Apresiasi
Bahasa Daerah (Bahasa Sunda Karuhun)
A.
Pendahuluan
Sebagaimana kita ketahui
bahwa secara umum moral bangsa kita semakin
mengarah kepada prilaku negatif. Banyak sekali fakta empiris yang kita
lihat melalui berbagai media, seperti: tauran, hujat menghujat, perncurian,
perampokan, pelecehan seks, pembunuhan, bahkan anak membunuh orang tua, orang
tua membunuh anak dan lain-lain. Sejalan
dengan bergulirnya era globalisasi, bangsa Indonesia diajak untuk goo internasional dalam arti luas. Semua
warga Negara kita diajak untuk mengikuti budaya barat. Hal ini bisa kita lihat
dari perilaku anak-anak sampai dengan kakek-kakek, dan nenek-nenek semuanya
ikut menjelajah kehidupan di permukaan bumi dalan dunia maya.
Banyak faktor yang
menyebabkan hancurmya moral bangsa kita, diantaranya, menipisnya apresiasi bahasa
dan budaya daerah sebagai aset dari budaya nasional.
B.
Bahasa
Daerah
Negara kita memiliki ratusan bahasa
daerah yang menyebar di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karena
terdesak oleh era globalisasi, kini bahasa daerah telah punah lebih dari
setengahnya. Dilihat dari jumlah penuturnya, sepuluh besar bahasa daerah di
Indonesia yaitu:
- bahasa Jawa,
- bahasa Melayu,
- bahasa Sunda,
- bahasa Madura,
- bahasa Batak,
- bahasa Minangkabau,
- bahasa Bugis,
- bahasa Aceh,
- bahasa Bali, dan
- bahasa Banjar
Dari kesepuluh bahasa daerah
tersebut, penulis menyoroti bahasa Sunda. Seperti halnya bahasa Jawa, bahasa
Sunda merupakan salah satu bahasa daerah yang penuturnya mayoritas. Khususnya
di wilayah Banten, fakta empiris membuktikan bahwa bahasa Sunda masih banyak
penuturnya, terutama di wilayah-wilayah perkampungan, pegunungan, dan sebagian
di wilayah pesisir. Sedangkan di wilayah perkotaan, bahasa Sunda hanya
digunakan oleh para orang tua. Sementara remaja, anak-anak sudah tidak mengenal
bahasa Sunda, karena sejak usia balita bahkan usia bayi, mereka sudah diajarkan
berkomunikasi dendan menggunakan bahasa Indonesia.
Suatu saat bahasa Sunda di wilayah perkotan dengan sendirinya
akan hilang. Bagaimana tidak, remaja sekarang yang tidak mengenal bahasa Sunda besok
lusa akan menjadi orang tua yang tidak menggunakan bahasa Sunda. Remaja dan anak-anak
tidak ada yang menggunakan bahasa Sunda. Sementara Kakek-kakek mereka secara
logika tentunya akan lebih dulu meninggalkannya. Lalu siapa lagi yang akan
menjadi penutur bahasa Sunda? Siapa lagi yang akan mengapresiasi? Siapa lagi
yang akan melestarikan. Kondisi ini tertunya harus dipikirkan sedini mungkin,
sebelum benar-benar punah.
C.
Apresiasi
Bahasa Sunda
Komponen
yang paling menentukan dalam bidang pengetahuan dan keterampilan berbahasa
adalah kosakata. Karena itu penulis akan menyumbangkan sejumlah kosakata bahasa
sunda karuhun yang dahulu secara umum biasa digunakan di wilayah banten. Namun
kali ini penulis hanya akan menyebutkan nama alatnya, tapi tidak menyebutkan
terjemahannya. Sifatnya hanya mengingatkan.
1. Nama-nama
Alat atau benda yang ada di dapur
Pawon, Para, parako,
leukeur,soko, boboko, bakul, nyiru, syair, cecepeh, ayakan, tenong, coet, pariuk,
kekeb, lelemper, guguel, dulang, seeng, aseupan, hihid, centong, gidir,
pabulon, rampadan, didingklik, parud, gagablog, golok, rongod, rompang, teko, cuntang,
emuk, cangkir, hawu, songsrong, bungbung, jubleg, halu, lulumpang, lalaki
lulumpang, sudu, cucukul, serbet, gorobog, rak, salang, sinduk, kalaci,
kekenceng, panci, kendi, gentong, gayung, pabeasan, langseng, kalakat, pendil, parupuyan,
celedek, kalakat, saringan, dipen, ranjang, jsb.
2. Nama-nama
komponen rumah
Rarangken,
umpak, tihang, dolos, sarang alu-alu, amben, ronggang, lincar, babatung,
babadak, bilik, dempet, kastok, erang-erang, pangeret, panglari, kendit, ander,
siku angin, kuda-kuda, sungsuhunan, simeut meuting, layeus, reng, hateup,
kenteng, karpus, pago, teoh, gebjog, kamar, lawang, pendeng, keremeng, sirit
teuweul, lalangitan, gedek, giribig,
jsb.
3. Kata
kerja (verba)
Gawe,
acak, aduk, anteur, cokot, candak, bantun, atur, arak, angkat, jungjung, indit,
bentak, getak, sengor, beuleum, harewos, tunduh, peureum, hees, sare, kulem, nyaring,
hudang, korowot, denge, tiru, tiron, datang, dongkap, dugi, emam, nyatu, ngawadang,
dahar, tuang, nginum, teunggeul, tonjok, tumbuk, teunggar, tabur, ojol, tukeur,
liron, cengkal, teken, tembus, teumrag, leungit, ajur, singreup, sedot, kenyot, punggel,
petik, taruk, ider, kuriling, pegat, pepegatan, oles, ulas, tenjo, jeueung, deuleu,
tempo, tingali, denge, dangu, cekel, cepeng, tilep, kenyed, ulur, jieun,
injeum, umbar, ondang, utik, ngupat,
teundeun, ojol, tukeur, gebos, tiup, morongos, baeud, imut, ngajedog, jsb.
Sakumaha biasa, bilih seueur keneh nu teu kasebat, wayahna pangtambihankeun,
ma’lum da sakaemut tea. Hatur nuhun.
Demikian tulisan ini dipublikasikan, dengan harapan dapat membantu aapresiasi bahsasa daerah, khususnya bahasa Sunda. Terima kasih atas apresiasinya, dan jika berkenan mohon tinggalkan komentar.
Bersambung
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !