Headlines News :
Home » » Di Balik Sebuah Pertemuan

Di Balik Sebuah Pertemuan

Diposting Oleh aosin suwadi pada Selasa, 12 November 2019 | 21.36

Karya Idah Faridah
UIN Jakarta 2019
      Di suatu sekolah yang berada di kabupaten Kuningan, ada seorang anak laki-laki yang bernama Haikal, hidup dalam keluarga yang sederhana. Dia pantang menyerah untuk mencapai kesuksesan. Berkat orang tuanya yang selalu men-suport dan mendoakannya, dia selalu bersemangat dalam berihtiar. Awal masuk di kelas 1 MAN 2 Kuningan, dia memilih jurusan science departemen. Tetapi dia merasa takut jika dia tetap mengambil jurusan itu, maka dia memutuskan untuk pindah ke social departemen. Di kelas X dia mendapat peringkat 10 besar bahkan semester 2 juga. Naik ke kelas 2 dia mulai mengenal artinya cinta tetapi cinta monyet (Wow cinta monyet).
Dia dengan pacaranya menjalani hubungan selama kurang lebih 1 bulan. Sebenarnya dia tidak tahu apa itu Cinta? Apa itu pacaran? Dan ternyata ketika dia menjalani pacaran dia merasakan ketidaknyamanan, banyak yang dilarang dan akhirnya dia memutuskan untuk jomlo bahasa kerennya "single". Dia merasakan kenyamanan dan kebebasan ketika single.
Di kelas 2 dia mendapatkan peringkat 4, itulah sesuatu yang sangat dibanggakan bagi dia. Dia tidak menyangka bahwa dia itu mendapatkan peringkat 4 karena dia tidak suka belajar hanya mengandalkan materi yang diajarkan oleh guru saja.  Dia menyadari bahwa sesuatu bisa  didapatkan bukan hanya karena usaha, tapi juga berkat doa dari orang tua dan dirinya sendiri. Namun di kelas 3 prestasinya menurun karena terbawa arus pergaulan seperti: sering bolos, nongkrong, merokok, dan yang sangat memprihatinkan yaitu jarang berdoa. Dia bandel bukan hanya karena pergaulan akan tetapi juga akibat dari masalah yang dialaminya. Karena keluarganya mengalami krisis ekonomi, maka biaya sekolahnya terhambat. Dia juga ragu untuk melanjutkan belajarnya ke jenjang yang lebih tinggi setelah lulus sekolah karena faktor krisis tersebut.
Ujian sekolah dan ujian nasional sudah di depan mata dia pun harus giat belajar untuk menghadapi ujian tersebut, sampai akhirnya dia lulus, akan tetapi dia mempunyai tunggakan yang sangat besar. Sebelumnya dia merencanakan untuk melanjuti kuliah dan orang tuanya menyetujui, akan tetapi karena tidak mau merepotkan orang tuanya. maka dia memutuskan untuk bekerja demi membantu orang tuanya. Dia bekerja dengan tujuan untuk melunasi biaya tunggakannya selama sekolah dan juga menabung untuk biaya kuliah. Singkat cerita dia memutuskan untuk bekerja di Jakarta dan mendapatkan kerja di FC.
Hari demi hari hari terlewati, dia berubah status yang sebelumnya pelajar menjadi pekerja. Banyak hal yang dialami pada saat kerja dari mulai dia dimarahi oleh pelanggan, atasan karena melakukan kesalahan yang tidak sengaja. Namun itu semua dia lewati tanpa ada kata putus asa, karena dia menyadari bahwa dalam menuju kesuksesan itu tidak semudah yang dibayangkan melainkan harus rela melakukan banyak pengorbanan, seperti korban perasaan, jauh dari orang tua, pedih, dan banyak lagi yang harus dialami dalam menuju kesuksesan.
     Namaku Dinda. Suatu hari ketika matahari memancarkan cerahnya menyinari dunia bagaikan menyinari hatiku (du du du), pada saat itu aku pergi ke toko FC untuk menge-print sebuah license sheet. Aku pun bergegas menghadap komputer, jari-jariku menari-nari di atas keyboard  dan tidak lama tugasku selesai. Aku melakukan registrasi pembayaran dan ternyata yang melayaniku dalah seorang laki-laki.
"Nih udah print-nya, berapa bayarnya?"Aku memberikan hasil print-nya kepada dia. Dia melihat dan membaca lembaran kerjaku. "Can you speak English?" Tanya dia kepadaku. Aku merasa terkejut mendengar pertanyaannya dengan bahasa Inggris karena sebagian besar cowok biasanya malas untuk mempelajari bahasa inggris. "Yes, I can speak English". Jawabku dengan tersenyum. "How can you speak English? Do you take English course?" Tanyaku. "Yes, I can little speak English. I don't take English course but I learn English by autodidact". Jawab dia dengan tersenyum.    Wow….. keren cowok ini, udah mah cakep bisa bahasa inggris lagi. Ucapku dalam hati dengan muka tersenyum dan malu karena dia melihat wajahku. "Oh I see. That is good, you can speak English by autodidact" jawabku. "How about you, do you take english course?" Dia kembali bertanya. "Yes, I take English course at Dins'e because school provides students to learn english in order that they are able to speak english". Jawabku. Dia hanya tersenyum karena dia tidak tahu harus berbicara apa lagi. "Aku pulang duluan yah?" Aku pamit. "Iya, be careful and see you". Jawab Haikal sambil melambaikan tangannya. "Yes, see you". Jawabku.
Apakah ini hanya mimpi? Tanyaku dalam hati. Bertemu dengan seorang cowok yang bisa berbicara bahasa inggris, dan aku merasa kagum kepadanya. Rasanya ingin sekali bisa dekat untuk jadi partner atau lebih dari partner (aduhhh mimpi kali ingin lebih dari partner). Pikiranku selalu tertuju kepadanya, karena dia membuatku penasaran dan selalu ingin lebih dekat dengan dia. Apakah dia mempunyai perasaan yang sama seperti aku? Apakah dia memikirkan aku?" Pertanyaan-pertanyaan yang konyol selalu muncul dalam pikiranku."Aduhh". Aku menepuk jidat. "Kenapa harus memikirkan dia…. kan baru bertemu, aku kan tidak tahu namanya". Ucapku spontan.
Hari demi hari kulewati dan kujalani, aktivitas-aktivitas seperti biasa. Sebelum aku mengenal Haikal, aku telah menjalani hubungan dengan cowok lain sekitar 3 tahun. Saat itu dia memutuskan untuk fokus belajar dan membahagiakan orang tua. Sejak itu kita jarang berkomunikasi bahkan bertemu pun tidak pernah, kecuali ketika ada perkumpulan dengan group RAKA. Dia berubah sikap terhadapku seperti mulai dari jarang chattingan, cuek, jutek, bahkan ketika bertemu dalam perkumpulan seperti orang yang bermusuhan tidak ada sepatah kata pun dari mulutnya untuk berbicara kepadaku. Entahlah mengapa dia seperti itu. Tapi anehnya dia bisa ngobrol, bercandaan dan tersenyum happy dengan temanku sendiri tapi dengan aku sama sekali tidak. Dalam situasi dan kondisi seperti itu aku hanya bisa tersenyum berpura-pura tegar,dan sabar, padahal hatiku menangis. Wkwk, eh boong deh.
Seiring dengan berjalannya waktu aku mulai terbiasa dengan sikap dia yang seperti itu, bahkan dia sempat mengirim pesan "kita udah ngga ada apa-apa lagi". Duuhhh ngebacanya juga nyess ke mata, eh ke hati maksudnya, wkwk. Dari situlah aku mulai menerima keputusan dia karena sebelumnya aku sudah terbiasa sendiri, dan ternyata sendiri itu happy dan nyaman banget deh tapi terkadang butuh seseorang. "Seseorang?? Katakan no deh. Masih ada orang tua yang selalu buat aku tersenyum bahagia dan selalu memotivasi aku". Ucapku dalam hati. Sekarang aku selalu berpikir bahwa Allah Swt. akan memberikan yang terbaik untuk hambanya. Dan akan berharap dipertemukan lagi dengan orang yang lebih baik. Aamiin.
     Suatu hari, setelah pulang sekolah ada sesuatu yang aku harus beli karena guruku memberikan tugas ke kelasku. Aku pun pergi ke FC untuk membeli barang tersebut dan ternyata ketika aku sampai di tempat tersebut ada cowok yang waktu itu ngelayanin aku. Di situlah entah mengapa aku merasa malu dan jadi salting karena dia selalu melihatku. Bukan berarti aku ke-GR-an tapi memang dia melihatku dengan tatapan tajam setajam pisau. Lebay amat yah setajam pisau, wkwk.
"Mau beli apa?" Tanya dia dengan tersenyum. "Owh iyaa, nama kamu siapa? Sekolah di SMA Bina Bangsa yaa, kelas berapa?" Tanya dia. Ini orang kayak wartawan tanya-tanya aku. Ucapku dalam hati. "Mau beli something nih. Nama aku Dinda. Iya aku sekolah di SMA Bina Bangsa liat geh seragamku dan sekarang aku kelas 3". Jawabku dengan santai.
"Nama kamu siapa? Sekolah di SMA 2 yaa?" Aku balik bertanya. "Haikal Diafriq. Yeee aku sekolah di MAN Kuningan". Jawabnya. "Aihh serius.... dikira sekolah di SMA 2". Aku heran. "Aku udah lulus tahun ini". Jawabnya lagi. "Ko mukanya kayak seangkatan sama aku". Kataku heran. "Owh iya dong, ganteng kan?" Haikal memuji diri. "Duuh PD amat, ngalem dewek. Iya  ganteng, tapi ngga sih biasa aja". Kataku dalam hati.  "Yaa udah, aku tuh mau beli something".
Dia melayaniku dengan ramah dan selalu tersenyum dan itu tuh membuat aku jadi ngga PD  sekali. "Heyy nanti sering-sering ke sini yaa, biar aku bisa belajar berbicara bahasa inggris sama kamu". Haikal tersenyum. "What??  Ke sinih??  Iya kali aku disuruh sering-sering kesinih, dududu". "Why not??  Yaa gpp kesinih tiap hari juga tidak masalah". Pintanya. "Whattiap hari?? Tanyaku. Yaa ngga tiap hari juga keles. Jawabnya. Iya iya deh, nanti kalo ada something yang harus dibeli nanti aku ke sinih". Jawabku. "Yeee, ya udah nantinya ke sinih jangan sampe ngga yaa". Pintanya dengan wajah memaksa.  "Iya, in syaa allah nanti aku ke sinih. Ya udah aku mau pulang, makasih ya". Jawabku. "Yaa udah aku tunggu ya". Timplnya. "Iya sama-sama". Jawabku. "Hati-hati di jalan".Jawabnya dengan wajah tersenyum.
Seminggu kemudian...
Kudengar suara yang sama dan memanggilku. Suara itu berasal dari belakangku. Perlahan-lahan aku berdiri menoleh, dan harus memutar seluruh tubuhku agar bisa menatapnya. Aku langsung  terkejut ketika melihatnya sedang berdiri di belakang kursi yang aku duduki. Wajah gantengnya dengan  hidung mancungnya, kening lebar, mata, dan garis-garis rahang yang sempurna. Wajahnya mulai dihiasi senyuman hangat. Senyum itu semakin melebar sehingga aku bisa melihat gigi-giginya yang putih dan  kening yang lebar. "Ya... Tuhan, aku benar-benar mencintai laki-laki satu ini". Ucapku dalam  hati. 
Aku mencoba mengontrol perasaanku, akan tetapi bukannya berhenti, malah semakin menggebu-gebu dalam hatiku. Kini aku merasakan kebahagiaan. Aku mencoba tersenyum mengekspresikan kebahagiaan yang kusembunyikan. Detak jantungku sudah  tidak karuan. Aku harus meletakkan tanganku di dada untuk mencegah agar jantungku tidak loncat keluar dari tempatnya.
"Ada yang mau dibantu?" Tanya haikal. "Iya nih, susah banget mau nge-print-nya". Responku. "Ya udah sinih aku bantu". Jawab Haikal.
Beberapa menit kemudian awan mulai menghitam dan langit pun menjatuhkan rintikan hujan. Keadaanpun semakin dingin. Setelah Haikal membantu aku dan akhirnya kita bercengkerama satu sama lain baik tentang ilmu pengetahuan mau pun tentang ekonomi. Setelah beberapa jam bertukar cerita hujan pun berhenti, langit yang tadinya hitam sekarang berubah menjadi biru.

"Boleh ngga aku minta nomor kamu?" Tanya Haikal."Buat apaan?" Aku balik bertanya. "Buat menjalin silaturahmi". Jawab Haikal. "Oke deh" Jawabku. Haikal pun langsung mengetik nomorku. Setalah itu aku langsung pulang.
Hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun, waktu pun terus berjalan dan hingga saat ini aku  dan Haikal masih menjalin silaturahmi dan membuat komitmen untuk tetap bersama. Sebuah pertemuan semenjak dua tahun lebih sampai saat ini masih terjalin dengan baik.
Demikian cerita ini dipublikasikan semoga bermanfaat, dan jika berkenan mohon tinggalkan komentar.
Terima kasih.



Share this article :

1 komentar:

  1. Diputus pacar secara pelan-pelan kayanyasakit juga tuh. Tapi sekarang udah terobati.

    BalasHapus

Content yang Anda baca semoga bermanfaat. Terima kasih atas kunjungannya, silahkan tinggalkan komentar.

Popular Posts

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Bahasa dan Sastra - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Aosin Suwadi