MACAM-MACAM MAJAS
A.
Pengertian Majas
Majas adalah
adalah cara melukiskan sesuatu dengan jalan menyamakan dengan suatu yang lain,
{KBBI, 2001}. Majas
disebut juga perumpamaan
B.
Macam-Macam Majas
1.
Majas Litotes, yaitu majas yang dipakai untuk
menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri. Sesuatu dinyatakan kurang
dari sebenarnya. Contoh:
a.
Kedudukan saya tidak ada artinya sama sekali
b.
Apa yang kami hadiahkan ini sama sekali tidak ada
atrinya bagimu.
- Majas
Paradoks, yaitu majas yang mengandung pertentangan dengan fakta yang ada.
Contoh:
a.
Ia mati kelaparan di tengan kekayaan yang mellimpah
b.
Dia merasa kesepian di tengah keramaian kota
- Majas
Pleonasme, yaitu majas yang menggunakan kata-kata lebih banyak dari yang
diperlukan. Contoh :
a.
Saya telah mendengar cerita itu dengan telilnga saya
sendiri
b.
Saya telah melihat kejadian itu dengan mata kepala
saya sendiri
- Majas
Elipsis, yaitu majas yang menghilangkan suatu unsur kalimat, yang mudah
untuk ditafsirkan. Contoh :
a.
Bentuk badanmu memang sehat, tapi psikismu …
b.
Nilai Bahasa Inggrismu memang bangus, tapi nilai
bahasa Arabmu …
- Majas
Metonimia, yaitu Majas yang menggunakan sebuah kata untuk menyatakan hal
lain yang mempunyai pertalian sangan dekat, Contoh: Pena lebih berbahaya
dari pedang.
- Majas
Silisme (persamaan), yaitu majas yang mengandung perbandingan secara
esksplisit. Contoh :
a. Kikirnya seperti
kepiting batu
b. Mukanya merah
laksana kepiting rebus
- Majas
Metafora, yaitu majas semacam analogi
atau membandingkan dua hal secara langsung dalam bentuk singkat.
Contoh : Perahu itu menggergaji ombak.
- Majas
Personifikasi, yaitu mazas yang menggambarkan benda-banda mati
seolah-olah memiliki sifat seperti manusia. Contoh :
a. Bisikan angin itu
menambah kepedihan hatiku
b. Kata-katanya
tajam bagaikan mata pisau
9. Majas Ironi atau
Sindiran, yaitu majas yang menyatakan sesuatu dengan maksud yang berlainan
dengan yang dikatakan. Contoh :
a. Kmu datang
terlalu pagi (menegur yang kesiangan)
b. Semua orang tahu
bahwa engkau memang gadis tercantik di dunia ini
10. Majas Sinisme,
yaitu majas berbentuk kesangsian dan mengandung ejekan terhadap keijhkasab dan
ketulusan hati. Contoh : Semua orang di
sini merasa senang, tidak diragukan lagi
ternyata Andalah orangnya.
- Majas Sarkasme, yaitu
majas yang mengandung kepahitan dan celaan yang getir lebih kasar dari
majas ironi dan sinisme. Contoh :
a.
Mulut harimau kau !
b.
Lihat sang raksasa itu (kepada Ci Cebol)
12. Majas Sinekdoke :
a.
Pas pro toto,
yang menyatakan sebagian untuk keseluruhan. Contoh:
Rapat itu hanya dihadiri oleh
kepala-kepalanya saja.
b.
Totem pro toto, yaitu menyatakan keseluruhan untuk
sebagian. Contoh :
Pertandingan sepak bola antara Indonesia
melawan Malaysia itu berakhir dengan kedudukan draw.
- Majas Hiperbolah, yaitu majas yang mengandung
pernyataan berlebihan dengan membesar-besarkan sesuatu. Contoh :
Hampir meledak kepalaku karena menahan
rasa marah.
- Majas Eufimisme, yaitu
majas yang menyatakan sesuatu dengan ungkapan yang lebih halus. Contoh
Untuk mengatasi masalah keuangan,
perusahan itu merumahkan karyawannya.
- Majas
Retoris , yaitu majas yang merupakan pertanyaan yang tidak menuntut
jawaban . Contoh :
Bukankan kita merupakan bangsa yang beragama ?
Mengapa kalian bolos, bukankah kalian datang ke sekolah
untuk belajar ?
Majas
sering dianggap sebagai sinonim dari gaya bahasa, namun sebenarnya majas
termasuk dalam gaya bahasa. Majas adalah gaya bahasa atau bahasa
kias untuk melukiskan sesuatu dengan jalan membandingkan, mempertentangkan,
mempertautkan. Gaya bahasa adalah pengungkapan perasaan atau pikiran dengan
menggunakan pilihan kata tertentu. Macam-macam gaya bahasa terdiri dari
:
1.
Klimaks atau gradasi, adalah gaya bahasa berupa
ekspresi dan pernyataan dalam rincian yang secara periodek makin lama makin
meningkat, baik kuantitas, kualitas, intensitas, nilainya, seperti contoh
berikut. Idealnya setiap anak Indonesia
pernah menempuh pendidikan formal di TK, SD, SMP, SMA/SMK, syukur S2, S3 sampai gelar Doktor dan kalau mengajar
di Perguruan Tinggi bergelar Profesor/Guru Besar pula.
2.
Anti klimaks
merupakan antonim dari klimaks adalah gaya bahasa berupa kalimat terstruktur
dan isinya mengalami penurunan kualitas, kuantitas intensitas. Gaya bahasa ini
di mulai dari puncak makin lama makin ke bawah, seperti contoh berikut.
Bagi milyader bakhil,
jangankan menyumbang jutaan rupiah, seratus ribu, lima puluh ribu, sepuluh
ribu, seribu rupiah pun ia enggan, masih dihitung-hitung. Jauh sebelum
memperoleh mendali emas dalam Olimpiade Athena 2004 cabang bulutangkis, Taufik
Hidayat niscaya telah menjadi juara nasional dan sebelumnya juga tingkat
propinsi, kabupaten, malahan pula tingkat kecamatan, desa, RT/RW.
3.
Paralelisme adalah
gaya bahasa berupa penyejajaran antara frase-frase yang menduduki fungsi yang
sama, seperti contoh berikut.
Kriminalitas dan
kemaksiatan itu akan menyengsarakan banyak orang, membuat menderita kurban-kurbannya.
4.
Repetisi adalah
gaya bahasa dengan jalan mengulang pengunaan kata atau kelompok kata tertentu.
, seperti contoh berikut.
a.
Seumpama merpati akulah kesetiaan yang tidak pernah
ingkar janji. Seumpama samudra akulah kesabaran yang menampung keluh kesah
segala muara. Seumpama embun akulah kesejukan yang membasuh hati yang lara.
5.
Aliterasi adalah
gaya bahasa berupa perulangan bunyi konsonan, seperti contoh berikut.
Sahabatku bernama Fajar, Firman,
Firdaus Filosofi.
Widyawan, Wisik ,
Wahyu, Wastika, suka menekuni spiritualitas. Jadilah jantan
jujur jenius! Nama mahasiswi itu Cici Cantika Cangggih Cendikiawati
6.
Elipsis adalah
gaya bahasa berupa penyusunan kalimat yang mengandung kata-kata yang sengaja
dihilangkan yang sebenarnya bisa diisi oleh pembaca/penyimak, seperti contoh
berikut.
Wajahmu memang cantik,
tapi kelakuanmu ... Nilai keterampilanmu memang bangus tapi nilai matematikanya
....
7.
Eufemisme,
adalah gaya bahasa berupa pengungkapan yang sifatnya menghaluskan supaya tidak
menyinggung perasaan, tidak terasa tajam, seperti contoh berikut.
Karena perusahaan itu
hampir bangkrut, banyak karyawan yang dirumahkan. Penduk Indonesia banyak yang
mengalami gizi buruk. Anak itu tinggal kelas karena agak terlambat dalam
mengikuti pelajaran.
8.
Litotes adalah
gaya bahasa yang sifatnya merendahkan diri, tidak sesuai dengan kenyataan yang
sesungguhnya namun tidak punya maksud agar orang percaya dengan hal itu,
pembicara/penyimak tahu apa yang sebenarnya ia maksudkan, seperti contoh
berikut.
Kalau Anda tidak
keberatan, mampirlah ke gubug kami di Jalan Pemuda No. 100 Surakarta.
Yogya-Solo terpaksa kita tempuh 2 jam karena kita hanya naik gerobak.
9.
Tautologi adalah
sarana retorika yang menyatakan sesuatu secara berulang dengan kata-kata yang
maknanya sama supaya diperoleh pengertian yang lebih mendalam, seperti contoh
berikut. Tak badai tak ada topan,
tiba-tiba saja ia marah.
10. Pleonasme adalah sarana retorika semacam tautologi dengan kata
kedua yang sudah dijelaskan oleh kata pertama, , seperti contoh berikut.
Silakan maju ke depan, setelah itu naik ke atas.
11. Erotesis/pertanyaan
retoris adalah gaya bahasa berupa
pengajuan pertanyaan untuk memperoleh efek mengulang tanpa menghendaki jawaban,
karena jawabannya sudah tersirat di sana. Gaya bahasa ini acap digunakan oleh
para orator, seperti contoh berikut.
Biaya pendidikan di
Perguruan Tinggi sangat mahal. Bisakah rakyat kecil menyekolahkan anaknya
sampai ke sana? Siapa yang bisa berkuliah kalau bukan kaum berada?
12. Koreksio/Epanotesis
adalah gaya bahasa berupa pernyataan yang terkesan meyakinkan, namun disadari
mengandung kesalahan. Atas kesalahan itu lalu dilakukan pembetulan, seperti
contoh berikut.
Sudah
setengah abad kita merdeka, eh bukan, 60 tahun malah, nah selama itu, kemajuan
apasajakah yang sudah kita capai?
Dalam
dunia sastra, kita mengenal Pelopor Angkatan ’45 yaitu Rendra, ah bukan, bukan
Rendra, yang benar adalah Chairil Anwar.
13. Hiperbola adalah gaya bahasa berupa pernyataan yang sengaja
dibesar-besarkan dan dibuat berlebihan, seperti contoh berikut.
Saya ucapkan beribu-rbu
terima kasih atas perkenan Bapak dan Ibu menghadiri undangan panitia. Bertemu
denganmu hatiku berbunga-bunga, sejuta rasa terbang melayang di angkasa bahagia.
14. Paradoks adalah gaya bahasa berupa pernyataan yang mengandung
kontras/pertentangan, namun ternyata mengandung kebenaran, seperti contoh
berikut. Betapa banyak orang yang dalam
kesendiriannya merasa kesepian di kota sehiruk-pikuk Jakarta.
15. Simile /Persamaan adalah bahasa kiasan berupa pernyataan
satu hal dengan hal lain dengan menggunakan kata-kata pembanding, seperti
contoh berikut.
Bersabarlah seperti samudra yang mampu menampug keluh kesah
segala muara.
16. Metafora adalah bahasa kiasan sejenis perbandingan namun tidak
menggunakan kata pembanding. Di sini perbandingan dilakukan secara langsung
tanpa kata sejenis bagaikan, ibarat, laksana, dan semacamnya, seperti contoh
berikut. Kesabaran adalah bumi.
17. Alegori adalah kata kiasan berbentuk lukisan/cerita kiasan,
merupakan metafora yang dikembangkan, seperti contoh. Menuju Ke Laut
18. Personifikasi/Penginsanan
adalah gaya bahasa yang mempersamakan benda-benda dengan manusia, punya sifat,
kemampuan, pemikiran, perasaan, seperti yang dimiliki dan dialami oleh manusia,
seperti contoh berikut.
Angin bercakap-cakap
dengan daun-daun, bunga-bunga, kabut dan titik embun. Bisikan angin itu
menambah kepedihan hatiku. Indonesia menangis, duka nestapa Aceh memeluk erat
sanubari bangsaku.
19. Alusio adalah gaya bahasa yang menampilkan adanya persamaan
dari sesuatu yang dilukiskan yang sebagai referen sudah dikenal pembaca, seperti
contoh berikut.
Bung Karno – Bung Karno
kecil menunjukkan kebolehannya dalam lomba pidato membawakan fragmen “Di Bawah
bendera Revolusi”.
20. Majas Sinekdoke
:
a.
Pas pro toto, yang menyatakan sebagian untuk keseluruhan,
seperti contoh berikut. Rapat itu hanya
dihadiri oleh kepala-kepalanya saja. Lama tak kelihatan batang hidungnya !
b.
Totem pro toto, yaitu
menyatakan keseluruhan untuk sebagian, seperti contoh berikut. Pertandingan sepak bola antara Indonesia
melawan Malaysia itu berakhir dengan kedudukan draw.
21. Metonemia adalah bahasa kiasan dalam bentuk penggantian nama
atas sesuatu, seperti contoh berikut.
Kita harus bersyukur tinggal di negeri Zamrud Khatulistiwa yang elok permai
ini. Dia telah pergi ke negeri Gajah Putih.
22. Ironi/sindiran adalah gaya bahasa berupa penyampaian kata-kata denga
berbeda dengan maksud dengan sesungguhnya, tapi pembaca/pendengar, diharapkan
memahami maksud penyampaian itu, seperti contoh berikut. Kuakui, kutu buku yang satu ini memang berpengetahuan luas sekali.
23. Satire adalah gaya bahasa sejenis ironi yang mengandung
kritik atas kelemahan manusia agar terjadi kebaikan . tidak jarang satire
muncul dalam bentuk puisi yang mengandung kegetiran tapi ada kesadaran untuk
berbenah diri, , seperti contoh berikut.
Aku lalai di pagi hari. Beta lengah di masa muda. Kini hidup meracun hati. Miskin ilmu miskin harta.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !