A. Materi debat untuk pro
PENGGUNAAN BAHASA DALAM TAYANGAN SINETRON
Sinetron adalah bagian dari karya sastra yang merupakan cerita yang diangkat dari kehidupan di masyarakat, yang ditayangkan dalam bentuk sinematografi elektronik, yang kemudian dikenal dengan sebutan “sinetron”. Dengan menonton sinetron kita dapat mengubah pola hidup manusia dari suatu tidak baik menjadi baik, sesuai dengan amanat yang dipesankan oleh penulis. Selain itu kita juga dapat meniru prilaku baik dari tokoh protagonis.
Kami sangat setuju dengan penggunaan bahasa dalam sinetron yang ditayangkan di televisi, yang menggukan bahasa dengan ragam bebas, seperti dialek betawi dan bahasa “okem” seperti “bokap”, “nyokap” dsb. yang berkembang di kalanggan remaja, karena kita tahu bahwa bahasa itu:
1. Bersift arbitrer; bebas (manasuka, sesuai dengan keinginan penutur atau pengguna bahasa itu sendiri).
2. Dinamis; selalu terjadi perubahan mengikuti perkembang zaman, baik dalam tataran. Setiap periode tertentu selalu terjadi selalu muncul kosa kata baru. Dengan begitu bahasa indonesia akan terus berkembang.
3. Jika kita harus selalu menggunakan bahasa Indonesia yang baku, maka kita merasa kaku dan terikat dalam berkomunikasi. Sehingga komunikasi kita tidak akan fleksibel.
Selain itu kita selaku pelajar juga tergolong remaja yang ingin menemukan jati diri. Dan bahasa yang digunakan dalam sinetron, kami rasa sesuai dengan dunia kami. Kita tahu bahwa salah satu tujuan dari berbahasa adalah agar terjadi komunikasi yang baik (komunikatif).
B. Materi debat untuk kontra
PENGGUNAAN BAHASA DALAM TAYANGAN SINETRON
Sinetron adalah bagian dari karya sastra yang merupakan cerita yang diambil dari kehidupan di masyarakat, yang kemudian ditayangkan dalam bentuk sinematografi elektronik, yang kemudian dikenal dengan sebutan “sinetron”. Sinetron dapat mengubah pola hidup manusia dari suatu kebiasaan baik ke kebiasaa buruk atau sebaliknya. Kebiasaan buruk yang dimaksud diantaranya sering menghabiskan waktu hanya untuk menunggu dan menonton tayangan sinetron yang rata-rata durasinya cukup lama. Memang ada sisi positif dari menonton sinetron diantaranya kita dapat mengambil hikmah dari cerita dengan tema dan amanatkan yang positif, atau dengan meniru prilaku tokoh, terutama yang protagonis.
Dewasa ini penggunaan bahasa Indonesia yang baku semakin menurun terutama di kalangan remaja dan pelajar. Mereka lebih cenderung mengikuti bahasa yang berkembang di kalangan para selebritis yang diidolakannya. Di mata meraka bahasa seperti itulah yang dianggap tren. Bahkan dengan menggunakan bahasa tersebut mereka merasa bangga dan lebih bergengsi. Bahkan karena kebanggaannya itu, mereka sulit diarahkan untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar (baku) walaupun di lingkungan sekolah.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh para guru, terutama guru bahasa Indonesia untuk meluruskan penggunaan bahasa Indonesia kepada para siswa. Akan tetapi
Sebagaimana kita ketahui bahwa sinetron-sinetron yang ditayayangkan ditelevisi penggunaan bahasanya semakin tidak mengindahkan bahasa Indonesia yang baku. Penggunaan bahasa dalam sinetron lebih mengedepankan dialek bahasa Betwawi, atau bahkan lebih cenderung bahasa “okem”, seperti kata “lho”, “gue”, “bokap”, “nyokap”, “kam seupay” dan lain-lain.
Kami sangat tidak setuju dengan penggunaan bahasa dalam sinetron seperti ini, sebab sangat mempengaruhi terhadap kebakuan dan identitas bahasa Indonesia itu sendiri. Dan jika hal ini kita biarkan, maka pada suatu saat nanti kita tidak akan bisa mempertahankan hakikat bahasa Indonesia. Kita tahu bahwa media elektronik siaran televisi sangat mendominasi dan memikat para pemirsa.
Memang bahasa itu bersifat “arbitrer” (mana suka) sesuai dengan keinginan para penuturnya dan bersifat “dinamis” (selalu berubah mengikuti perkembangan zaman). Akan tetapi “arbitrer” jangan kita artikan bebas tanpa batas (sesuka hati kita). Kita harus menaati ketentuan kebahasaan yang telah ditetapkan dalam tata bahasa, yaitu bidang ilmu yang mempelajari kaidah-kaidah serta penggunaan bahasa, baik dalam tataran, fonologi, morfologi, dan sintaksis.
Begitu juga dengan “dinamis”, jangan kita artikan bahasa Indonesia boleh berkembang secara tidak terarah, akan tetapi perkembangan bahasa itu harus mengikuti dinamika ilmu pengetahuan, dengan tidak mengurangi ketentuan kebahasaan.
Ketentuan dalam tata bahasa Indonesia ini tidak mengekang terhadap kebebasan para penutur bahasa, dan tidak menghambat perkembangan bahasa Indonesia. Para penutur bahasa dapat menggunakan kearbitrerannya dalam ragam tertentu. Dalam situasi resmi seperti belajar di sekolah, sebaiknya mari kita biasakan berbicara dengan menggunaka ragam baku. sebaliknya dalam ragam bebas seperti dalam obrolan di kantin tentu saja kita bias menggunakan ragam bebas, selama tidak melanggar etika pergaulan. Di pundak kita sebagai pelajar ada tanggung jawab, mari kita pertahankan identitas bahasa Indonesia. Bahasa menunjukan bangsa, dan bahasa merupakan salah satu identitas bangsa.
Foto dokumen https://www.google.com
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !