Headlines News :
Home » » Senja Terakhir

Senja Terakhir

Diposting Oleh aosin suwadi pada Selasa, 18 Desember 2018 | 05.12

Senja Terakhir
Karya: Dila Anggraeni
Kelas XII IPS 5 Tahun Pelejaran 2018/2019

Seperti biasanya di saat aku bersedih, tempat pelarianku adalah taman kota. Di sana aku mendengarkan alunan musik sambil membaca buku di temani semilir angin. Tiba-tiba “brukkkkk!!!!” Seseorang terjatuh di hadapanku. Buku-buku yang di pegangnya berhamburan karena tersandung kakiku. Cepat-cepat aku membantunya. "Eh, sorry". Kataku sambil menyerahkan buku-buku nya."Engga papa". Sahutnya tersenyum. "Permisi". Katanya, kemudian berlalu pergi. Karena hari sudah mulai gelap, aku pun pergi meninggalkan taman kota.

Keesokan harinya saat aku akan pergi ke taman kota lagi, aku melihat gadis yg tersandung kakiku kemaren sedang duduk di tempat yang biasa aku duuduki. Aku pun menghampirinya saat ia sedang sibuk dengan ponselnya. Ketika ia mendongak menatapku "Permisi!” Kataku. "Maaf itu tempatku". Ujarku lagi. Tapi kulihat dari raut wajahnya dia sedikit kebingungan menengok ke kanan dan ke kiri mencari tempat untuk duduk. Kebetulan karena hari ini pengunjung taman memang sedang ramai. Kutawarkan ia duduk di sebelahku, lalu kami berkenalan. Aku mulai mengetahui namanya Putri. Dan dari situlah kami mulai sering bertemu. Semakin kukenal dia, semakin aku menaruh ketertarikan pada gadis berponi lucu itu.
Semakin hari hubungan kami semakin dekat, bahkan kami sering ber-chat ria, membuat perasaan khususku tumbuh padanya. Sampai pada akhirnya, aku memutuskan untuk menyatakan perasaanku padanya. Di suatu sore seperti awal kami bertemu, kuajak ia ke pantai, menyaksikan sunset bersama. Ditemani angin semilir dan suara ombak menderu, berjalan dengan tanpa alas kaki sambil bergenggaman tangan menyusuri tepi pantai. Saat itulah aku menyatakan perasaanku. Hatiku berdebar saat menunggu jawabannya. Namun, rasa berdebar itu hilang tatkala kulihat senyum malu yang terlukis di bibirnya. Tanpa kata-kata ia menganggukan kepala membuat euforia di dadaku. Sejak itu kami berstatus lebih dari sekedar teman.
Hubungan kami berjalan selama 3 tajun, melewati berbagai masalah yang silih berganti. Walaupun begitu kami tetap berusaha mempertahankan hubungan kami, sampai suatu saat ia tidak memberiku kabar selama kurang lebih 2 minggu. Aku pun mencarinya, namun tetap tak ada kabar darinya.
Suatu ketika ia memberiku kabar, dan mengajakku bertemu di taman kota senja hari. Karena rasa khawatir aku langsung menemuinya. Namun, yang kulihat di raut wajahnya hanya terpancar kesedihan dan dengan wajah sedikit pucat. "Kamu ke mana aja selama 2 minggu ini?". Tanyaku sambil mengusap rambut indahnya. Ia hanya diam dan menunduk. Kuulangi pertanyaanku lagi, dan lagi-lagi dia hanya diam membisu. "Put……" Aku memanggilnya, dan menunggu reaksinya. Hanya keheningan yang tercipta di antara kami. Suasana semakin hening, ia hanya merespon dengan menggelengkan kepala, kemudian mendongak menatapku menunjukan raut wajah sedih. "Aku engga bisa.. lanjutin hubungan kita lagi". Sekalinya dia buka suara, kata-kata yang diucapkannya sungguh mengejutkan hatiku. Aku mengerutkan keningku tanda tak mengerti perkataannya. "Aku mau kita udahan". Sambungnya lagi. "Kamu kenapa?"  Tanyaku dengan lembut sambil mengusap pipinya. Tiba-tiba ia menepis tanganku dan memunggungiku. "Intinya… huubunngan kita sampai disini aja". Katanya dengan tegar namun sayup-sayup kudengar isakan kecil darinya. Belum sempat aku menanyakan apa yang terjadi, ia sudah berlalu meninggalkanku. Aku hanya terdiam menatap punggungnya yang semakin jauh  meninggalkanku. Aku hanya terdiam menatap kepergiannya di hari yang semakin menggelap
Semua kejadian yang kualami bersamanya seakan hanya mimpi semata. Kepergiannya di iringi matahari tenggelam di ufuk timur membuat tanda tanya besar untukku. Apa, mengapa, dan bagaimana ini tterjadi?

Tiga bulan kemudia, saat aku mengantarkan ibuku ke rumah sakit swasta dekat pusat kota, tak sengaja aku melihat beberapa perawat sedang mendorong brankar, saat ia melintas di hadapanku. Sekilas aku melihat wajah gadis yang terbaring lemah dengan selang oksigen di hidungnya. Aku terdiam sesaat tidak mempercayai penglihatanku. Dengan cepat aku berlari menyusul brankar yang tadi. Samapi di ujung lorong ku lihat wanita paruh baya yang sangat kukenal. Beliau adalah ibu Putri dan seorang gadis yang lebih muda dari putri, menangis di depan ruang operasi. Dengan sedikit gontai aku menghampirinya. Aku menanyakan apa yg sebenarnya terjadi. Saat ibu Putri menceritakan yang sebenarnya, tentang  mengapa selama 2 minggu putri tidak menghubungiku dan tiba-tiba memutus kan hubungan denganku yang membuat tubuhku lemas dan rasa sakit serta penyesalan datang menyerbuku secara tiba-tiba. Kenapa, kenapa dia tidak mengatakan apa pun padaku? Kenapa dia memutuskan secara sepihak? Kenapa dia meninggalkanku di senja itu? Ya Tuhan kenapa ini mesti terjadi?.
Andai saja aku tahu itu adalah senja terakhir kami bertemu, akan kubuat senja itu terasa indah diingatan terakhirnya.
Share this article :

1 komentar:

  1. Agen poker terbesar dan terpercaya ARENADOMINO.COM
    minimal depo dan wd cuma 20 ribu
    dengan 1 userid sudah bisa bermain 8 games
    pin BB : D_8_E_B_A_A_7_C

    BalasHapus

Content yang Anda baca semoga bermanfaat. Terima kasih atas kunjungannya, silahkan tinggalkan komentar.

Popular Posts

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Bahasa dan Sastra - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Aosin Suwadi