Ngidam Jeruk
Muda
Karya: Aosin Suwadi
Pada suatu
hari Sohibi kebingungan, karena istrinya minta
dibelikan jeruk muda. Semua pasar telah didatangi, tapi tak ada satu orang
pedagang pun yang menjual jeruk muda. “Gimana Kang, dapat engga, jeruk
mudanya?” Tanya Suharti dengan nada cerewet. “Sabar atu Neng, Akang kan baru
datang, masih cape, lebih baik ambilkan air minum dulu!” Sohibi beruaha
meredakan kemarahan istrinya. “Iyaa... tapi jeruknya mana?” Suharti marah sambil memecahkan piring dan gelas yang
sedang dicucinya. “Duuuh Nyai... Akang udah cari di semua pasar, tapi ga ada
yang menjual jeruk muda!” Kemarahan Suharti mencapai puncaknya. Dia memaki-maki
Sohibi sambil menangis menjerit-jerit dan menghancurkan semua peralatan rumah
tangganya. “Neng ga mau tahu pokoknya berangkat lagi sekarang juga, Neng harus makan
jeruk muda!” Kata Suharti sambil menunjuk-nunjuk muka suaminya. “Kalau ga dapat
dimana Neng?” Kata Sohibi berusaha untuk tetap tenang, sebab kalau dikasari dia
akan lebih kasar lagi. “Jangan pulang!” Jawab Suharti sambil melotot.
Sudah tiga
hari tiga malam Sohibi tidak pulang. Selama tiga malam dia tdur di tiga mushala.
Pada malam keempat Sohibi, mendapat sedikit pencerahan. Selepas shalat Isya di
suatu kampung yang sangat jauh dari keramaian, dia berbincang-bincang dengan
jema’ah mushala di situ. “Memang manita hamil biasanya suka aneh-aneh, itu
biasa!” Kata pak Karim. “Tapi saya pusing pak, bayangkan saya sudah empat hari
ga pulang hanya untuk mencari jeruk muda!” Jawab Sohibi mengeluh. “Oooh jadi
istrimu cuma minta jeruk muda, itu mah soal gampang Jang!” Pak Karim
menenangkan Sohibi. “Maksud bapak?” Tanya Sohibi penasaran. “Kira-kira lima
kilo meter sebelah timur kampung ini ada perkebunan jeruk, sedang berbuah, coba
aja datang ke situ!” Saran pak Karim. “Tentu saja pak, besok saya akan datang
ke situ!” Jabaw Sohibi dengan semangat. “Tapi jangan semberono, perkebunan itu
dijaga ketat oleh empat orang bersenjata.” Dudung mengambil sarung dari tasnya,
setelah pak Karim pulang dari mushala.
“Permisi
Pak!” Kata Sohibi kepada salah seorang penjaga di satu pintu perkebunan jeruk. “Mau
apa kamu ke sini, mau mencuri yah” Kata penjaga I. “Eng.. engga Pak, memang saya
sangat membutuhkan jeruk muda untuk istri saya yang sedang mengidam, tapi bukan
dengan cara mencuri!” Kata Sohibi. “Terus..... maksudmu mau apa?” tanya penjaga
I dengan galaknya, sambil memegang senjata. “Kasihan saya Pak, kalau gak boleh
minta, saya mau beli!” Sebenarnya para penjaga tidak dilarang mengizinkan siapa
pun untuk masuk ke kebun jeruk. Tapi karena melihat ketulusan hati Sohibi, maka
penjaga I mengizinkan Sohibi mengambi jeruk muda secara gratis, tapi dengan
syarat harus menjawab pertanyaan dulu. Kalau Sohibi bisa menjawab dengan benar,
dia diizinkan mengambil jeruk muda langsung dari pohonnya.
Ambil jeruk
dari pohon kemudian bagi dua dengan penjaga I, setelah dibagi dua, penjaga I akan
memberi tambahan satu butir jeruk untukmu. Jeruk bagianmu termasuk sumbangan
dari penjaga I, bawa ke penjaga II. Lakukan seperti dengan penjaga I. Begitu
juga dengan pejaga III dan penjaga IV. Catatan: tidak boleh ada jeruk yang
dibelah atau dipotong.
Penjaga I
|
:
|
“Berapa butir jeruk yang
kamu ambil dari pohon, supaya hasil kamu keluar dari pintu penjaga keempat
membawa jeruk dua butir?”
|
Sohibi
|
:
|
“Kalau salah gimana pak?”
|
Penjaga I
|
:
|
“Kalau kamu sudah masuk
dan memgambil jeruk tapi jumlahnya salah, kamu dihukum tidak boleh kelur dari
kebu jeruk selama 3 hari tiga malam!”
|
Sohibi
|
:
|
“Wadduh, kasihan saya pak!” (Memelas)
|
Penjaga I
|
:
|
“Makanya jangan salah, ayo
jawab!!”
|
Sohibi
|
:
|
“Eeemmm, kayanya saya harus
mengambi 10 butir pak!”
|
Penjaga I
|
:
|
“Coba hitung!”
|
Sohibi
|
:
|
“(10 : 2) + 1 = 5 + 1 = 6 Butir. Bena
Pak!”
|
Penjaga I
|
:
|
“Itu baru dengan penjaga I,
coba hasilnya bagi lagi dengan penjaga II !”
|
Sohibi
|
:
|
“(6 : 2) + 1 = 3 + 1 = 4 butir.
Benar Pak!”
|
Penjaga I
|
:
|
“Bagi lagi dengan penjaga III !”
|
Sohibi
|
:
|
“Oooh iyah baru penjaga
II. (4 : 2) + 1 = 2 + 1 = 3 butir.” Kayanya salah juga Pak!”
|
Penjaga I
|
:
|
“Iya salah, coba pikirkan lagi!”
|
Sohibi
|
:
|
“Kayanya harus mengambil 11 butir
pak!”
|
Penjaga I
|
:
|
“Coba hitung lagi!”
|
Sohibi
|
:
|
“(11 : 2) + 1 = .... salah pak!
Ada yang harus dipotong"
|
Penjaga I
|
:
|
“Kalau kamu benar-benar
sayang kepada istrimu hitung yang benar!”
|
Sohibi
|
:
|
“Coba 12 butir pak!”
|
Penjaga I
|
:
|
“Ya coba dihitung lagi!”
|
Sohibi
|
:
|
“(12 : 2 ) + 1 = 6 + 1 = 7
|
Penjaga I
|
:
|
“Salah juga kan!”
|
Sohibi
|
:
|
“ Gimana dong Paaak, saya haru
mengambil berapa!”
|
Para pembaca yang
budiman, tolong bantu Sohibi untuk menjawab pertanyaan Penjaga I, agar dia bisa
memetik jeruk demi untuk istri tercintanya.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !