat penulis merasa sangat berdosa, karena tidak mampu memberikan persuasi terhadap orang-orang di sekitar penulis, khususnya para guru bahasa Indnesia. Lebih sakit lagi jika penulis teringat akan pesan yang langsung disampaikan oleh para profesor dan guru bersar bahasa Indnesia. “Jadilah Anda sebagai “sentripetal”. artinya pertahankan kaidah bahasa Indonesia. Sesungguhna terjadi perdebatan antara sentripetal dengan sentripugal. Satu sisi kita berusaha mempertahankan kaidah bahasa, sementara di sisi lain para penutur begitu bebas dan lelusanya merusak kaidah bahasa. Lebih ironis lagi guru bahasa ikut menjadi perusak kaidah bahasa. 

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Popular Posts

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Bahasa dan Sastra - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Aosin Suwadi