Headlines News :
Home » » Yesterday, Today and Tomorrow

Yesterday, Today and Tomorrow

Diposting Oleh aosin suwadi pada Kamis, 23 Januari 2014 | 06.26




Yesterday, Today and Tomorrow
Oleh: Ghina Sausan
Kelas XII IPS 3 SMA Negeri 6 Kota Serang


Pagi itu aku bangun kesiangan.Waktu itu tepat tanggal 31 Desember 2013 jam 10.00 siang. Dua  minggu belakangan ini, aku selalu bangun kesiangan dikarenakan liburan tahun baru. Setelah melamun 3 menit ditempat tidur, aku memutuskan bangkit dan melihat penampilanku di depan cermin. Astaga, rambutku acak-acakan sekali laksana aku melihat singa di hadapanku. Dengan segera aku merapikan rambut agar terlihat lebih rapi.

            Setelah dirasa cukup, aku keluar kamar dan menemukan ibuku sedang menonton TV bersama adikku. “Luna, kamu sudah bangun, pagi sekali” Kata ibu menyindirku begitu melihatku duduk di sampingnya. Aku hanya mendengus dan mengangguk pelan. “Mandi dulu sih, kak, bau tau!” Adik laki-lakiku yang bernama Faisal mengejekku dengan suara keras. Karena aku merasa tersinggung mendengar ucapannya, segeralah aku mengambil handuk setelah aku menyempatkan menjitak pelan kepalanya. “Aduh! Sakit kakak!”. Serunya dengan nada kesal.

            Satu jam berlalu, setelah selesai mandi, berpakaian rapi dan sarapan, sekarang aku berada di ruang TV bersama Faisal. Katanya sih, hari ini aku dan keluargaku akan pergi ke pantai untuk merayakan tahun baru nanti malam. Aku merasa senang sekali saat aku mengingat kembali kenangan tahun baru sebelumnya.Waktu itu, aku bersama keluargaku berlibur juga ke pantai yang sama. Kenangan yang tak bisa aku lupakan adalah ketika aku sedang berjalan-jalan sendiri di malam hari di pantai itu. Tidak tahu kenapa tiba-tiba kakiku keram saat bermain air dan itu membuatku tenggelam. Aku tidak tahu kejadian selanjutnya, yang hanya aku ingat adalah orang yang menolongku, my guardian angel adalah seorang laki-laki memakai kalung bintang yang unik. Sedangkan wajahnya, aku tidak melihatnya sama sekali. Dan harapanku sekarang adalah semoga di malam tahun baru ini juga aku bisa bertemu dengannya lagi dalam kondisi sadar.

“Kak! Kak Luna!”. Semua lamunanku buyar keTika Faisal memanggilku. “Apa sih de? Ganggu aja kamu thu”. Protesanku tak didengar olehnya, dia malah melemparkan tas besar di hadapanku. “Nih, masukkan baju-baju apa saja yang mau dibawa. Kan kita mau menginap di sananya,”.  Kata Faisal memberitahuku uantuk acara tahun baru itu. Iya iya, kakak juga tau kok!” kataku sewot sambil membawa tas dan memasuki kamar. Aku bingung sendiri, sebenarnya aku kan kakaknya, tapi kenapa malah adikku yang selalu menyuruhku ini itu? *sigh

            Tak terasa waktu berlalu dengan cepat. Tampaknya jam sudah menunjukan pukul 1 siang. Semua persiapanku sudah selesai, aku membawa dua tas besar dan satu tas keci yang di dalamnya berisi alat-alat make up dan alat-alat pentingku yang lain. Memang kalau di bandingkan dengan anggota keluargaku yang lain, akulah yang paling rempong karena aku itu orangnya sangat boros kalau sedang pergi-pergian seperti ini. Kata ayahku lama perjalanan untuk tiba di sana membutuhkan waktu 4 jam kalau tidak macet. Sayangnya, perkiraan itu meleset karena sekarang kami tiba di Pantai pukul 6 sore karena macet.

            Seperti tahun kemarin, kami menginap di villa milik teman ayah yang lumayan bagus. Ruangannya besar, bersih dan terdapat taman di depannya. Tidak ketinggalan dengan pemandangannya yang indah karena memang villa ini berada di bibir pantai. Karena berjam-jam berada di mobil, badanku ini sangat lelah ingin rasanya aku tidur sampai pagi, tapi rencanaku tidak boleh rusak hanya karena ini. Oleh karena itu walaupun lelah aku tetap ikut membakar ikan-ikan bersama keluargaku.

“Luna, arengnya kurang nih. Apa kamu bisa membelikannya?” Tanya ibuku yang sedang mempersiapkan bahan-bahan untuk membakar ikan. Bisa Bu, aku kan membelikannya bersama Faisal”.  Jawabku sambil menarik Faisal dengan paksa. “Ah, kakak nih, kenapa tidak beli sendiri aja?”. Protesan adikku itu aku abaikan, lagipula aku takut tersesat kalau jalan sendiri karena memang warung yang menyediakan areng tersebut lumayan jauh. Namanya juga malam tahun baru, sudah pasti jalanan sangat ramai. Buktinya saja saat ini Faisal harus mengendarai mobilnya pelan-pelan agar orang-orang yang di sisi kanan kiri jalan tidak tertabrak. “De, palan-pelan saja, nanti nabrak!”. Seruku lagi yang entah sudah keberapa kalinya. Karena aku takut kalau Faisal yang membawa mobil di tempat keramaian ini. “Udah sih kak, tanang saja!”. Sahut Faisal dengan santai sambil tertawa meledekku.

Tiba-tiba, dubraaakk!! “Hey, kamu nabrak siapa itu?” Ayo cepat keluar!”. Ketakutanku benar-benar terjadi, padahal hanya gara-gara Faisal meleng sedikit saja akhirnya kita nabrak seseorang di depan kami. Segeralah kami keluar, sudah banyak orang sekali yang mengelilingi korban tabrak kami.  Astaga, semoga orang itu tidak kenapa-kenapa. “Ma-maaf, maaf permisi! Biarkan kami lewat,”. Seru Faisal yang diikutiku dari belakang. Walau Iia kelihatan tenang tapi aku bisa melihat dari matanya kalau dia juga ketakutan.

Begitu kami sampai di samping korban, aku membelalakan mata melihat keadaan orang itu.”Darah.” Gumamku dengan suara bergetar setelah melihat bercak darah yang mengalir dari pelipisnya. “Mbak, Mbak harus tanggung jawab dong! Bawa dia ke rumah sakit!”. Kata salah seorang dari kerumunan ini.  Aku pun tersadar dan dengan cepat mengangguk, “Ah, iya iya kami akan bertanggung jawab. Tapi tolong angkat dia ke mobil.”

RUMAH SAKIT

            “Luna, bagaimana kejadian ini bisa terjadi?” Kata ibu yang baru saja datang setelah di beritahu oleh Faisal untuk datang ke Rumah sakit. “Ibu, kakak tidak salah. Aku yang slah karena sudak tidak memperhatikan jalan.” Sahut Faisal yang duduk di sampingku. Aku kagum padanya walaupun dia cemas dan ketakutan tapi ia tetap kelihatan tenang. Berbeda denganku, tanganku bergetar ketakutan, karena ini pertama kalinya kami menabrak seseorang. “Ya Tuhan! Kenapa hal ini terjadi di malam tahun baru?” Memang benar apa kata ibu. Kenapa di tahun baru yang seharusnya melakukan hal-hal yang menyenangkan tetapi kami malah terkena musibah seperti ini. “Sudah-sudah tenang. kita berdo’a saja smoga pria itu tidak terluka parah.” Ayah menenangkan kami semua dengan tersenyum.



“Dok, bagaimana keadaannya?” Tanya Faisal saat melihat dokter keluardari ruangan UGD. Dokter pun tersenyum dan berkata “ Lukanya tidak terlalu parah, hanya benturan saja. Tetapi dia harus di rawat inap dua atau tiga hari untuk mengetahui perkembangannya.” Kami pun menghembuskan nafas lega, “Bolehkah kami melihatnya?” Tanyaku kepada dokter. “Ya, silahkan.” Dan benar saja kata dokter tadi, sekarang kepala pria itu di perban dan masih tidak sadarkan diri. Aku mendekatinya dan melihat nama di papan ranjang yang di tidurinya itu. Adit Firmansya, 20 tahun berasal dari Bali. Kata suster setelah melihat kartu identitasnya. Suster itu belum memberitahukan kepada orang tuanya. Kasihan kalau sampai tahu, karena mereka harus datang jauh-jauh dari Bali ke daerah Bayah ini.

“Luna, sebaiknya kamu pulang. Kelihatannya kamu kecapean sekali, biar Faisal yang menjaganya.” Kata ibu sambil memegang pundakku pelan. “Iya kak. kakak pulang saja, biar aku sendiri di sini.” Sahut Faisal yang sedang duduk di sofa bersama ayah. “Tidak, aku akan tetap di sini. Aku ingin menjaganya.” Kataku pelan dan menggelengkan kepala “Baiklah terserah kamu saja. Ayah sama ibu pualang duluan ya, karena ayah sudah ada janji sama teman.” Kata ayah sambil melihat jam dinding yang menunjukan pukul 10.00 malam. Aku dan Faisal pun mengantar ibu & ayah ke depan pintu. Setelah ayah dan ibu pergi, aku kembali duduk di sofa bersama Faisal.

 “Kak, kenapa yah kejadian ini terjadi di tahun baru? Padahal tujuan kita ke sini kan untuk bersenang-senang,” Kata Faisal membuka pembicaraan. “Yah namanya juga musibah De. Kita tidak bisa mencegahnya. Semoga dengan adanya kejadian ini kita bisa mengambil hikmahnya.” Kataku sambil mengenggam tanganya erat. “Padahal selain untuk bersenang-senang aku juga ingin bertemu kembali dengan malaikat penyelamatku.” Gumamku sangat pelan sambil menatap pri yang masih tak sadarkan diri.

“Kak, aku lapar, mau cari makan dulu keluar. Kakak mau nitip tidak?” Tanya Faisal sambil mengeluarkan dompetnya. Aku melihatnya dan mengangguk, “Belikan roti dan susu.” Kataku. Dan Faisal pun pergi meninggalkanku sendiri bersama pria itu. Beberapa saat beralau, aku bangkit dan duduk di samping pria yang bernama Adit itu. Aku memperhatikannya lama. Ternyata wajahnya lumayan tampan, dia pasti seorang mahasiswa kaya raya, buktinya dia bela-belain liburan sampai ke pantai Sawarna ini.

“Tunggu, kalung itu…?” gumamku tidak percaya melihat kalung yang dipakainya sama persis dengan my guardian angel. Aku menggelengkan kepala, “Tidak mungkin!” Kalung seperti itu pasti banyak sekali yang punya.” Kataku memastikan diri. Sudah pukul 11.30 malam, sebentar lagi pergantian tahun. Pasti senang sekali kalau kita merayakannya dengar orang-orang special sambil melihat kembang api. Sedangkan aku? Aku hanya diam sendiri di rumah sakit bersama korban yang tidak sengaja ditabrak oleh adikku. Belum lagi perutku lapar karena. Faisal telpon tadi, katanya dia sedang ngobrol bersama teman lama yang dulu sempat mengisi hatinya. Pasti mantannya

            “Ngh..” Aku menengok ketika mendengar lenguhan dari Adit. “Hey, kamu sudah sadar?” Tanyaku memastikan sambil menggerakan badannya pelan. “Siapa kamu…? Aku dimana?” Tanyanya setelah matanya sudah benar-benar terbuka. Oh, jangan katakan kalau si Adit ini amnesia gara-gara benturan tadi. “Syukurlah, kamu sudah sadar.” Kataku sambil membantunya untuk duduk. “Kamu ada di rumah sakit. Karena kami tidak sengaja menabrakmu tadi. Apa kamu ingat?” Tanyaku sambil menatapnya penuh harap, semoga dia tidak benar-benar amnesia.



            Setelah memberi dia waktu beberapa menit untuk mengingatnya, akhirnya dia bersuara, “Ah ya Aku ingat. Aku ingin menyebrang tetapi tiba-tiba ada mobil, dan setelah itu aku tidak tahu lagi.” Jawabnya sambil memegang kepalanya yang diperban. “Maafkan kami, karena kami tidak hati-hati, jadi menabrakmu.” Dia hanya tersenyum dan menggeleng pelan membuat detak jantungku berdebar lebih cepat. “Tidak apa-apa. Tidak sepenuhnya salahmu, karena aku juga salah. Aku terlalu terburu-buru ingin ke pantai tanpa melihat kanan kiri terlebih dahulu.” Katanya sambil menyenderkan badannya. “Oh begitu… Perkenalkan namaku Luna.” Aku pun memperkenalkan diri agar kami tidak terlalu canggung “Namaku Adit. Oya, terimakasih telah membawaku ke rumah sakit dan menjagaku.” Kami berjabat tangan sambil melempar senyum. “Ya tidak masalah, itu sudah tanggung jawab kami.” Kataku dan kembali duduk disampingnya.



            Kami pun akhirnya mengobrol tantang apa saja yang membuat kami tertawa bersama. Tanpa sadar waktu sudah menunjukan 12.00 malam dan kami pun sama-sama melihat kembang api lewat jendela yang kebetulan ruangan ini terletak di lantai 3. Letak rumah sakit ini pun lumayan dekat dengan pantai, jadi kami bisa melihat jelas banyak kembang api yang dinyalakan. Kami berdua tersenyum sambil melihat warna-warni kembang api di langit. Walaupun Aku tidak bisa bertemu dengan my guardian angel, tapi aku senang karena ada Adit yang menemani pergantian tahun baru kali ini.

LUNA’S POV END

            Mungkin mereka terlalu senang dan nyaman dengan pertemuan tersebut, tanpa mengingat tujuan mereka berdua datang ke pantai ini. Sebenarnya Luna merasa familiar dengan wajah Adit begitu juga dengan Adit ketika menatap wajah Luna. Seperti ada ingatan yang terlupakan. Tetapi mereka mengabaikannya, mereka hanya ingin dan berharap semoga pertemuan ini tidak akan berakhir sampai nanti.


Mari kita berapresiasi dan berkarya di bidang sastra. Melalui  berapresiasi dan berkarya dalam bidang sastra kita dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman dalam cabang ilmu lain khususnya ilmu-ilmu sosial.

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Popular Posts

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Bahasa dan Sastra - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Aosin Suwadi