Headlines News :
Home » » Bagaimana dengan S2-ku?

Bagaimana dengan S2-ku?

Diposting Oleh aosin suwadi pada Minggu, 21 Januari 2018 | 19.21

Bagaimana dengan S2-ku?
Karya: Nadina Safinatunnajah
Kelas XII IPA 3 SMAN 6 Kota Serang
Tahun Pelajaran 2017/2018

Gambar ini hanya ilustrasi
Diambil dari: https://www.google.co.id/
Tahun ini aku selesai dengan S 1-ku, selanjutnya aku berencana akan mengambil S2 karena aku tahu bahwa perempuan akan menjadi madrasah pertama bagi anak dan keluarga kecilnya nanti, dan akan mendampingi suamku kelak. Walaupun kutahu bahwa kwwajiban utama seorang ibu adalah mengurusi anak dan keluarganya. Sedangkan yang berkewajiban mencari nafkah adalah suami. Maka dari itu perempuan harus menabung ilmu sebanyak-banyaknya. Tidak salah kan kalau perempuan memiliki pendidikan yang tinggi? Di zaman sekarang banyak perempuan sekarang yang menjadi pemimpin negara
.
Pada saat aku mempersiapkan Study S 2-ku, Abi dan Ummi memanggilku ke ruang TV. Aku tidak tahu apa yang akan Abi dan Ummi bicarakan, kukira akan membicarakan Study S 2-ku ternyata bukan. “Anakku yg Shalihah Abi punya calon untuk mu dia anak dari teman dekat ayah waktu di PONPES selama 6 tahu. Dia baru menyelesaikan S 3-nya di Mesir dan akan mendapatkan warisan dari ayahnya berupa perusahaan, yang sedang berkembang dan kemungkinan akan terus mengikuti perkembangan zaman. Abi pikir umurmu sudah cukup untuk menikah anakku. Bagaimana, kamu mau kan?” Kata Abiku. Aku pun berfikir sejenak dan saat aku sedang berpikir Ummi berkata “Naak.. Abi dan Ummi mengizinkanmu untuk menikah muda karena agar teerhindar dari Zina serta menjaga harga diri dan martabat mu. Selain itu, jika  kamu berpacaran dan berbuat seperti itu, tentu akan menyeret  kami ke dalam api neraka. Apalagi kamu perempuan yang cantik. Kamu pasti mengerti itu kan anaku yang cantik?”.
Akupun berpikir lebih keras lagi. Aku paling tidak bisa membantah terhadap perintah dan nasihat orang orang tua. Aku bilang kepada kedua orang tuaku, “Abi Ummi bukannya aku tidak ingin menikah atau menjaga martabat diriku dan orang tuaku, aku pun ingin menikah tetapi setelah lulus S 2, boleh kan Abi, Ummi?” Usulku. “Kenapa kamu ingin mengambil kuliah lagi anakku, apakah S 1 masih belum cukup untuk dirimu? Uuntuk apa perempuan kuliah tinggi-tinggi? Toh ujung-ujungnya kamu akan di rumah untuk menjaga rumah dan keluarga terutama suamimu”.  Jawab Abi. “Abii… aku tahu kalau perempuan akan di rumah saja memasak,mengurus anak,mengurus suami, bersih-bersih rumah, dan masih banyak lagi. Tapi bagaimana dengan perkataan Islam bahwa perempuan adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya dan membimbing suaminya bila suamiku salah jalan dan meminta pendapat atau ijin kepadaku? Bukankah istri yang akan memberi pendapat kepada suaiminya?” Ujarku. “Anankku yang satu ini memang sangat mengerti agama dan  mengikuti tuntutan yang ada di dalamnya, baiklah anakku Abi akan memberikan waktu kepadamu untuk memikirkannya, tetapi jangan terlalu lama oke? Abi akan bilang kepada teman Abi itu”. Jawab ayahku dengan lemah lembut. “Baik Abi.. Syukron Abi Ummi”. Jawabku dan pergi menuju kamar dan berpikir apa yang akan aku pilih dan setiap malam sebelum tidur aku selalu Shalat Istikharah.
Seiring berjalannya waktu, Abi selalu menagih apa yang akan aku pilih, Abi berharap aku akan memilih menikah dengan pria pilihannya. Mengapa aku tidak menolak pilihan abi dan ummi kepadaku? Aku bahkan tidak pernah melihat pria yang abi maksud, sdeperti apa karakternya. Tapi entah kenapa aku tidak mampu menolak pilihan abi. Dalam hatiku aku merasa yakin bahwa pilihan abi tidak akan salah, lagi pula aku tidak berani menolak apa yang abi dan ummi perintahkan kepadaku. Aku jadi teringat waktu di PONPES saat aku kelas 10 aku pernah menyukai pada kakak kelasku. Saat itu dia kelas 12, yaa.. usianya 2 tahun lebih tuadariku. Aku ingin menyatakan perasaanku pada dia karena aku takut perasaan fitrah-Nya ini menjadi fitnah dan karena di Islam aku tahu bahwa tidak ada yang namanya pacaran melainkan halalkan, bukan berarti aku bersifat agresif dengan seorang laki-laki atau kegatelan atau apalah itu. Yang jelas aku hanya takut itu akan menjadi fitnah dan akan menjadi dosa besar bagi diriku dan kedua orang tuaku. Aku pun kenal dia dari ekskul Taekwondo di PONPES dan aku tidak terlalu dekat dengan dia itu pun tidak sepermainan tidak seperti teman perempuanku, aku hanya sekedar menyapa jika ada keperluan tertentu. Tetapi sekarang aku tida terlalu memikirkannya hanya saja berharap dia menjadi teman hidupku sekaligus ayah dari anak-anakku kelak.
Pada saat aku pergi ke suatu toko buku untuk membeli keperluan belajarku nanti ada seorang laki-laki yang menghampiriku dan menyapaku tapi aku tidak ingat siapa dia. Akan  tetapi jika kutatap wajahnya aku merasa tidak asing dalam hidup ku. “Assalamualaikum Ukhti!” sapa dia “Waalaikumsallam Akhi”. Jawab salamku. “Kayfa haluki ya ukhti?” “Allhamdullilah khoir” Jawabku. “Ukhti masih ingat saya? Saya kakak kelas ukhti waktu di PONPES”. Tanyanya. “Maaf akhi saya gak terlalu inget semua hehe”. Kataku. “Gak papa ukhti, saya Muhammad Diafakhri biasa dipanggil Fakhri…. . Gimana, sudah ingat?” “Fakhri……? Ohh akhi kakak kelas saya waktu di PONPES dan kakak ikut ekskul taekwondo juga kan?” Iyah ukhti, akhirnya ukhti inget juga hahhaa” . komentarnya diakhiri dengan tertawa kecil. “Iyah akhi maaf kan saya, saya pelupa, oh iya sekarang akhi lagi sibuk apa?” Tanyaku. “Iya gak papa ukhti, sekarang saya lagi bantuin Abi saya mengurus perusahaan beliau dan saya baru selelsai S3, bagaimana dengan ukhti?”  Mengkahiri jawabannya diakhiri dengan pertanyaan. “Saya sedang mempersiapkan untuk melanjutkan sekolah saya di S2” Jawabku.  “Baiklah ukhti saya tidak punya banyak waktu sampai jumpa ukhti Assalamualaikum”.  “Okee, waalaikumsallam”. Kami pun pergi saling membelakangi dan berdoa dalam hati “Ya Allah jadikan dia suamiku dan jika dia yang terbaik untuk saya dekatkan dan jika bukan coba       Engkau periksa lagi xixixi..”. Sambil menuju ke kasir.
Sesampai di rumah ada mobil mewah berwarna putih parkir depan rumah orang tuaku, aku tidak berpikir siapa yang bertamu di rumah orang tuaku saat aku masuk mengucapkan salam ternyata di situ ada 3orang tamu sedang mengobrol dengan kedua orang tuaku. Dan aku pun di suruh untuk duduk di samping Ummiku. Pas di hadapanku duduk seorang laki-laki yang baru saja aku temui di toko buku tadi. Iya dia adalah Fakhri kakak kelasku yang kusukai sewaktu di PONPES. Aku pun bingung ada perlu apa dia bertamu ke sini?
Aku pun disuruh duduk oleh Ummi dan Abi, setelah duduk Abi dari Fakhri berkata. "Kami ke sini untuk taarufan denganmu nakk, apakah kamu bersedia untuk menjadi bidadari dari anaku Fakhri?" Aku pun bingung harus jawab apa dan perasaan macam apa ini aku merasa bahagia sekaligus bingung harus menjawab apa. Dan aku menjawab "Bismillah Ya Allah, sebenarnya Abi aku ingin melanjutkan Study S 2-ku. Apakah Fakhri bersedia menungguku selesai S 2 nanti?" Tanyakku. "Aku tak harus menunggumu Ukhti".  Jawab dia. "Maksudmu?" aku pun kebingungan dengan jawaban dia. "Kau boleh melanjutkan S 2-mu dan sekaligus istriku". Jawabnya sambil tersenyum manis di depanku. Jawaban Fahri yang disertai ekspresi membuat hatiku luluh. "Benarkah? Tanyaku. Sebenarnya aku ingin bertanya seperti itu kepadamu tetapi kamu sudah menjawabnya sebelum aku bertanya.. xixixi". Jawabku. Sebenarnya jauh di lubuk hatiku ada kekhawatiran, kalau ditunda lagi bagaimana kalau Fahri diambil orang. "Baiklah jadi anakmu ini bersedia menjadi teman hidup ana?" Tanya Abi Fakhri.  "Apa kurang jelas dengan jawaban dari anak ana?" Jawab Abiku. "Baiklah kapan akan dilaksanakan Ijab Qobulnya?" Tanya Abi Fakhri. " Sebelum apa setelah shalat Subuh di Masjid Istiqlal. Boleh kah abi?" Jawab Fakhri sekaligus bertanya. "Kenapa bertanya pada Abi, tanyakan saja kepada calon istrimu nak". "Bagaimana ukhti kamu bersedia?" Tanya Fakhri padaku. "Sesungguhnya itu adalah impianku Fakhri". Jawabku dengan tersipu malu. "Baiklah acaranya akan dilaksanakan 3 hari lagi, jadi persiapkanlah diri kalian oke, semua urusan gaun dan undangan biar Fakhri saja yang mengurus, bagaimana?" Tanya Abi Fakhri. "Baiklah Abi saya setuju. Insya Allah saya akan menjadi istri dan ibu yang baik untuk suami dan anak-anakku. Dengan bimbingan Abi dan Ummi Insya Allaah perkawinan kami akan berjalan di atas perintah agama.
Semoga melalui pernikahan ini keluarga kami akan menjadi keluarga yang Sakinah Mawadah Warahmah". Jawabku. "Amin… Iinsya Allah".  Jawab Ummi,  Abi dan Fakhri. Amin ya Allahuma Amin" jawab Fakhri.
Tamat
 Demikian cerita ini disajikan, semoga ada manfaatnya, dan terima kasih atas kunjungannya.


Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Popular Posts

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Bahasa dan Sastra - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Aosin Suwadi