Mimpikah Engkau
Oleh: Aosin Suwadi, S.Pd., M.Si.
Guru SMA Negeri 6 Kota Serang
Setelah beberapa
hari aku menguras tenaga dan konsentrasi untuk kepentingan ‘idul fitri, malam
itu aku terlelap tidur sejak jam delapanan. Selain itu aku juga diserahi
tanggung jawab oleh ayahku untuk melaksanakan acara houl ibuku dan tujuh bulan
adik perempuanku.
Dua tahun lalu
ibuku meninggal di rumah sakit. Ketika itu di luar sana orang-orang sedang
sibuk merayakan ‘idul fitri. Sementara aku sedang sibuk merawat ibuku yang
kondisinya “buang air besar dan kecil di tempat tidur”. H+5 “idul fitri“
sekitar jam delapan pagi tiba-tiba nafas ibuku terhenti, seakan tersumbat dan
tersedak makanan. Rupanya tuhan sedang memanggilnya. Kurang lebih dua menit kemudian
ibuku meninggal dalam dekapan dan tangisanku. Genap dua minggu aku menginap di
rumah sakit.
Jam dinding
berdetak memenuhi seluruh ruangan rumahku. Bunyi-bunyian malam asyik
mengalunkan lagu campur sari yang tidak tentu nada dasarnya. Sesekali dari kejauhan
sayup-sayup terdengan suara ayan jantan. Takbir, tahlil, dan tahmid terus
berkumandang di mushalla dan mesjid di sekitar kampungku. Dari dalam kamar
depan terdengar suara dengkur yang bersahut-sahutan. Seakan mereka sedang
mengikuti festival seni suara. Jika dilakukan penilaian, maka detak jam
dindinglah pemenangnya.
Di antara alammu
dan alamku terdapat batas maya yang tak dapat kutembus. Kini kau sedang sibuk
di tempat peraduan, tanpa didampingi oleh sang suami. Karena ada ketidacocokan
dalam rumah tangganya, beberapa tahun yang lalu dia berpisah dengan suaminya.
Sebenarnya aku tidak pernah mencari tahu tentang hubungan dia dengan suaminya,
akan tetapi teman dekatnya yang selalu memberi tahu aku.
Apa yang sedang kau
lakukan dalam tidurmu, aku hanya dapat menerawang dari jauh dengan daya
imajinasiku. Seakan aku sedang berada dekat denganmu. Jiwamu ada dalam
dekapanku. Mimpikan engkau ?
Entah berapa banyak
hayalan telah kulakukan, ketika aku sadar terdengar suara adzan hampir selesai.
Rupanya dua jam sudah aku terjaga dalam kegelisahan. Aku tersentak lalu bangun
dari sofa yang menghadap televisi. Semalam suntuk televisiku tidak dimatikan,
tapi entah siaran apa saja yang telah ditayangkan. Kutuang air putih, kuminum
beberapa teguk, untuk sekedar membantu mengumpulkan sukmaku yang bertebaran ke
berbagai alam kehidupan. Daya imajinasiku telah buyar. Kubuka kran. Berurutan
kucuci muka sampai dengan kaki, untuk memunaikan kewajiban fardu ‘ain.
Kumulai aktivitas
dalam dunia nyata, setelah menyelesaikan kesibukan dalam dunia maya. Kubuka lep
top kulanjutkan mengetik cerpen yang tertunda dua minggu lalu, karena kesibukan
kegiatan mid semester di STKIP. Di situ aku mengajar beberapa mata kuliah,
diantaranya morfologi, sintaksis, semantik, sosiolinguistik, termasuk kajian
prosa fiksi.
Sedang asyik aku
menuangkan ide dan inspirasiku dalam cerpen, tiba-tiba daya imajinasiku
terhenti karena mendengar instrumen lagu “Kabogoh
Jauh” dalam HP-ku. Setelah HP kubuka ternyata ada SMS
dari teman lamaku. “Bgus bngt crpn’y
klo msh ad yg lain aq mo bc lg” ! Belum
selesai aku mengetik SMS untuk menjawab permintaan Susi, HP-ku berbunyi lagi. Ternyata ada SMS yang lain , yaitu dari rekan
kerjaku. “Mt hr ry ‘idl ftr 1431 H.
Mhn m’f lhr bthn”. Darji adalah
salah seorang rekan kerjaku yang sangat perhatian kepadaku. Di tempat tugasku,
dia termasuk orang yang dapat berpikir, berbicara, dan bersikap ilmiah. Selain
itu dia juga mengerti siapa saya, dan begitu juga sebaliknya. Bahkan jika dia
melihat aku sedang kebingungan atau kesusahan, dia sering menawarkan jasa untuk
membantu menyelesaikan masalahku, termasuk meminjamkan uang kepadaku dengan
tanpa jaminan apapun.
******************
Jika dihitung
dengan kalender komariah, usiaku kini hampir lima puluh empat tahun. Tapi jika
dihitung dengan kalender masehi baru menuju ke lima puluh satu tahun. Tiga
puluh tahun lalu waktu kami masih sekolah di SPG Susi adalah teman akrabku.
Sebenarnya waktu itu aku memendam rasa yang tidak pernah tersampaikan. Beberapa
tahun lalu kami sempat bertemu dalam acara re uni. Aku tidak menyangka, dengan
tanpa malu-malu dia menceritakan perasaannya padaku. “Sebenarnya dulu aku ingin
mengucapkan rasa cintaku padamu, tapi aku tidak berani”. Sejenak aku terdiam
karena terkejut, tidak menyangka dia mempunyai perasaan yang sama denganku. Aku
bertanya dalam hati, kenapa tidak dari dulu, ? “Sayang” .... sayang” ! Gumamku.
“Apa maksudnya ?” Tanya Susi. Segera aku mengalihkan perhatian kepada hal lain
untuk menghindar sekaligus menyembunyikan perasaannku. Aku pikir sudah tidak ada
gunanya lagi untuk membahas hal itu, toh usia kami sekarang sudah hampir
kakek-kakek dan nenek-nenek. Rupanya aku tak sadar kata “sayang” keluar dari
mulutku dan terdengar oleh Susi. Akibatnya dia penasaran dan terus menerus
menanyakan hal itu.
Tiba-tiba dari
kejauhan Teti berteriak
memanggilku sambil berlari mendekatiku. “Puber kedua ni yeh !”. Teti
juga teman akrab kami, walaupun dia berbeda kelas. Teti dan Susi di kelas IPS I
dan II, sedangkan aku di kelas IPA I. Teti
memiliki tubuh tinggi semampai dan berambut ikal. Sepertinya dia mengetahui
rahasia tentang perasaan Susi kepadaku.
Sejenak obrolan kami terhenti, mendengar lagu “Sepanjang Jalan Kenangan” yang
dinyanyikan oleh Yati. “Pacarmu tuh
lagi nyanyi”. Sepertinya Susi tidak senang aku mengalihkan perhatian kepada
Yati. Padahal aku tidak pernah jatuh
hati kepada Yati, walaupun kata teman-temanku Yati suka kepadaku. Aku dengan
Yati memang sangat akrab dalam kegiatan OSIS.
Acara re uni
selesai dan ditutup pada jam 14.30. Teman-temanku telah pulang, tinggal
beberapa orang panitia sedang sibuk membereskan peralatan. Sebenarnya aku mau
pulang, tetapi sepertinya Susi masih ingin ditemani olehku. Sebagai seorang
suami yang bertanggung jawab aku punya rasa takut kalau-kalau obrolan kami ada
yang melaporkan kepada istri saya. Kuantarkan Susi ke persimpangan jalan, lalu
kulambaikan tangan kananku.
Malam harinyan
ekitar jam 20.15 aku menerima SMS dari Susi. Ternyata dia benar-benar penasaran
ingin tahu yang dimaksud dengan ucapan “sayang” yang kuucapkan tadi siang.
Beberapa saat SMS-nya tidak kujawab, dengan harapan agar tidak tidak
diperpanjang. Tetapi beberapa menit kemudian dia mengirim lagi SMS yang sama.
Sejak saat itu kami selalu berkomunikasi melalui HP. Sampai pada suatu hari
hampir-hampir istriku salah paham karena membaca tulisan SMS yang berbau asmara
dalam HP-ku.
******************
Berbeda dengan para
siswa umumnya, waktu aku duduk di kelas I SMP usiaku telah menuju ke delapan
belas tahun. Walaupun aku masih kelas I SMP tetapi secara biologis aku jauh
lebih dewasa dibandingkan dengan teman-temanku. Karena itu aku tidak canggung
untuk bergaul dengan teman-teman wanita. Karena terpikat oleh seorang wanita
yang menurutku cantik, pada suatu hari ketika kami sedang duduk-duduk di bawah
pohon, terang-terangan aku menyatakan cinta, yang kususun dengan kalimat yang
puitis dan romantis. Lestari tersipu malu, wajahnya merah kehitam-hitaman,
karena memang kulitnya agak hitam, tapi di mataku dia banar-benar cantik.
“Ehem, ehem”. Kata Tuti teman dekat Lestari.
Dia menyindir kami dengan nada agak ketus. Entah apa maksudnya. Sebenarnya
aku tak tergolong laki-laki tampan, tapi entah mengapa sepertinya banyak siswi
yang menaksirku. Entah aku yang merasa ke-PD-an,
atau mereka melihat aku dari sudut pandang yang lain. Atau karena aku pernah
menjadi juara umum siswa berprestasi. Atau memang di mata mereka aku ini memang
tampan. Entahlah, aku tak mengerti !
Satu kemungkinan
lagi, waktu duduk di kelas II, aku pernah menulis artikel yang bertemakan
“aktivitas belajar”. Dalam artikel ini
kusisipkan bagaimana prilaku belajar siswa, khususnya di kelas. Suatu
hari dalam upacara penaikan bendera, pembina
upacara (kepala sekolah) membahas prilaku siswa yang persis dengan yang ditulis
dalam artikelku. Rupanya artikelku yang berjudul “Mari Kita Sadari” sempat dibaca
oleh kepala sekolah. Aku menjadi sangat tersanjung.
******************
Bulan Januari tahun
1967 aku didaftarkan masuk SD oleh bapakku. Waktu itu di papan nama sekolah
masih ditulis SR (Sekolah Rakyat). Di sekolah ini banyak sekali didikan mental
dan moral yang sang sangat berarti bagiku. Beberapa kali aku mendapat juara I.
Waktu aku duduk di
kelas VI SD aku pernah tertarik bahkan tergila-gila kepada teman wanitaku.
Waktu itu aku benar-benar tidak punya nyali. Yayat adalah teman sekelasku yang berwajah sangat cantik, berkulit
putih bersih, dengan rambut terurai.
Dalam pandangan mataku waktu itu, dia telihat seperti wanita dewasa.
Setiap waktu
menjelang tidur aku sering menghayal dan membayangkan betapa cantiknya wajah Yayat.
Dalam hayal, seakan aku bercanda dan bercengkrama diselingi gelak tawa. Tapi
hanya di alam maya. Besok paginya sebelum bangun aku selalu menyempatkan
menghayal, melanjutkan hayalan tadi malam. Hanya itu yang dapat kulakukan.
Dia cantik bukan hanya menurutku. Semua temanku juga
mengatakan begitu. Hatiku selalu cemburu jika ada temanku yang mengatakan Yayat
itu cantik. Lebih dari itu aku sering
sakit hati karena pak Dedi guru kelas kami selalu memujinya. Bahkan terkadang
pak Dedi terang-terangan memuji dan
merayu Yayatwaktu belajar. Sakiiit rasanya hatiku ! *****



0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !