Tak Semulus Jalan Tol
Karya: Deasy Puspitasari
Debur ombak terasa begitu indah. Semilir angin membuat rambutku bergoyang. Pantai ini begitu indah, berpasir putih, berair biru jernih, dan berbukit hijau nan lebat. Keindahan alam ini terselip menghadap Samudera Hindia. “Sayang, indah banget pantainya. Romantis tau suasananya!” Ujarku sambil melihat ke seluruh sudut. “Iya sayang. Gak sia-sia berjam-jam perjalanan kita untuk sampai di kampung Cikawung I, desa Sawarna, kecamatan Bayah, kabupaten Lebak, Pprovinsi Banten. Ckckck!” Decak kekasihku Affan. “Ih kamu lengkap amat? Eh, wawancara penjaga pantainya yuk?” “Sayang,kamu iseng ih!” Aku tak menghiraukan ucapannya dan aku segera berlari menuju bapak penjaga pantai yang tengah duduk.
“Siang Pak. Boleh tanya-tanya?” Bapak itu langsung mengiyakan dan mulai menjawab beberapa pertanyaanku. “Iya neng memang pantai disini teh sangat indah. Ini adalah pantai terindah dari 5 pantai yang dimiliki Banten. Panjang pantainya teh kurang lebih 65 KM.” Setelah berhasil mengorek-ngorek informasi tentang pantai ini, aku dan Affan kembali berjalan di bibir pantai. Affan terus menggenggam erat tanganku tapi tiba-tiba ia berhenti. “Sayang, aku punya kejutan tapi matanya ditutup ya!” Aku baru akan menjawab tapi ia sudah menutup mataku dengan sapu tangannya. “Ihh Dean El-Affan Syihab Yanuar!” Aku mencubit mesra tangannya. “Aw aw aw apa sih sayang? Udah ya nurut saja,aman kok.” Ucapnya sambil membelai pipiku.
Ahh aku jadi tak mampu berkata-kata lagi “Fan,kita ada dimana sih?” Affan tak menjawab. Ia hanya tersenyum melihat tingkahku. Affan segera mempersiapkan semuanya dan menyuruhku membuka penutup mata. Ia mulai memetik gitar dan bernyanyi “Meski waktu datang dan berlalu sampai kau tiada bertahan semua tak ‘kan mampu mengubahku hanyalah kau yang ada di relungku. Hanyalah dirimu mampu membuatku jatuh dan mencinta kau bukan hanya sekedar indah kau tak akan terganti.” Sumpaahhhh itu romantis banget ditambah untaian bunga mawar putih yang membentuk hati dan di tengahnya ada sebuah kotak. “Ah Affan romantis.” Aku hanya mampu tersenyum bahagia. “Indadara Puteri Senja,sini.” Lalu aku menghampiri Affan yang berada di dalam untaian bunga berbentuk hati itu. “Happy Anniversary ya. Terimakasih atas 3 tahun yang telah kita lalui. Terimakasih atas cinta,kasih sayang dan perhatianmu. Oh iya terimakasih juga atas kesabaran dan kesetiaanmu. Ahh pokoknya I love you.” Mataku mulai berkaca-kaca “Love you too.” “Udah ih jangan nangis. Ini aku punya hadiah untukmu.” Aku langsung mengambil kotak yang ia berikan lalu dibuka dan ternyata isinya adalah kalung berliontin ‘Affan’ yang sangat bagus. “Terimakasih Affan sayang.” Tangisan bahagiaku langsung pecah di pelukannya. “Udah jangan cengeng.” Ucapnya sambil mengusap puncak kepalaku. “Aku takut kamu ninggalin aku.” “Gak akan,sayang. Aku akan tetap bersamamu,mencintai,menyayangi dan menemanimu selamanya. Aku janji.”
Hidupku semakin berwarna. Setiap hari kulalui bersama Affan karena bagiku ia adalah segalanya. Pacar, pasti. Kakak, jelas karena ia mampu membimbingku ketika aku berjalan di tempat yang salah dan kedewasaannya membuatku nyaman. Sahabat, ya karena ia mampu menampung segala keluh kesah yang kurasa. Tempat sampah juga (loh kok?) ya karena ia yang selalu menghabiskan makananku ketika aku sudah tak mampu memakannya lagi dan ia berkata ‘I want do everything for you’ hihihi.
***************
2 minggu menjelang ulang tahunku 10 Agustus
“Sayang, kamu kok gak ada kabar? Padahal sebentar lagi aku ulang tahun, yang!” Tanyaku ketika aku berhasil menelepon Affan. “Iya aku lagi sibuk teater setiap hari untuk lomba nanti tanggal 10 Agustus. Kayaknya juga nanti aku ngasih kadonya duluan. Gak apa-apa ya?” “Hmm iya. Aku bobo ya? Bye.” Hm aku sedikit kecewa mendengarnya tapi apa daya. Mungkin dengan teater ia mampu menggali potensi dan mengukir prestasinya. Setelah itu Affan langsung menghilang seperti ditelan bumi. Tak pernah sedikitpun memberi kabar. Cinta, sedang apakah dirimu? Mengapa tak ada kabar? Mengapa tak jua datang? Diammu membuat hatiku pilu. Bila malam mulai akan datang terasa sepi menyusup ke celah pori-pori hati. Rindu menggelayutiku. Rindu belaian mesranya, rindu perhatiannya, rindu mendengar kata cintanya, rindu celotehnya dan rinduuuuuuuuuu ingin berjumpa.
Telah genap 2 minggu aku tak bertemu. Ya ya ya ia sangat sibuk di sekolahnya. Inilah resiko pacaran beda sekolah ahahaha. Setiap malam aku hanya mampu memeluk boneka mickey mouse pemberiannya. Hanya itu yang mampu mengobati sedikit rasa rinduku. Affan sepertinya sibuk sekali sampai ia lupa kalau di sini ada yang setia menunggu kabar darinya. Tak terasa air mata mulai membasahi pipiku. Perih rasanya ditinggal kekasih. Aku mengerti, bahkan sangat mengerti kesibukannya tapi yang aku heran tak bisakah ia meluangkan sedikit waktunya untukku? Tapi aku tetap yakin ia pasti selalu mengingatku dalam buaian do’a. Drrrtttttttt telepon genggamku bergetar tanda ada telepon masuk. “Yeeeey Affan. Hiks! Hiks! ke mana saja? Aku rindu. Hiks!” Aku berucap disela-sela tangisanku. “Aku sibuk latihan teater. Kamu tau kan? Jadi gak usah lebay kayak gitu!” Ia membentakku. Aku sangat terkejut mendengarnya. Affan yang kukenal sangatlah lembut dan baik tapi sekarang malah membentakku? Padahal ia tahu aku tipe anak yang tak bisa dikasari. Hiiiiiiks! “Jangan cengeng. Oh iya aku mau jujur. Kita harus putus dan aku harus jauhi kamu. Ini demi kebaikan kita.” “Hah?Aku nggak mau.” “Harus mau!!!” Klik sambungan teleponnya terputus.
Cobaan apalagi ini ya Allah? Sudah berhari-hari menghilang tanpa jejak, eh ketika datang malah menggoreskan luka yang lebih parah. Dokter mana yang mampu mengobatiku kalau sudah seperti ini? Kau pernah bilang aku setengah mati mengejar cintaku, tapi sekarang kamu bukanlah kekasih yang kukenal dulu. Kau berubah semakin jauh sudah tak mencintaiku lagiiiiii. Kapan lagi kau bilang I love you? I love you yang seperti duluuuuuuuu hiks, hiks!
***************
Di tempat lain,rupanya Affan sedang berbunga-bunga karena baru saja mendapatkan respon yang baik dari si ‘dia’. Jatuh cinta berjuta rasanya nanananana…. Duh bahagianya. Tiba-tiba Niffa, adik Affan datang “Cie kakak falling in love ya?” “Hush kamu ini ganggu saja. Sana ah jangan sok tahu.” Affan segera mengusir adiknya dan kembali fokus di depan laptop. “Siapa tahu si ‘dia’ lagi on hihi.” Semburat bahagiaku tak bisa disembunyikan ketika aku sedang mengobrol dengannya ya walaupun hanya lewat media sosial tapi itu tetap membuatku bergetar ihiw. To: Tania Intan Gissela Amoralia “Hai, selamat malam!” From: Tania Intan Gissela Amoralia “Malam juga. Ada apa ya?” To: Tania Intan Gissela Amoralia “Sis, would you be my girlfriend?” From: Tania Intan Gissela Amoralia “Ahaha are you crazy,right?” To: Tania Intan Gissela Amoralia “Ah say yes please.” From: Tania Intan Gissela Amoralia “Ok yes and I love you.” Bahagia rasanya bisa mendapatkan sosok perempuan seperti Tania Intan Gissela Amoralia. Ia sangat baik, pandai bercakap,perempuan aktiv dan ahh segalanya pokoknya hehehe.
***********
Hmmm aku harus mulai hidup tanpa Affan lagi. Sulit memang tapi harus dijalani karena ini adalah suatu fase kehidupan menuju kedewasaan. Beraaaaat memang bahkan aku tak sanggup mengubur semua kenangan indah bersama Affan. Tapi akan kubuktikan kalau aku mampu melewati fase ini! Walau aku harus pergi dan pulang sekolah sendirian. Kalau mau pergi tak ada lagi yang menemani,kalau lagi malas makan tak ada lagi yang memaksaku makan dalam hitungan detik. “Kalau sampai hitungan ke 3 belum makan, kita putus nih!” Ahahaha itulah ancamannya ketika memaksaku makan. Kamu ingat gak waktu kita baru pertama kenal? Kamu itu perhatian banget sama aku, bahagia rasanya. Makanya aku langsung jatuh cinta sama kamu.
Setelah bertahun-tahun kamu berubah jadi cuek, gak pernah ngasih kabar dan gak perhatian lagi. Kadang aku suka nangis sendiri, ingiiiiiiin rasanya diperhatikan lagi seperti dulu. Aku rindu kata ‘I love you’ kamu. Ckckck lucu seperti anak kecil memang. Aku menyusuri jalan komplek sendirian. Biasanya aku berangkat sekolah berdua sambil bercanda di sini. Ahhh sepertinya aku terjebak dalam nostalgia. Aku berusaha menyingkirkan kenangan-kenangan itu. “Hai Senja.” Sapa Aqila teman sekelasku. “Oh hai AQI. Hihi.” Ucapku sambil bercanda agar ia tak tau kalau aku sedang galau ckck. “Kok aki?” Tanyanya sambil memanyunkan bibir. “AQI ih bukan aki. AQI itu singkatan Aqila Qory Insani hihhihi.” Jawabku sambil cengengesan. “Oh iya iya. Eh eh gimana kamu sama pacarmu yang anak SMA Cendrawasih itu?” Tanyanya sambil memandang wajahku. “Hm baik kok. Memang kenapa?” Aku berusaha menahan air mataku dengan cara membenarkan posisi kacamataku. “Soalnya kemarin aku lihat dia jalan dengan perempuan. Denger-denger teman seorganisasinya juga di teater. Siapa sih?” Tanya AQI. “Mungkin temannya” Jawabku. “Ah masa teman mesra gitu? Sampai suap-suapan makanan gitu.”
‘Deg’ sakiiiiiit rasanya mendengar cerita dari Aqila tapi aku harus mampu menyembunyikan rasa sakitku. Hanya aku yang boleh mengetahui ini. Ingat, Affan pernah bilang bahwa kejelekan pasangan adalah aib kita. “Oh aku ingat namanya Tania deh.” Ucap Aqila tiba-tiba sedangkan aku hanya diam. Dahulu kau mencintaiku. Dahulu kau menginginkanku. Meskipun tak ‘kan pernah ada jawabku tak berniat kau tinggalkan aku. Sekarang kau pergi menjauh. Sekarang kau tinggalkan aku. Di saat kumulai mengharapkanmu dan kumohon maafkan aku.
*************
Pagi ini aku sedang menikmati sejuknya Kota Serang bersama Aqila sahabatku. “Alhamdulillah masih diberi kesempatan untuk hidup dan masih bisa menikmati usia 18 tahun.” “Ya ampun aku sampai lupa. Selamat ulang tahun,sehat selalu, semoga bisa jadi penulis sukses! Terus berkarya walaupun kondisi hati lagi gak sehat, tambah kuat dan sabar ya dan jadi pribadi yang lebih unggul. Semangattttt! Aku akan selalu ada untukmu di sini.” Aqila memelukku, akhirnya setelah sekian lama aku tak merasakan pelukan hangat dari Affan, kini aku bisa merasakan pelukan hangat meskipun dari Aqila ckckck. Tiba-tiba hujan turun. Aqila melepaskan pelukannya dan menarik tanganku untuk berteduh di bawah pohon. “Senja, lihat itu!” Aqila menujuk 2 orang remaja yang tengah berdiri dengan posisi si lelaki itu sedang memakaikan jeketnya kepada si perempuan. “Itu Affan dan Tania.” ‘Deg’ aku melihat dengat mata sendiri kalau itu Affan bersama perempuan yang katanya namanya Tania. Ya Allah aku tak mampu membendung air mata ini ahhhhh ingin rasanya berguling-guling di tanah. Eitssss, tapi tenang aku masih punya rasa malu kok hihi. “Itu Affan, cepat ke sana!!!” Ujar Aqila penuh emosi. “Ah biarkan saja.” “Ayoo!” Aqila menarikku sangat keras. Lalu Aqila berteriak sekuat tenaga memanggil Affan dan Affan pun langsung menoleh ke arah kami. “Heh Affan ini semua salah kamu!! Kamu membuat Senja berantakan. Kamu taHu dia pernah bilang bahwa dia seperti hidup bagai tanpa nyawa. Ya HIDUP TANPA NYAWA!!!” Aqila langsung memaki-maki Affan. Sedangkan Tania hanya tersenyum. “Dasar kau iblis! Perempuan bukan? Sadar gak kalau Anda itu seorang perusak hubungan orang! Dan kamu Affan dia itu hanya seorang penggoda. Buktikan semua janji manismu pada Senja! Berpikirlah dengan jernih pilihlah yang terbaik. Pikir! Apa kau tega menyia-nyiakan Senja yang rela bertahan hanya untukmu? Yang rela dijatuhi berbagai hujatan demi melindungi nama baikmu. DASAR BODOH!” Sepertinya Aqila tak mampu memendam emosinya lagi.
Perlahan-lahan aku meneteskan air mata dan berkata “Udah udah Aqila.” “Sttt, diam Senja! Aku akan membelamu sampai titik darah penghabisan karena aku tahu betapa kuatnya cintamu pada Affan.” Affan tak hanya diam, ia juga membalas emosi Aqila. “Kamu bukan siapa-siapa. Kamu juga tak merasakan bebanku.” “Ja ja ja jadi aku hanya beban untukmu?” Tanyaku dengan suara bergetar. “Iya kamu hanya membebaniku. Kamu tak pernah mengerti kegiatanku. Kamu sangat berbeda dengan Tania. Ia mampu mengerti kondisiku ketika aku sibuk berlatih teater. Sedangkan kamu hanya bisa marah-marah ketika aku tak memberimu kabar.” Huaaaaa tangisanku pecah dan aku langsung berlari di bawah derasnya hujan. “Kejar dan minta maaflah pada Senja!” Ujar Aqila sambil mendorong Affan. “Aku tak mauuuu! Biarkan saja dia pergi.”
Hujan semakin deras mengiringi kepergianku dan Aqila berlari mengejarku. “Affaan! Aku sangat mencintaimu dan kembalilah padaku. Aku berjanji akan menjadi yang kamu harapkan. Kalau kamu tetap bersamanya tunggulah suatu saat nanti penyesalan akan menghampirimu Affaaaaaaaaan!” Teriak Affan dari jauh. Aku menangis histeris di pinggir jalan. “Aku tak akan pernah menyesal karena memilih Tania adalah pilihan terbaikku dan ingat Tania lebih baik darimu!”. Air mataku bercampur dengan air hujan. “Iya tapi mungkin! Kamu baru mengenal sedikit tentangnya dan dia pun baru mengenal sedikit tentangmu. Dia juga akan merasakan perasaan sepertiku ketika mulai mengenalmu lebih jauh!” Aku berteriak sekencang kencangnya bahkan banyak orang yang melihatku dengan pandangan aneh.
Astaghfirullah!!. Hanya beristighfar yang mampu kulakukan. “Sabar ya, ingat ini adalah ujian dan ujian bisa membuat kita naik tingkat ketika kita berhasil melewatinya. Biarlah Affan pergi mungkin ia tak pantas untukmu dan akan datang seseorang yang lebih baik darinya suatu saat nanti.” Aqila terus menyemangatiku. Dan akhirnya aku hanya bisa pasrah terhadap takdir Sang Illahi. Aku hanyalah aktris yang bertugas menjalankan peran yang diberi oleh sutradara. Kuncinya hanyalah sabar dan tawakkal Cinta tak semulus jalan tol, pasti saja ada halangan dan rintangan yang menghalangi. Tetap kuat menjalani hidup meskipun harus memikul beban yang amat berat. Be strooooooooooooong! Allah always with us.
Ingat, selembar kertas yang telah diremas tak akan pernah bisa kembali ke bentuk semula, begitu pun hati!! “Aku seperti hidup tanpa nyawa. Aku lupa cara jatuh cinta, aku lupa cara tertawa bahagia, aku lupa lupa lupa. Tapi aku tak pernah lupa cara merindukan-Mu.”
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !