Pengulangan Waktu
karya
Deden Bustomi Kelas XI MIPA 3
SMAN 6 Kota
Serang 2019/2020
Sudah
sepuluh tahun aku berada dalam dunia yang kacau ini. Setelah meteor datang
menghantam bumi, revolusi manusia
pun
terjadi. Yang mampu bertahan menjadi kuat dan yang tak mampu bertahan berubah
menjadi monster yang tak mempunyai akal. Hukum, aturan, dan adat sudah tak
berguna saat ini. Semua ini merenggut segalanya seperti keluarga, teman,
sahabat, harta, dan jabatan. Aku kadang berpikir, "apakah aku harus menjadi seperti
mereka?". Keberuntungan membuatku masih bisa bertahan dari para monter
ini. Para monster ini kusebut Kirintex dan virus yang menyerangnya kusebut
virus Kirin,
dan yang sekarang melanda bumi ini kusebut dengan kiamat.
"Ingin rasanya aku mengulang waktu, hoaaam... sial! Ditengah lautan
monster ini aku malah mengantuk.,
Hah aku tak bisa menahan rasa kantuk ini. Mungkin tidur sejenak akan lebih baik. Aku hidup atau mati
pun tak ada bedanya untuk dunia yang sudah kiamat ini.
"Hwaaa..!!! Hey bangun!!!"
Seseorang yang kukenal membangunkanku. Aku terkejut karena posisiku sedang
duduk di anak tangga dekat koridor SMA-ku.
Aku sangat terheran-heran dan langsung melihat jam dan tanggal di koridor utama. Xion. "Hey Kau
kenapa?" Aku menghiraukannya dan langsung melihat tanggal yang menunjukan
12 Januari 2025 yang berarti aku kembali 10 tahun yang lalu ketika kiamat itu
muncul. Kemudian aku menengok melihat jam besar di koridor utama yang
menunjukan pukul 12.50. Tepat 10 menit yang akan datang kiamat itu akan
terjadim. Aku bergegas
mengajak Xion ke gudang sekolah
yang lumayan besar. Setelah sampai aku langsung mencari-cari benda yang bisa
kujadikan senjata atau alat untuk menyerang. "Kau kenapa, kepalamu terbentur?
Apa sahabatku ini sudah gila ya? Ayo kembali ke kelas, ini sudah masuk jam
pelajaran!!! Xion menceramahiku. Sambil menghela nafas aku berkata padanya
"Diam dan ikuti saja kalau kau mau selamat". Aku ingin memperbaiki
kesalahanku dulu dan menyelematkan Xion.
12.55
aku berhasil mengumpulkan beberapa senjata yang mampu menahan dan membunuh
monster kirin, 12.59 Xion mulai memahami bahwa perkataanku tidak main-main. saat ini, 13.00 aku melihat ke arah jendela besar yang
langsung menghadap ke lapangan, memperlihatkan meteor berjatuhan dari langit.
Xion "Zee lihatlah!!! Media televisi dan berbagai macam stasiun komunikasi
menayangkan hujan meteor saat ini.
Ayo kembali kembali ke kelas dan berkumpul dengan teman yang
lain, kita tak alan selamat kalau seperti ini"
"Diamlah, lihatlah ke sini dan akan
kuberitahu semuanya". Xion tersentak melihat meteor berjatuhan
kemudian aku menjelaskan mengenai kehidupanku dulu. Aku kembali ke masa lalu, Kirin,
Kirintex, Evolved, dan kiamat yang terjadi saat ini. “Xion, aku tak begitu
mempercayaimu tapi kupegang perkataanmu, apa yang akan terjadi setelah ini? Apa
yang harus kita lakukan? Bagaimana dengan teman teman di sekolah?" 1 jam
setelah hujan meteor ini berhenti kita semua akan tak sadarkan diri. Maka virus
Kirin dari meteor itu akan berhamburan dan tersebar melalui udara. Kita hanya
perlu menunggu. Seluruh orang yang ada di sekolah akan menjadi monster, hanya
kau dan aku yang selamat." Dia mempercayaiku seutuhnya, hujan meteor
berlangsung selama 15 menit tanpa henti. 13.15 inilah saatnya kita semua terlelap.
Satu jam setelah tak sadar aku langsunh
terbangun dan melakukan penguatan kemampuan evolveku. Dulu aku banyak belajar sehingga
menemukan cara yang jauh lebih efektif dan efisien dibandingkan berlatih
memukul atau menendang. Dengan memfokuskan energi pada satu titik dibagian
tubuhku maka kekuatan evolve akan muncul dan bermutasi. Aku fokuskan energi
pada kedua mataku sehingga munculah suatu tanda pada bagian pupil mataku. Dulu
kemampuan ini kudapat 2 tahun setelah kiamat datang namun saat ini aku mampu
mendapatkannya diwaktu yang begitu awal. Aku mengajari Xion dan membimbingnya untuk mendapatkan
kekuatan evolve yang jauh lebih kuat. "Duduklah kemudian fokuskan energi
evolvemu pada satu titik yang kau inginkan kemudian tekan energi itu hingga
batas maksimal dan lakukan berulang ulang." Kataku.
"Baiklah,
apa seperti ini?" sinar merah muncul dari dirinya menandakan penguatan
telah berhasil. Kata Xion
"Dimana kau mempusatkan energimu?" Tanyaku.
"Pada kakiku , apa yang bisa aku lakukan? Rasanya kakiku
terasa sangat ringan" Tanya Xion
"Teleportasi!!!" Jawabku. "Ha!? Apa maksudmu?
Bagaimana caranya melakukan hal itu?" Tanya Xion. "Lihatlah suatu
objek atau tempat, kau juga bisa mengingat suatu tempat untuk berpindah kesana.
Kekuatanmu listrik kau mampu mengeluarkan kemampuan yang hebat." Jawabku. Xion begitu kaget,
kemudian kami berlatih beberapa hari untuk menguatkan kemampuan kami. "200
Km arah timur laut kota Razor terdapat segerombolan kirintex tahap 1. Pusat
kota pasti akan sangat berbahaya untuk kita!" Kataku.
"Ayo
pergi, pegang tanganku dan kita akan sampai 0.1 detik setelahnya." Ajak Xion. "Kau mulai
menyombong sekarang." Kataku. "Teleportation!!!" Teriak Xion. Seketika kami sampai
di atap gedung, aku mmenundukan kepala dan melihat monster tahap 1 yang begitu
banyak sepertinya berjumlah ribuan monster. "Seranglah, kau sangat kuat
kan? Monster sebanyak itu bagimu bagai semut kecil yang imut dan manis, bukan
begitu?" Pinta Xion. "Jangan
merendah xion." Perintahku. Sambil berdiri aku
meluruskan tangan kananku ke
depan
dan membuka telapak tangan. "Matilah kalian semua." Perintahku. Sebuah bola api
besar muncul dari telapak tanganku kemudian menghantam seluruh Kirintex
tahap 1. Seketika mereka
semua mati dan menjadi abu. "12 Kilometer arah barat terdapat 3 orang
evolved yang selamat, mereka berada di gedung telekomunikasi. Ayo kesana
sekarang!" Aku memberi tahu
Xion. "Baiklah,
Teleportation!!!" Teriak Xion.
Kami
berada di depan mereka dan mereka begitu terkejut dan ketakutan. Aku mengajak mereka
bergabung. Awalnya mereka menolak namun setelah kujelaskan seluruh hal yang
kutahu mereka mau untuk bergabung. "Hey Zee kau tak ingin bertanya nama
mereka?" Tanya Xion. "Layla yang memiliki kemampuan dasar
air, Shin berkemampuan angin, dan kau Feng berkemampuan tanah. Aku tahu semua
tentang kalian perkenalkan aku Zee, kemampuan utamaku adalah Clairvoyant atau
penglihatan dan aku memliki seluruh kemampuan dari energi alam. Air, api,
tanah, angin, dan listrik. Dan dia Xion pemilik kekuatan teleportasi, kecepatan
cahaya, dan kekuatan listrik. Jangan dekati dia, dia sangat sombong akan
kekuatannya." Kataku
sambil menunjuk satu persatu.
Suasana menjadi cair kami semua tertawa mendengar setiap candaan. Kami mulai berlatih
dan menjadi jauh lebih kuat. Mencari, berteleport, dan memusnahkan para Kirintex, kami lakukan
berulang ulang sampai pada batasnya.
Tak
ada tanda keberadaan kirintex, semuanya sudah kita lenyapkan.
"Groaaaa" seketika terdengar suara monster yang begitu keras, aku
langsung memusatkan penglihatananku pada sumber suara itu dan bencana telah
tiba. Sebuah Kirintex tahap 4 yang begitu besar layaknya gedung 120 lantai. Sangat
menyeramkan.
Aku memerintahkan semuanya untuk kembali ke markas utama dan
berdiskusi. "Kenapa kau
memerintahkan kembali secara tiba-tiba?" Tanya Shin.
"Kirintex tahap 4" Jawabku. "Apakah
setinggi gedung 120 lantai ? Tanya
Feng. "Bagaimana kau
tahu?" Tanyaku. "Saat kita mencari
keberadaan Kirintex aku melihat suatu bayangan besar namun aku tak bisa melihat
secara jelas." Jawab Feng. "Zee bukankah
kau memiliki kemampuan clairvoyant? Seharusnya kau pasti melihatnya!?" Kata Layla . "Aneh... Aku sama
sekali tak melihat".
Kataku. "Sudahlah mari
kita diskusikam bagaimana cara mengalahkannya ". Ajak Xion. Kami berdiuskusi
hingga malam hari dan bersiap menyerang besok.
Hari
yang mendung dan begitu kelam, kami menduduki tempat yang telah di tentukan
menunggu arahan dariku. Dengan kekuatan angin milik Shin dia membuat sebuah
jaringan komunikasi lewat udara. "Mulai strateginya sekarang" Ajaakku. Kami menyerang
secara bersamaan, seluruh kemampuan alam menjadi satu untuk menyerang namun tak
kunjung monster itu jatuh. Makhluk itu semakin kuat dan melakukan hantaman tanpa
arah yang membuat beberapa dari kami terkena serangannya. "Aaaaaa..."
Aku mendengar teriakan Shin dan seluruh jaringan terputus yang berarti dia
telah mati. Aku tetap menyerang dengan mengerahkan segala kemampuan, mengambil
sebuah riffle kemudian melapisi pelurunya dengan kekuatanku dan kutembakkan
berkali kali. Monster tersebut merasa kesakitan dan mulai melemah, kemudian
monster itu mengeluarkan sebuah semburan air yang mampu melelehkan setiap objek
yang dikenainya. "Zee tolong aku... Aaaa...". Aku
mendengar Layle berteriak namun apa daya aku tak mampu melakukan apa pun. Sambil terus
menembak dari atas gedung peluruku habis dan terpaksa aku turun menghampiri
Feng dan Xion. "Aku akan meledakkan diriku, kekuatan tanahku berpotensi
menyebabkan ledakan nuklir meskipun tidak begitu besar tapi akan menyebabkan
kehancuran pada monster itu" Kata
Feng. "Diamlah kita
pasti bisa melakukan dengan cara lain."
Kata
Xion.
Feng
berjalan kemudian menghilang menembus tanah dan keluar tepat di bawah monster
itu. Dia meledakkan dirinya sendiri dan kaki dari monster itu pun hancur
seketika membuatnya jatuh menghantam tanah. "Dia sangat keras
kepala!" Gumamku. "Ayo seranglah". Ajak Xion. Aku dan Xion berlari ke arah monster itu namun
monster itu tiba-tiba mengeluarkan duri tajam dari tubuhnya dan mengarah kepadaku.
Kakiku membatu tak bisa digerakkan.
"Apa ini saatnya?" Aku berbisik. Seketika Xion mendorong tubuhku dan
dia tertusuk duri tajam dari Kirintex tahap 4 itu. "Xiooooon!!! Kenapa!?
Kenapaaa!? Kenapa aku tak bisa melindungi apapun!!!" Gumamku.
"Di..di..amlah
k..kau, k..kau lupa ke.. Ke..kuatanmu hah? S..se..se..selama..t..tinggal" Xion mengucapkan kata-kata terakhir.
"Kekuatan terkhirku? Ledakan!!!" Teriakku. Aku berpindah ke atap gedung tertinggi
bersiap mengegabungkan dan memaksimalkan energi alamku, membuat ledakan yang
berjuta-juta kali lebih kuat dibanding ledakan nuklir. Dengan menggabungkan
seluruh kekuatan alam dan memaksimalkannya aku membuat bola raksasa yang siap
menghantam dan membunuh monster itu. Meskipun artinya aku pun mati dan bumi ini
hancur. "Hidup pun
sudah tidak berguna di dunia
yang sudah kacau ini dan juga untuk apa hidup seorang diri, maka dari itu...
Matilah!!!” Kataku. Kekuatan yang begitu
besar keluar dan menghancurkan segalanya.
Aku hanya melihat cahaya putih yang menyilaukan mataku. “Apa aku sudah
mati?” Tanuaku. Cahaya putih itu mulai memudar
dan semakin terlihat jelas suatu objek indah. Aku melihat bangunan
megah layaknya sebuah kerajaan, semua orang bahagia, saling menyayangi dan
menghargai. Tak ada kejahatan, tak ada penindasan, semua hidup damai.
Orang-orang di sini
tersenyum kepadaku, mereka tampan dan cantik serta bersinar begitu terang.
Harum bunga tercium dari tempat ini, sangat indah. “Tuhan, apa ini surga?
Terimakasih atas segala nikmat yang kau berikan”. Kataku dalam hati.
Demikian cerita fantasi ini saya
publikasikan, semoga bermanfaat. Terima kasih atas apresiasinya, dan jika
berkenan mohon tinggalkan komentar.
👌👌👏👏
BalasHapusCeritanya cocok untuk dibaca oleh generasi milenial.
BalasHapusAduhhh mantul ceritanya
BalasHapus