|
Pagi itu aku bangun kesiangan.Waktu itu tepat tanggal
31 Desember 2013 jam 10.00 siang.
Dua minggu belakangan ini, aku selalu bangun
kesiangan dikarenakan liburan tahun baru. Setelah melamun 3
menit ditempat tidur, aku memutuskan bangkit dan melihat penampilanku di depan cermin. Astaga, rambutku
acak-acakan sekali laksana aku melihat singa di hadapanku. Dengan segera aku
merapikan rambut agar terlihat lebih rapi.
Setelah
dirasa cukup, aku keluar kamar dan menemukan ibuku sedang menonton TV bersama
adikku. “Luna, kamu sudah bangun,
pagi sekali” Kata ibu menyindirku
begitu melihatku duduk di sampingnya. Aku hanya mendengus dan mengangguk
pelan. “Mandi
dulu sih, kak,
bau tau!” Adik
laki-lakiku yang bernama Faisal mengejekku dengan suara keras. Karena aku
merasa tersinggung mendengar ucapannya, segeralah aku mengambil handuk setelah aku menyempatkan menjitak
pelan kepalanya. “Aduh!
Sakit kakak!”.
Serunya dengan nada kesal.
Satu
jam berlalu, setelah selesai mandi, berpakaian rapi dan sarapan, sekarang aku
berada di ruang TV bersama Faisal. Katanya sih, hari ini aku dan keluargaku
akan pergi ke pantai untuk merayakan tahun baru nanti malam. Aku merasa
senang sekali saat aku mengingat kembali kenangan tahun baru sebelumnya.Waktu
itu, aku bersama keluargaku berlibur juga ke pantai
yang sama. Kenangan yang tak bisa aku lupakan adalah ketika aku sedang
berjalan-jalan sendiri di malam hari di pantai itu.
Tidak tahu kenapa tiba-tiba kakiku keram saat bermain air dan itu membuatku
tenggelam. Aku tidak tahu kejadian selanjutnya, yang hanya aku
ingat adalah orang yang menolongku, my
guardian angel adalah seorang laki-laki memakai kalung
bintang yang unik. Sedangkan wajahnya, aku tidak melihatnya sama sekali. Dan harapanku sekarang adalah semoga
di malam tahun baru ini juga aku bisa bertemu dengannya lagi dalam
kondisi sadar.
“Kak!
Kak Luna!”.
Semua lamunanku buyar keTika
Faisal memanggilku. “Apa
sih de?” Ganggu aja kamu thu”.
Protesanku tak didengar olehnya, dia
malah melemparkan tas besar di hadapanku. “Nih, masukkan baju-baju apa saja yang
mau dibawa”. Kan kita mau menginap di sananya,”. Kata
Faisal memberitahuku uantuk acara tahun baru itu. Iya
iya, kakak juga tau kok!” kataku sewot sambil membawa tas dan memasuki kamar.
Aku bingung sendiri, sebenarnya aku kan kakaknya, tapi
kenapa
malah adikku yang selalu menyuruhku ini itu? *sigh
Tak terasa waktu berlalu dengan
cepat.
Tampaknya jam sudah menunjukan pukul 1
siang. Semua persiapanku sudah selesai, aku membawa dua tas besar dan satu
tas keci yang di dalamnya berisi alat-alat make up dan alat-alat pentingku yang lain. Memang kalau di
bandingkan dengan anggota keluargaku yang lain, akulah yang paling rempong karena aku itu orangnya sangat
boros kalau sedang pergi-pergian seperti ini. Kata ayahku lama perjalanan
untuk tiba di sana membutuhkan waktu 4 jam kalau tidak macet. Sayangnya,
perkiraan itu meleset karena sekarang kami tiba di Pantai pukul 6 sore karena
macet.
Seperti tahun kemarin, kami
menginap di villa milik
teman ayah yang lumayan bagus. Ruangannya besar, bersih dan terdapat taman di
depannya. Tidak ketinggalan dengan
pemandangannya yang indah karena memang villa ini berada di bibir pantai. Karena berjam-jam berada di mobil,
badanku ini sangat lelah ingin rasanya aku tidur sampai pagi, tapi rencanaku
tidak boleh rusak hanya karena ini. Oleh karena itu walaupun lelah aku tetap
ikut membakar ikan-ikan bersama keluargaku.
“Luna, arengnya kurang nih. Apa kamu
bisa membelikannya?” Tanya ibuku yang sedang mempersiapkan
bahan-bahan untuk membakar ikan. “Bisa Bu,
aku kan membelikannya bersama Faisal”. Jawabku sambil menarik
Faisal dengan paksa. “Ah,
kakak nih,
kenapa tidak beli sendiri aja?”.
Protesan adikku itu aku abaikan, lagipula aku takut tersesat
kalau jalan sendiri karena memang warung yang menyediakan areng tersebut
lumayan jauh. Namanya
juga malam tahun baru, sudah pasti jalanan sangat ramai. Buktinya saja saat
ini Faisal harus mengendarai mobilnya pelan-pelan agar orang-orang yang di
sisi kanan kiri jalan tidak tertabrak. “De,
palan-pelan saja, nanti nabrak!”.
Seruku lagi yang entah sudah keberapa kalinya. Karena aku
takut kalau Faisal yang membawa mobil di tempat keramaian ini. “Udah sih kak, tanang saja!”.
Sahut Faisal dengan santai sambil tertawa meledekku.
Tiba-tiba,
dubraaakk!! “Hey, kamu
nabrak siapa itu?” Ayo cepat keluar!”.
Ketakutanku benar-benar terjadi, padahal hanya gara-gara
Faisal meleng sedikit saja akhirnya
kita nabrak seseorang di depan kami. Segeralah
kami keluar, sudah banyak orang sekali yang mengelilingi korban tabrak kami. Astaga, semoga orang itu tidak
kenapa-kenapa. “Ma-maaf, maaf
permisi! Biarkan kami lewat,”. Seru Faisal yang diikutiku dari belakang. Walau Iia
kelihatan tenang tapi aku bisa melihat dari matanya kalau dia juga ketakutan.
Begitu
kami sampai di samping korban, aku membelalakan mata melihat keadaan orang
itu.”Darah.” Gumamku dengan suara bergetar
setelah melihat bercak darah yang mengalir dari pelipisnya. “Mbak, Mbak
harus tanggung jawab dong! Bawa dia ke rumah
sakit!”.
Kata salah seorang
dari kerumunan ini. Aku
pun tersadar dan dengan cepat mengangguk, “Ah, iya iya kami akan bertanggung
jawab. Tapi tolong angkat dia ke mobil.”
RUMAH SAKIT
“Luna, bagaimana kejadian ini bisa
terjadi?” Kata ibu yang baru saja datang setelah di beritahu
oleh Faisal untuk datang ke Rumah sakit. “Ibu,
kakak tidak salah. Aku yang slah karena sudak tidak memperhatikan jalan.”
Sahut Faisal yang duduk di sampingku. Aku kagum padanya walaupun dia cemas
dan ketakutan tapi ia tetap kelihatan tenang. Berbeda denganku, tanganku
bergetar ketakutan, karena ini pertama kalinya kami
menabrak seseorang. “Ya
Tuhan! Kenapa hal ini terjadi di malam tahun baru?” Memang
benar apa kata ibu. Kenapa di tahun baru yang seharusnya melakukan hal-hal
yang menyenangkan tetapi kami malah terkena musibah seperti ini. “Sudah-sudah tenang.
kita berdo’a saja smoga
pria itu tidak terluka parah.” Ayah menenangkan kami semua dengan tersenyum.
“Dok, bagaimana keadaannya?” Tanya Faisal
saat melihat dokter keluardari ruangan UGD. Dokter pun tersenyum dan berkata
“ Lukanya tidak terlalu
parah, hanya benturan saja.
Tetapi dia harus di rawat inap dua
atau tiga hari untuk mengetahui
perkembangannya.” Kami pun
menghembuskan nafas lega, “Bolehkah kami melihatnya?” Tanyaku kepada dokter. “Ya, silahkan.” Dan benar saja kata dokter tadi,
sekarang kepala pria itu di perban dan masih tidak sadarkan diri. Aku
mendekatinya dan melihat nama di papan ranjang yang di tidurinya itu.
Adit Firmansya, 20 tahun berasal
dari Bali.
Kata suster setelah melihat kartu identitasnya.
Suster itu belum memberitahukan kepada
orang tuanya. Kasihan kalau sampai tahu, karena mereka harus datang jauh-jauh
dari Bali ke daerah Bayah ini.
“Luna, sebaiknya kamu pulang.
Kelihatannya kamu kecapean sekali, biar Faisal yang menjaganya.”
Kata ibu sambil memegang pundakku pelan. “Iya
kak. kakak
pulang saja, biar aku sendiri di sini.” Sahut Faisal yang sedang duduk di
sofa bersama ayah. “Tidak, aku
akan tetap di sini. Aku ingin menjaganya.” Kataku
pelan dan menggelengkan kepala “Baiklah
terserah kamu saja.” Ayah sama ibu pualang duluan ya,
karena ayah sudah ada janji sama teman.” Kata
ayah sambil melihat jam dinding yang menunjukan pukul 10.00 malam. Aku dan
Faisal pun mengantar ibu & ayah ke depan pintu. Setelah ayah dan ibu
pergi, aku kembali duduk di sofa bersama Faisal.
“Kak, kenapa yah kejadian ini terjadi di
tahun baru? Padahal tujuan kita ke sini kan untuk bersenang-senang,” Kata Faisal
membuka pembicaraan. “Yah
namanya juga musibah De. Kita tidak bisa mencegahnya. Semoga
dengan adanya kejadian ini kita bisa mengambil hikmahnya.” Kataku sambil mengenggam tanganya
erat. “Padahal selain untuk bersenang-senang
aku juga ingin bertemu kembali dengan malaikat penyelamatku.” Gumamku sangat
pelan sambil menatap pri yang masih tak sadarkan diri.
“Kak, aku lapar, mau
cari makan dulu keluar. Kakak mau nitip tidak?” Tanya Faisal sambil
mengeluarkan dompetnya. Aku melihatnya dan mengangguk, “Belikan roti dan
susu.” Kataku. Dan Faisal pun pergi meninggalkanku sendiri bersama pria itu. Beberapa saat beralau, aku bangkit dan
duduk di samping pria yang bernama Adit itu. Aku memperhatikannya lama.
Ternyata wajahnya lumayan tampan, dia pasti seorang mahasiswa kaya raya,
buktinya dia bela-belain liburan sampai ke pantai
Sawarna ini.
“Tunggu,
kalung itu…?” gumamku tidak percaya melihat kalung yang dipakainya sama
persis dengan my guardian angel. Aku
menggelengkan kepala, “Tidak mungkin!”
Kalung seperti itu pasti banyak sekali yang punya.” Kataku memastikan diri. Sudah pukul 11.30 malam, sebentar lagi
pergantian tahun. Pasti senang sekali kalau kita merayakannya dengar
orang-orang special sambil melihat kembang api. Sedangkan aku? Aku hanya diam
sendiri di rumah sakit bersama korban yang tidak sengaja ditabrak oleh
adikku. Belum lagi perutku lapar karena.
Faisal telpon tadi, katanya dia sedang ngobrol bersama teman lama yang dulu
sempat mengisi hatinya. Pasti mantannya
“Ngh..” Aku menengok ketika
mendengar lenguhan dari Adit. “Hey,
kamu sudah sadar?” Tanyaku memastikan sambil menggerakan badannya pelan. “Siapa kamu…? Aku dimana?” Tanyanya setelah
matanya sudah benar-benar terbuka. Oh, jangan katakan kalau si Adit ini
amnesia gara-gara benturan tadi. “Syukurlah,
kamu sudah sadar.” Kataku sambil membantunya untuk duduk. “Kamu ada di rumah
sakit. Karena kami tidak sengaja menabrakmu tadi. Apa kamu ingat?” Tanyaku sambil
menatapnya penuh harap, semoga dia tidak benar-benar amnesia.
Setelah memberi
dia waktu beberapa menit untuk mengingatnya, akhirnya dia bersuara, “Ah ya
Aku ingat. Aku ingin menyebrang tetapi tiba-tiba ada mobil, dan setelah itu
aku tidak tahu lagi.” Jawabnya sambil memegang kepalanya
yang diperban. “Maafkan kami,
karena kami tidak hati-hati, jadi menabrakmu.” Dia hanya tersenyum dan
menggeleng pelan membuat detak jantungku berdebar lebih cepat. “Tidak apa-apa. Tidak sepenuhnya salahmu,
karena aku juga salah. Aku terlalu terburu-buru ingin ke pantai
tanpa melihat kanan kiri terlebih dahulu.” Katanya
sambil menyenderkan badannya. “Oh
begitu… Perkenalkan namaku Luna.” Aku pun memperkenalkan
diri agar kami tidak terlalu canggung “Namaku
Adit. Oya, terimakasih telah membawaku ke rumah sakit dan menjagaku.” Kami
berjabat tangan sambil melempar senyum. “Ya
tidak masalah, itu sudah tanggung jawab kami.” Kataku dan
kembali duduk disampingnya.
Kami pun akhirnya mengobrol
tantang apa saja yang membuat kami tertawa bersama. Tanpa sadar waktu sudah
menunjukan 12.00 malam dan kami pun sama-sama melihat kembang api lewat
jendela yang kebetulan ruangan ini terletak di lantai 3. Letak rumah sakit
ini pun lumayan dekat dengan pantai, jadi kami bisa melihat jelas banyak
kembang api yang dinyalakan. Kami berdua tersenyum sambil melihat warna-warni
kembang api di langit. Walaupun
Aku tidak bisa bertemu dengan my
guardian angel, tapi aku senang karena ada Adit yang menemani pergantian
tahun baru kali ini.
LUNA’S POV END
Mungkin mereka terlalu senang dan
nyaman dengan pertemuan tersebut, tanpa mengingat tujuan mereka berdua datang
ke pantai ini. Sebenarnya Luna merasa familiar dengan wajah Adit begitu juga
dengan Adit ketika menatap wajah Luna. Seperti ada ingatan yang terlupakan. Tetapi
mereka mengabaikannya, mereka hanya ingin dan berharap semoga pertemuan ini
tidak akan berakhir sampai nanti.
|
|
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !