Headlines News :
Home » » Ngidam Jeruk Muda

Ngidam Jeruk Muda

Diposting Oleh aosin suwadi pada Rabu, 19 Maret 2014 | 00.19



Ngidam Jeruk Muda
Karya: Aosin Suwadi

Pada suatu hari Sohibi kebingungan, karena istrinya minta dibelikan jeruk muda. Semua pasar telah didatangi, tapi tak ada satu orang pedagang pun yang menjual jeruk muda. “Gimana Kang, dapat engga, jeruk mudanya?” Tanya Suharti dengan nada cerewet. “Sabar atu Neng, Akang kan baru datang, masih cape, lebih baik ambilkan air minum dulu!” Sohibi beruaha meredakan kemarahan istrinya. “Iyaa... tapi jeruknya mana?” Suharti marah sambil memecahkan piring dan gelas yang sedang dicucinya. “Duuuh Nyai... Akang udah cari di semua pasar, tapi ga ada yang menjual jeruk muda!” Kemarahan Suharti mencapai puncaknya. Dia memaki-maki Sohibi sambil menangis menjerit-jerit dan menghancurkan semua peralatan rumah tangganya. “Neng ga mau tahu pokoknya berangkat lagi sekarang juga, Neng harus makan jeruk muda!” Kata Suharti sambil menunjuk-nunjuk muka suaminya. “Kalau ga dapat dimana Neng?” Kata Sohibi berusaha untuk tetap tenang, sebab kalau dikasari dia akan lebih kasar lagi. “Jangan pulang!” Jawab Suharti sambil melotot.

Sudah tiga hari tiga malam Sohibi tidak pulang. Selama tiga malam dia tdur di tiga mushala. Pada malam keempat Sohibi, mendapat sedikit pencerahan. Selepas shalat Isya di suatu kampung yang sangat jauh dari keramaian, dia berbincang-bincang dengan jema’ah mushala di situ. “Memang manita hamil biasanya suka aneh-aneh, itu biasa!” Kata pak Karim. “Tapi saya pusing pak, bayangkan saya sudah empat hari ga pulang hanya untuk mencari jeruk muda!” Jawab Sohibi mengeluh. “Oooh jadi istrimu cuma minta jeruk muda, itu mah soal gampang Jang!” Pak Karim menenangkan Sohibi. “Maksud bapak?” Tanya Sohibi penasaran. “Kira-kira lima kilo meter sebelah timur kampung ini ada perkebunan jeruk, sedang berbuah, coba aja datang ke situ!” Saran pak Karim. “Tentu saja pak, besok saya akan datang ke situ!” Jabaw Sohibi dengan semangat. “Tapi jangan semberono, perkebunan itu dijaga ketat oleh empat orang bersenjata.” Dudung mengambil sarung dari tasnya, setelah pak Karim pulang dari mushala.

“Permisi Pak!” Kata Sohibi kepada salah seorang penjaga di satu pintu perkebunan jeruk. “Mau apa kamu ke sini, mau mencuri yah” Kata penjaga I. “Eng.. engga Pak, memang saya sangat membutuhkan jeruk muda untuk istri saya yang sedang mengidam, tapi bukan dengan cara mencuri!” Kata Sohibi. “Terus..... maksudmu mau apa?” tanya penjaga I dengan galaknya, sambil memegang senjata. “Kasihan saya Pak, kalau gak boleh minta, saya mau beli!” Sebenarnya para penjaga tidak dilarang mengizinkan siapa pun untuk masuk ke kebun jeruk. Tapi karena melihat ketulusan hati Sohibi, maka penjaga I mengizinkan Sohibi mengambi jeruk muda secara gratis, tapi dengan syarat harus menjawab pertanyaan dulu. Kalau Sohibi bisa menjawab dengan benar, dia diizinkan mengambil jeruk muda langsung dari pohonnya.

Ambil jeruk dari pohon kemudian bagi dua dengan penjaga I, setelah dibagi dua, penjaga I akan memberi tambahan satu butir jeruk untukmu. Jeruk bagianmu termasuk sumbangan dari penjaga I, bawa ke penjaga II. Lakukan seperti dengan penjaga I. Begitu juga dengan pejaga III dan penjaga IV. Catatan: tidak boleh ada jeruk yang dibelah atau dipotong.

Penjaga I
:
“Berapa butir jeruk yang kamu ambil dari pohon, supaya hasil kamu keluar dari pintu penjaga keempat membawa jeruk dua butir?”
Sohibi
:
“Kalau salah gimana pak?”
Penjaga I
:
“Kalau kamu sudah masuk dan memgambil jeruk tapi jumlahnya salah, kamu dihukum tidak boleh kelur dari kebu jeruk selama 3 hari tiga malam!”
Sohibi
:
“Wadduh, kasihan saya pak!” (Memelas)
Penjaga I
:
“Makanya jangan salah, ayo jawab!!”
Sohibi
:
“Eeemmm, kayanya saya harus mengambi 10 butir pak!”
Penjaga I
:
“Coba hitung!”
Sohibi
:
“(10 : 2) + 1 = 5 + 1 = 6 Butir. Bena Pak!”
Penjaga I
:
“Itu baru dengan penjaga I, coba hasilnya bagi lagi dengan penjaga II !”
Sohibi
:
“(6 : 2) + 1 = 3 + 1 = 4 butir. Benar Pak!”
Penjaga I
:
“Bagi lagi dengan penjaga III !”
Sohibi
:
“Oooh iyah baru penjaga II. (4 : 2) + 1 = 2 + 1 = 3 butir.” Kayanya salah juga Pak!”
Penjaga I
:
“Iya salah, coba pikirkan lagi!”
Sohibi
:
“Kayanya harus mengambil 11 butir pak!”
Penjaga I
:
“Coba hitung lagi!”
Sohibi
:
“(11 : 2) + 1 = .... salah pak! Ada yang harus dipotong"
Penjaga I
:
“Kalau kamu benar-benar sayang kepada istrimu hitung yang benar!”
Sohibi
:
“Coba 12 butir pak!”
Penjaga I
:
“Ya coba dihitung lagi!”
Sohibi
:
“(12 : 2 ) + 1 = 6 + 1 = 7
Penjaga I
:
“Salah juga kan!”
Sohibi
:
“ Gimana dong Paaak, saya haru mengambil berapa!”

            Para pembaca yang budiman, tolong bantu Sohibi untuk menjawab pertanyaan Penjaga I, agar dia bisa memetik jeruk demi untuk istri tercintanya.


Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Popular Posts

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Bahasa dan Sastra - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Aosin Suwadi